Niat hati hanya ingin mengantarkan Denis, Diandra harus menghadapi drama diawal harinya.
Menyebalkan, apalagi bertemu lagi dengan wanita, yang telah mengganggu ketenteraman hubungannya dengan tunangannya.
Sudah lah, baik tadi atau nanti, keluarga Dimas pada akhirnya tau, jika Dimas yang salah karena telah mengkhianatinya.
Diandra memang memaafkan Dimas, tapi entahlah, kalau dipikir-pikir, bukankah dia lebih parah, karena meniduri keponakan tunangannya?
Sembari mengemudi, dia melihat puluhan panggilan dan SMS masuk, dari kedua kawannya, mereka pasti merajuk, karena dia sangat terlambat, tapi Diandra tau cara merayu kedua kawannya agar memaafkannya.
Ponselnya kembali berdering, itu bukan dari kedua kawannya, itu dari keponakan tunangannya.
Diandra baru sadar, jika tadi saat drama berlangsung antara dirinya dan keluarga tunangannya, dia tak mendapati, Denis ada disekitar mereka.
"Halo, kenapa?" tanyanya, dia mengapit ponsel dengan casing berwarna merah muda di antara telinga dan pundaknya.
"Kamu pergi, kenapa nggak pamit sama aku?"
"Aku buru-buru, dua temanku sudah menungguku lama, bisa-bisa mereka marah sama aku,"
"Kasih tau, dimana kamu ketemuan, aku susul,"
"Nggak usah, aku tutup ya, aku lagi nyetir," tanpa menunggu jawaban, Diandra mengakhiri panggilan itu.
Sudah berhari-hari dia tak bertemu kedua kawannya, dia tidak ingin kegiatan menyenangkannya terganggu oleh bocah SMP itu.
Sesampainya di cafe, benar saja, kedua kawannya sudah memasang raut wajah cemberut, "Sorry banget gue telat, ada masalah tadi," katanya tidak enak.
"Telat Lo hampir dua jam Diandra, uang jajan gue sampai abis gara-gara pesan makan sama minum mulu," Talita mendengus kesal.
Diandra meringis, semakin tak enak, teringat sesuatu, dia berkata, "Oke, sebagai tanda permintaan maaf gue, entar uang lo gue ganti,"
"Gue enggak ,Di?" Sela Aditya.
"Ye... entar duit lo berdua, semua gue bakal ganti juga,"
Senyum mengembang menghiasi wajah Talita dan Aditya, "Hore..., Sering-sering Di, biar gue bisa jajan gratis, btw, kenapa Lo ngajak kita ketemuan? Tumbenan banget, biasanya Lo kan sibuk sama ayang Dimas," gadis berkuncir kuda yang mengenakan jaket baseball berkata.
Diandra melirik Talita sejenak, lalu menatap Aditya yang duduk bersebelahan, "Gue mau ngasih tau, pertama kalo gue udah tunangan sama Dimas," Diandra menunjukan cincin di jari manisnya, kedua kawannya bereaksi sama, sama-sama melongo, "Kedua Rosalina ngajakin gue ketemuan,"
"Lo keterlaluan Di, masa lo tunangan kita nggak diundang, temen macam apa Lo?" Talita mendengus kesal.
"Itu juga diluar rencana Ta, Lo ingat gue pernah cerita, kalau gue diajakin ke Villa keluarganya Dimas, terus di sana Dimas ngajak tunangan, masa gue tolak, kaga enak lah sama Bu Dewi dan mbak Dessy," jelas Diandra.
"Terus kenapa itu pec*n nyariin elu?" Tanya Aditya.
"Cewek itu ngaku hamil anaknya Dimas, awalnya gue ga percaya, tapi dia ngasih bukti foto mereka lagi telanjang di atas kasur, gue kaget banget, nggak nyangka Dimas kayak gitu, kalo kayak gitu kenapa mesti ngajak gue tunangan, dan Lo berdua tau, barusan Rosalina nekat nyamperin ke rumah Dimas buat minta pertanggung jawaban, ibu dan kakaknya Dimas langsung nggak terima, abis itu cewek di maki-maki, bahkan Dimas mau diusir kalo sampai mau sama itu cewek," Diandra bercerita dengan semangat, seperti tak ada jejak kesedihan.
"Lo kok kayak nggak sedih?" Tanya Aditya dengan tatapan menyelidik.
"Sedih gue udah gue abisin kemarin, sebuah kesenangan buat mereka kalo gue terpuruk,"
Kedua kawannya manggut-manggut membenarkan perkataan yang dilontarkannya, "Terus gimana kelanjutan hubungan lo sama Dimas?" Tanya Talita.
"Lanjut lah, mana tega gue sama Bu Dewi sama mbak Dessy, mereka udah mau Nerima gue yang sebatang kara ini," sahut Diandra santai.
"Gila Lo ya! Kayak nggak ada cowok lain aja Di, kesalahan Dimas itu fatal loh, selingkuhnya sampai ke kasur, dan segampang itu Lo maafin? Lo Bego atau gobl*k?" Talita sampai bangkit, saking kesalnya dengan sikap sahabatnya.
"Bener kata Tata, adanya Dimas makin ngelunjak, dan suatu saat bakal mengulang hal yang sama, karena dia bakal menyepelekan lo, saran gue Lo harus tegas."
"Kalo gue jadi elo, udah gue tinggalin tuh Dimas, geli gue, suruh periksa tuh Di, ada penyakit kelam*n nggak," Talita menambahkan.
"Nggak tau lah, bodo amat, emangnya gue sama Dimas sampai tidur segala? Udah bahas yang lain, Lo berdua udah dapet kampus belum?" Tanya Diandra, ini tujuannya datang menemui kedua kawan karibnya.
"Nyokap gue nyuruh gue kuliah Di Semarang, biar deket sama nenek gue, kalo lo dit?" kata Talita.
"Gue baru dapet undangan kemarin dari kampus negeri di Jogja," sahut Aditya.
"Ih gue ikut dong," ucap Diandra antusias, dia mendadak mendapatkan penyelesaian dari masalah yang dihadapinya.
"Dih elu gimana si, terus undangan dari UI nggak Lo ambil? Gila lo, satu angkatan kita cuman lima orang yang dapet undangan dari UI, dan Lo nggak ambil, Bego lo kalo sampai nggak di ambil," Sela Talita heran, sahabatnya melepaskan kesempatan langka yang diimpikan teman-teman satu angkatan mereka disekolah.
"Katanya belum lama Lo juga ke Rawamangun bareng Dimas kan?" giliran Aditya yang bertanya.
"Waktu itu sebelum gue tau Dimas macem-macem, setelah tau dia gitu, gue jadi males satu kampus, apalagi kehidupan kampus bakal lebih bebas kan?"
Talita dan Aditya mengiyakan ucapan Diandra, "Tapi Di, kenapa Lo mesti ikut Adit? Kenapa nggak gue, kalo Lo ikut gue, Lo bisa lebih dekat sama nyokap Lo? Beda kecamatan doang sama rumah nenek gue kok," Talita berseru heran.
Diandra berdecak, "Lo lupa gue nggak gitu akur sama nyokap gue, sejak beliau nikah lagi? Belum lagi manjanya kelakuan anak tiri nyokap gue, adanya makan hati di sana," jelasnya.
"Terus alasan Lo ikut gue kenapa? Emang Lo dapet undangan juga dari salah satu universitas di Jogja?" tanya satu-satunya lelaki di antara mereka.
Diandra menggeleng, "Emang gue belum cerita, kalau mendiang bokap gue punya rumah di sana?"
"Serius Lo?" tanya Aditya dengan wajah serius.
Diandra menunjukan jari telunjuk dan tengah, "Serius, apa perlu gue tunjukkin sertifikat rumahnya? Dan Lo pikir selain pensiun dari mendiang bokap, selama ini gue bisa biayain hidup gue dari mana coba? Ya dari kontrakan rumah yang di Jogja, makanya meskipun gue nggak kerja paruh waktu, gue masih bisa bertahan hingga sekarang,"
Terlihat binar-binar dari kedua mata kawannya, "Pantesan Lo nggak pernah kere ya Di, gue sempet bilang ke nyokap, buat siap-siap bantuin Lo, soal biaya kuliah," kata Aditya.
Diandra kenal baik dengan ibu dari kawannya itu, begitu juga dengan kedua orang tua Talita, "Wah makasih banyak, soal biaya kuliah, dari kecil Alhamdulillah, mendiang bapak, udah siapin tabungan khusus, jadi untuk biaya ada sendiri."
Talita dan Aditya bernafas lega mendengarnya, setidaknya kawan mereka yang sebatang kara itu, tak kekurangan secara finansial.
Mereka mulai membicarakan tentang rencana masa depan yang akan dilakukan, berharap semuanya berjalan lancar dan tak ada kendala berarti, lalu sesuai janjinya semua makanan dan minuman di bayar oleh Diandra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Istriorang
sejauh ini makin seru, FL tipe yg kuat dan mandiri, gak menye² dan tau harus bertindak apa, satu kesalahannya tergoda anak SMP wkwk bisa²nya dia kepengen gituan sama anak SMP, tp mungkin pesonanya lebih² dr dimas kali yaa, makanya bs tergoda gituuu.. dan emang point menariknya ya disitu, sama brondong 🤭😆
2024-09-14
2
Yunerty Blessa
kasian juga Diandra walaupun sebatang kara tapi di temani teman yang baik....
2024-05-30
1
Umie Irbie
thoooor covernya yg kerenan dikit napa thoor,.🤣 gambarnya kurang menarik
2024-03-05
1