Dengan menaiki taksi, Denis mengajak Diandra, mengunjungi salah satu mall yang terletak tak jauh dari rumahnya.
Remaja yang mengenakan pakaian serba hitam, termasuk topi yang menutupi kepalanya, mengajaknya menuju toko perhiasan disalah satu sudut mall.
"Silahkan pilih cincin yang kamu sukai, tidak usah pikirkan harganya," Denis berdiri tepat di samping Diandra, yang sedang melihat-lihat deretan perhiasan.
Tau jika yang dihadapinya adalah remaja keras kepala, mau tak mau, Diandra turut serta memilih.
"Em..., kalau aku minta beliin kalung aja boleh nggak?" tanyanya ragu.
"Boleh lah, satu set aja sekalian," jawab Denis tanpa pikir panjang.
"Maaf, bukannya aku merendahkan kamu, tapi apa kamu punya uang? Ini kan mahal,"
Denis tersenyum, "Tentu saja aku punya, bahkan untuk membeli satu toko ini, aku bisa," ujarnya jumawa.
"Mbak Dessy cerita, kalau uang jajan kamu hanya lima puluh ribu sehari, bagaimana bisa kamu punya uang sebanyak itu? Kamu sedang mempermainkan aku?"
Denis mengambil tangan wanita disampingnya, lalu mengecup punggung tangannya, sesuai dengan yang dia lihat di drama, "Mana berani aku mempermainkan kamu, ini aku lakukan sebagai wujud keseriusanku sama kamu, andai aku sudah cukup umur, aku pasti akan langsung menikahi kamu," dia menatap Diandra, dengan tatapan yakin, tak ada kebohongan di sana.
Diandra hanya bisa melongo mendengar perkataan lelaki yang bahkan belum genap berusia enam belas tahun, dia tak habis pikir bagaimana bisa remaja yang baru mletek itu, memikirkan hal yang bahkan belum terpikirkan olehnya.
Denis meminta pelayan toko, untuk memberikan beberapa koleksi terbaru, agar wanitanya bisa memilih, seraya memberikan sebuah kartu, yang membuat pelayan melotot dan langsung memanggil manager toko.
Setelahnya, keduanya dilayani langsung oleh manager toko, lalu ditunjukan beberapa koleksi terbaru, Diandra sendiri bingung, harus memilih yang mana, semuanya indah dan terlihat mewah.
Diam-diam Diandra bertanya dengan manager toko, saat Denis keluar untuk menerima telepon, alangkah terkejutnya Diandra mengetahui betapa mahalnya perhiasan yang ditunjukkan padanya.
Merasa tak enak, Diandra meminta manager untuk menunjukan perhiasan yang sedari tadi menarik perhatiannya, sebuah kalung dengan simbol infinity berwarna perak.
"Denis, aku pilih ini aja," Diandra menunjukan kalung pilihannya.
Remaja itu menggeleng, lalu meminta manager toko, mengemas satu set perhiasan koleksi terbaru, cincin pilihan yang dia minta ukiran
namanya dan Diandra juga kalung pilihan wanitanya.
Diandra hanya bisa pasrah, saat Denis memakaikan langsung kalung yang tadi dipilihnya, sementara cincin masih sedang diukir nama.
"Kamu yakin mau beliin perhiasan sebanyak itu? Nggak salah, Nanti mbak Dessy marah loh," ujar Diandra ketika baru saja keluar dari toko perhiasan.
"Ini uang aku sendiri, mungkin mama nggak tau malah,"
Diandra terkejut mendengarnya, dia sampai menghentikan langkahnya, "Apa maksud kamu? Lalu uang itu dari mana? Kamu nggak nyuri kan?"
Denis tersenyum, "Ini uang aku sendiri, tidak ada hubungannya dengan mama, dan aku nggak nyuri," jawabnya, "Ini uang pemberian kakek dari pihak Daddy, karena aku cucu laki-laki satu-satunya, mama memang nggak tau, sebenarnya aku sering berkomunikasi dengan mereka," jelasnya.
Diandra bernafas lega, setidaknya remaja itu, tak terlibat kejahatan, "Maka dari itu untuk kuliah, kamu ikut aku pindah ke Amerika aja, nanti kita bisa tinggal di mansion kakekku," sambung Denis.
Tawaran menggiurkan, tapi Diandra tak tertarik sama sekali, dia bukan wanita yang silau akan harta, tapi jika menolaknya secara terang-terangan, bisa saja Denis berbuat nekad.
"Akan aku pikirkan," sahutnya, "Apa kamu jadi ajak aku makan siang? Aku lapar," Diandra mengatakan agar tak lagi membahas hal yang nantinya tak mungkin dia lakukan.
Denis mengajaknya ke restoran Jepang, yang masih dalam area mall, Denis mempersilahkannya memilih menu yang diinginkannya.
"Besok mama dan Abang kembali, jadi aku minta kamu, datang ke rumah, memutuskan pertunangan dan mengatakan jika kita tengah menjalin hubungan, tidak usah peduli tanggapan mereka, itu akan jadi urusanku, kamu mengerti?" Denis menegaskan.
Diandra sendiri sampai sekarang tak habis pikir, kenapa dirinya mau menuruti segala kemauan remaja itu, bukankah dia lebih tua dan seharusnya yang muda harus lebih menurut dengan yang lebih tua?
"Apa kamu memang seperti ini, Denis? Maksud aku pemaksa," Dia memberanikan diri mengeluarkan unek-uneknya.
Denis menggeleng, "Memangnya kalau aku nggak maksa, kamu dengan sukarela mau memutuskan pertunangan, lalu bersama aku menjalin hubungan? Aku hanya bersikap seperti ini sama kamu,"
Skak mat, omongan remaja itu sepenuhnya benar, andai Denis tak memaksanya, mustahil dia mau, kecuali soal tidur bersama, Diandra sadar betapa murahannya dirinya, mungkin dia terpesona dengan wajah tampan remaja itu.
"Tapi aku nggak akan memaksa kamu untuk mencintai aku, aku hanya memaksa soal pemutusan hubungan pertunangan kamu dan Abang,"
Diandra tau, jika saat bersama dengan Denis, jantungnya berdetak lebih cepat, ada perasaan membuncah dalam dadanya, tapi dia berfikir, jika dirinya mengembangkan perasaan itu, maka dipastikan akan terjadi pertengkaran antara paman dan keponakan itu.
Meski Dimas telah mengecewakannya, tapi dia tak bermaksud membalas perlakuan tunangannya dengan menjalin hubungan dengan Denis.
Dia tak sengaja melakukannya, mungkin dia terlalu terpesona dengan wajah dan sikap pendiam remaja itu.
"Kalau besok aku nggak bisa, aku diundang ke rumah orang tua Tata, bisa jadi aku seharian di sana, lalu lusa aku diajak oleh teman mendiang bapak, pergi jalan-jalan," Diandra mengatakan yang sebenarnya.
"Kamu benar-benar sibuk ya!"
Pelayan menyajikan makanan yang mereka pesan, Ramen dan makanan pendamping lainnya, selagi makan, tak ada yang berbicara, hanya sesekali membahas tentang rasa dari makanan yang mereka pesan.
***
Usai dari Mall, mereka pulang, dengan menaiki taksi biru, tapi Diandra meminta diturunkan di tengah perjalanan.
"Aku mau ketemuan sama Aditya, ada hal penting yang harus kami bahas," Diandra mengatakannya, ketika Denis bertanya alasan permintaannya.
"Kalau gitu aku ikut,"
"Astaga Denis, ini aku mau bahas tentang kuliah, masa kamu mau ikut, dari semalam kita udah sama-sama,"
"Kalian hanya berdua, aku nggak akan biarkan,"
Diandra mendengus kesal, pusing rasanya menghadapi sisi posesif dari remaja yang duduk disampingnya.
"Aku akan batalkan, besok saja ketemunya di rumah Tata,"
"Itu aku setuju, bagaimanapun dia lelaki, masa kamu hanya berdua sama dia, kalau dia khilaf sama kamu gimana? Tidak ada yang namanya hubungan pertemanan antara laki-laki dan perempuan, pasti salah satunya ada yang memiliki rasa lebih,"
Ingin rasanya Diandra menyangkalnya, karena selama enam tahun pertemanannya dengan Aditya, tak sekalipun mereka membahas soal rasa suka, karena setahunya, dia bukan tipe perempuan yang disukai oleh Aditya.
Diandra dan Talita adalah perempuan yang jauh dari kata lembut, jika mereka sedang berkumpul, walau di luaran Diandra dan Talita dikenal sebagai perempuan kalem.
Aditya selalu menjuluki kedua kawan perempuannya, dengan sebutan bangor, karena ucapan yang mereka katakan juga kelakuan tomboinya.
Aditya menyukai perempuan lemah lembut, dengan tutur kata sopan, juga berpenampilan feminim, kalau bisa memakai hijab.
"Jaga jarak kamu dan teman lelaki kamu, aku nggak suka,"
Diandra hanya mengangguk, memilih menurut, karena malas berdebat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
wow Denis membelikan satu set perhiasan buat Diandra...
2024-05-30
1
Ripah Ajha
ya ampun keren banget kaamu Denis, makin love2 deh🥰
2024-03-07
1
Umie Irbie
iiiiiihhh,. so sweeet bangeeeet siiiiii denis 🤭🤗🤗🤗🤗
2024-03-07
1