Jangan lupa tinggalkan jejak, supaya aku tambah rajin up.
Happy reading.
Hubungan antara Dimas dan Diandra tak banyak berubah, masih sama seolah tidak ada masalah apapun sebelumnya.
Walau pertemuan mereka tak seintens sebelumnya, dikarenakan Dimas sering mengikuti Dessy, sekedar membantu pekerjaan kantor atau memantau pabrik diluar kota.
Hanya SMS atau telepon yang sering digunakan sebagai komunikasi diantara sepasang kekasih itu.
Mengenai Denis, remaja yang baru dinyatakan lulus dari Sekolah Menengah Pertama itu, sering mendatangi Diandra ke rumah.
Ada saja alasan yang digunakan lelaki tampan berwajah sedikit bule itu, lebih sering beralasan, mengantarkan makanan buatan mbok Nah, karena disuruh oleh Dewi. Padahal ada pak Sukar sebagai sopir.
Tak ada yang mencurigai tentang maksud Denis, mondar-mandir berkunjung ke rumah tunangan dari pamannya.
Andai mereka tau, sayangnya hanya Diandra yang tau, jika remaja labil itu, tengah bersiap menikung pamannya sendiri.
Seperti sore itu, dengan dalih mengantarkan puding buatan Omanya, Denis berkunjung ke rumah Diandra, yang saat itu sedang kedatangan Aditya tanpa Talita, gadis itu sedang bersama ibunya menghadiri kondangan salah satu saudara.
Dengan kata lain, Diandra hanya berdua dengan salah satu kawan karibnya, bel rumah berbunyi, saat keduanya sedang membicarakan tentang renovasi rumah yang akan mereka tempati bersama, sewaktu kuliah nanti.
"Loh Denis, ada apa?" tanya Diandra, wanita itu membuka gerbang rumahnya, mendapati remaja yang mengenakan celana pendek hitam selutut dan t-shirt berwarna senada.
Denis menunjukan kotak Tupperware berwarna merah muda, "Aku antar puding dari Oma,"
Diandra membuka pagarnya lebih lebar, membiarkan remaja itu memasukan motor, "Kamu masuk dulu, sambil aku gantiin tempatnya," Jangan sampai koleksi Tupperware calon mertuanya tidak dikembalikan, bukan Diandra yang kena omel, tapi Denis atau mbok Nah.
Denis melihat motor bebek yang asing baginya, "Ini motor siapa mbak?" tanyanya, dia berdiri tepat disampingnya.
Diandra yang sudah menapaki teras, berbalik menatap remaja beralis tebal itu, "Oh itu punya Adit, temenku, dia lagi main ke sini," jelasnya, setelahnya dia masuk kedalam rumahnya.
Denis mempercepat langkahnya, supaya sejajar dengan sang pemilik rumah, tapi alangkah terkejutnya dia, saat melewati ruang tengah, dia mendapati seorang lelaki sedang tiduran diatas karpet, sembari menonton televisi.
"Di, bawain air dingin lagi dong, gelas gue kosong nih," teriak Aditya tanpa melihat kawannya.
"Lo mau puding juga nggak Dit, camer gue bawain nih," Kata Diandra sembari memindahkan puding, ke kotak makanan miliknya.
"Boleh deh," sahut Aditya, "Emang siapa yang bawain? Kata Lo, Dimas lagi di Bandung,"
Diandra melirik Denis yang kini berdiri tak jauh darinya, "Ini keponakan Dimas yang antar,"
"Oh yang anak SMP itu ya!" ujar Aditya tanpa melihat ke arah kawannya.
Diandra tak menyahut, dia sedang mencuci wadah Tupperware milik Dewi, agar dibawa kembali oleh Denis.
"Kamu hanya berdua sama dia di rumah ini?" tanya Denis, tatapannya mengintimidasi wanita dihadapannya.
Diandra berusaha bersikap biasa saja, meskipun tatapan Denis membuatnya sedikit gugup, "Iya, dia kawan karibku," jawabnya.
"Tapi dia laki-laki," Denis menunjuk lelaki yang masih betah berbaring miring membelakangi mereka.
"Walau dia laki-laki, apa masalahnya? Dan kami sudah berteman dari SMP, bahkan kami lebih seperti saudara, lagian apa urusannya sama kamu, Dimas aja nggak keberatan kok, dia tau kalau aku sering menghabiskan waktu sama Adit,"
Denis mendengus kesal, "Aku lupa soal Abang, kenapa hingga sekarang mbak nggak mau dengarkan aku, supaya putus dari Abang? Padahal mbak tau, jika Abang pernah berselingkuh,"
"Semua orang berhak mendapatkan kesempatan kedua, Dimas juga sudah berubah kok," Diandra berusaha membela tunangannya.
Denis memajukan langkahnya, jaraknya dengan Diandra hanya dua jengkal, "Kamu mau bukti, kalau aku bisa buat Abang menghilang dari hadapan kamu, atau mungkin selamanya,"
Tatapan tajam Denis, membuat Diandra merinding seketika, dia mulai takut, entah mengapa alarm tanda bahaya dalam dirinya, seolah sedang memberitahunya, jika dia harus segera menjauh.
Diandra berusaha tetap tenang, dia mengambil air dingin dan potongan puding untuk kawannya, dia meninggalkan Denis, tanpa menanggapi ucapan remaja itu.
"Di, Tata SMS, katanya Lo mau dibawain apaan?"
Diandra duduk disebelah Aditya, dia meminta kawannya untuk bangun, lalu memberikan piring kecil berisi puding cokelat juga botol air mineral.
"Nggak usah bawa apa-apaan, gue ada banyak makanan di kulkas," jawabnya, "Emang Tata mau kesini?" tanyanya.
Aditya memberikan ponsel ber-casing hitam pada Diandra, "Kayaknya dia bales tuh,"
Denis menatap tajam interaksi antara dua manusia berbeda jenis kelamin itu, dia mengepalkan tangannya, lalu memilih beranjak dari sana, tanpa mengucapkan sepatah katapun.
***
Baru saja hendak memejamkan matanya, karena waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, Diandra dikejutkan dengan bunyi bel rumahnya.
"Udah jam segini, siapa yang datang?" Dia bermonolog pada dirinya sendiri, meski kesal, tetap saja dia bangkit, dan keluar dari kamarnya, menuju pintu depan, memastikan siapa yang datang.
Didepan pagar rumahnya, ada seseorang dengan jaket hitam dan topi berwarna senada, berdiri membelakangi rumahnya.
Diandra memilih diam, tak bersuara, dia berdiri tak jauh dari pagar, bersiap jika tamu tak diundang itu akan berbuat jahat padanya, dia akan berteriak, membangunkan penghuni komplek.
Orang dengan outfit serba hitam itu berbalik, menatapnya, "Buka pager nya dong mbak?" Itu Denis.
Diandra masih berdiri ditempatnya, "Kamu ngapain kesini? Kamu nggak lihat jam berapa?" tanyanya kesal.
Denis melangkah mendekati pagar, "Buka pagarnya atau aku lompat,"
Diandra tak bergerak sedikitpun, "Kamu ngapain kesini? Udah malem, nggak dicariin sama mama kamu?"
"Aku udah gede mbak, mama nggak perlu cariin aku,"
"Tapi ini udah malam, aku ngantuk mau tidur, mending kamu pulang gih," Diandra berusaha mengusir remaja labil itu.
"Aditya boleh kesini, kenapa giliran aku nggak?" Denis mencengkram pagar besi berwarna hitam dihadapannya, Dia tak terima diacuhkan.
Diandra menghela nafas, "Adit datang siang, dan udah dari sore pulang bareng Tata, sedangkan kamu malam-malam begini baru datang, ya jelas aku nggak bolehin,"
"Tapi aku kangen kamu, tadi aku mau melepas kangen, tapi ada Benalu yang ada di rumah kamu, jadi mau nggak mau, aku baru datang sekarang," Denis sengaja menekankan salah satu kalimat, bermaksud menyindir.
Diandra menutup mulutnya yang menguap lebar, dia mulai mengantuk, "Gini deh, kamu datang lagi besok pagi, aku pasti bolehkan masuk kok, jadi sekarang tolong kamu pulang, aku udah ngantuk banget," tanpa menunggu tanggapan dari Denis, Diandra berbalik melangkah menuju ke dalam rumahnya.
Tanpa Diandra sadari, Denis tersenyum miring, dia mulai menaiki pintu pagar dengan mudah, dan berhasil menghampiri Diandra, sebelum wanita itu menutup pintu rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
nekad sekali Denis 🤦♀️
2024-05-30
0
Mareeta
ini lagi dikerjain, soalnya aku abis ada acara seharian di Ancol
2024-03-06
0
Umie Irbie
othoooor update lagi pliiiiiis😀
2024-03-06
1