Ujian Nasional telah usai, beberapa hari lalu, Dimas kembali mengajak Diandra ke rumahnya untuk bertemu dengan ibunya.
Dewi nama ibunya Dimas, sangat senang dengan kedatangan pacar putranya, Dewi menilai Diandra sebagai anak baik-baik, kebetulan hari ini Dewi istirahat di rumah, kesibukannya mengelola perusahaan membuat wanita berusia lima puluh empat tahun itu kelelahan, wanita tua itu berharap banyak pada anak lelakinya agar bisa membantu kakaknya mengelola perusahaan, agar dirinya bisa pensiun menikmati masa tua.
Dewi mengajak Diandra untuk makan bersama di rumah, ditengah acara makan siang, Denis pulang dari sekolahnya, laki-laki berseragam SMP itu, mencuci tangan setelah meletakkan tas nya di sofa ruang tengah, dia menuruti Oma nya untuk makan siang bersama.
Setelah makan siang selesai, Diandra membantu Dewi dan Mbok Nah membereskan meja makan dan mencuci piring.
Kemudian Dewi mengajak Diandra, duduk di gazebo dekat kolam renang, mereka mengobrol banyak, Dewi prihatin mengetahui bahwa Diandra hidup sendirian di ibu kota, wanita tua itu menawarkan bantuan jika Diandra memerlukannya.
Sedang asyik mengobrol, Dimas datang, "Di, aku tinggal bentar ya, si Chiko barusan SMS minta tolong aku buat jemput mamanya di bandara, Chiko ga bisa jemput karena lagi sakit gigi, kamu sama ibu dulu ya," katanya pada kekasihnya, lalu dia beralih, berpamitan pada ibunya, "Bu, aku pinjem mobil ya?" dia bahkan sudah ganti baju.
"Ya udah ambil kuncinya di pak Sukar, bilang ibu udah izinin, terus kamu hati-hati nyetirnya, Dian biar sama ibu," jawab Dewi.
Dimas pergi meninggalkan pacarnya bersama ibunya, sebenarnya laki-laki itu berbohong, dia akan menemui Mawar di apartemen yang tak jauh dari rumahnya.
Sejak berhubungan badan pertama kali, mereka saling bertukar pesan, bahkan mereka terkadang bertemu untuk saling melepaskan hasratnya, tidak ada cinta diantara keduanya, mereka hanya bersenang-senang, dari situlah Dimas baru tau kalo Mawar bernama asli Rosalina, teman satu angkatan di sekolahnya, hanya saja Rosalina jurusan IPS dan salah satu primadona angkatannya, wanita itu berasal dari keluarga broken home, dia menjajakan dirinya untuk kesenangan semata, hidupnya cukup bergelimang harta, wanita itu berasal dari keluarga berada.
***
Dilain tempat, waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, Dimas tak kunjung pulang, ibunya menelponnya tapi ponselnya tidak aktif, Diandra ijin untuk pulang, sebenarnya Dewi menyuruhnya untuk menginap, tetapi wanita itu ingin pulang saja, dirinya tidak mau merepotkan ibu dari pacarnya.
"Ya udah Dian diantar Denis aja ya, ibu ga tenang kalo perempuan pulang malem sendirian," ucap Dewi.
Wanita tua itu minta tolong cucunya untuk mengantarkan Diandra pulang, menggunakan motor bebek yang biasa digunakan pak Sukar untuk mengantarkan mbok Nah ke Pasar, pak Sukar sudah pulang dari sore karena istrinya akan melahirkan.
Saat memasuki komplek perumahan, tiba-tiba hujan mengguyur dengan derasnya, kilat menyambar, kepalang tanggung, karena sebentar lagi mereka sampai, sehingga tetap melanjutkan perjalanannya.
Melihat tubuh keponakan pacarnya basah kuyup, Diandra menyuruh Denis Masuk ke dalam rumahnya, mereka bergantian mandi, Diandra meminjami remaja itu, kaos oblong dan celana training miliknya,
Gadis itu juga membuatkan teh hangat dan mie instan rebus yang dilengkapi dengan telur, potongan cabai dan sawi.
Hujan masih turun dengan derasnya, dengan terpaksa Denis menginap setelah mengirimkan pesan pada Omanya, beruntung besok libur bagi Denis yang sudah kelas tiga SMP.
Keesokan paginya gerimis masih melanda, padahal seharusnya sudah mulai masuk musim kemarau.
Diandra memasakkan nasi goreng untuk remaja, yang sepertinya masih tertidur di kamar milik orang tuanya dulu.
Setelah selesai memasak, Diandra mengetuk pintu, dan membangunkan Denis untuk mengajaknya sarapan.
Denis bangun dan menuju kamar mandi, untuk membersihkan diri, dia hanya cuci muka dan menggosok gigi dengan sikat gigi, yang baru semalam diberikan Diandra.
Mereka sarapan bersama di meja makan yang ada di dapur. "Enak ga Denis, nasi gorengnya?" Tanya Diandra, saat mereka baru selesai sarapan.
"Enak, mbak pintar masak," puji remaja itu.
"Apaan si Denis cuman nasi goreng sama mie instan semalam, anak SD juga bisa," wanita itu merendah.
"Mbak Dian tinggal sendiri?"
"Iya, bapak udah meninggal waktu aku lulus SMP, dan ibu menikah lagi setahun lalu dan mengikuti suami barunya di Semarang," Dian agak sedih menceritakannya, "Oh ya papa kamu kemana? Dimas ga pernah cerita sama aku soal papa kamu,"
Wajah Denis berubah sendu, "Daddy udah cerai sama mama saat aku elementary school, Daddy selingkuh dengan rekan bisnisnya, mama memergoki dan langsung mengajukan cerai, dan pulang ke Jakarta,"
"Emang dulu kamu tinggal dimana?" Tanya Dian.
"Dulu aku lahir dan besar di Amerika, mama hamil saat mulai memasuki bangku kuliah, lalu Daddy menikahi mama saat tau mama hamil,"
"Maaf ya aku nggak tau," ucap Diandra merasa bersalah. "Apa ini yang buat kamu jadi pendiam? Kata ibu Dewi, dulu kamu ceria,"
"Aku hanya malas ngomong mbak? Apa yang mau diomongin?"
"Ya banyak lah, kamu itu pendiam orangnya, bahkan aku sempat takut waktu pertama kali Dimas kenalin kamu ke aku, aku pikir, kamu benci aku,"
Denis tertawa, ada lesung pipi disebelah pipi kanannya, manis sekali batin Dian, wanita itu menggelengkan kepalanya, menghilangkan pikiran soal remaja itu.
"Kenapa mbak?" Tanya Denis heran melihat Diandra menggelengkan kepalanya.
"Nggak papa, lagi pengen gerakin kepala, agak kaku leher," jawab Diandra asal. "Kamu kapan ujian nasionalnya?"
"Dua Minggu lagi, mbak mau lanjut kuliah dimana? Bareng bang Dimas ya mbak?"
"Rencananya gitu, doain ya!"
"Iya aku doain,"
Hujan masih turun, keduanya melanjutkan obrolan. "Denis, kamu udah punya pacar?" Tanya Diandra, ketika mereka duduk di sofa ruang tengah.
"Nggak, Ada sih beberapa yang nembak aku, tapi aku ga mau?"
"Kenapa?" Tanya Dian, padahal seharusnya Denis bisa memanfaatkan wajah tampannya, untuk memiliki banyak pacar.
"Karena aku ga suka," Jawab Denis santai.
"Ga pengen nyoba gitu pacaran ala anak SMP?"
"Emang mbak dulu waktu SMP pacaran?" Denis malah bertanya balik.
"Nggak sih, kan Ada bapak yang antar jemput aku sekolah, jadi ga ada waktu buat mikirin itu, aku juga banyak ikut les pas SMP, temen laki-laki yang dekat aja cuma satu,"
"Mbak pinter ya?"
"Nggak biasa aja,"
"Emang cita-cita mbak apa?"
"Pengen jadi perawat, cuman Dimas ngajakin aku kuliah bareng dia jurusan ekonomi,"
"Menurut aku mbak, mending wujudkan cita-cita mbak sendiri, kan buat masa depan mbak sendiri kan?"
"Itu yang lagi aku pikirin, terus cita-cita kamu apa?"
"Pengen jadi dokter mbak,"
"Mudah-mudahan tercapai ya Denis, eh di luar masih gerimis, kita nonton film aja yuk, aku di beliin kaset CD sama Dimas, waktu jalan-jalan di mal, mau?"
"Boleh deh mbak," Denis menyetujuinya, Diandra memasang kaset CD, di VCD miliknya.
Ditengah-tengah film yang di putar, ada adegan cukup vulgar, membuat kedua orang yang sedang menonton menjadi menahan nafas, muka keduanya merah, malu, "Denis, sorry aku baru pertama kali liat, Dimas juga ga ngomong ada adegan kayak tadi," Diandra mulai merasa canggung.
"Nggak papa mbak, kan mbak juga ga sengaja, santai aja," ujar Denis, padahal dirinya sempat panas dingin melihat adegan vulgar tadi.
Sesuai kesepakatan mereka lanjut menonton film itu hingga selesai.
Saat Diandra berdiri hendak mengisi air di gelasnya yang kosong, tak sengaja dirinya tersandung, alhasil gadis itu jatuh di pangkuan Denis, untuk beberapa saat, pandangan mata mereka beradu, entah siapa yang memulai, bibir keduanya saling menempel, mereka berciuman, kegiatan itu terganggu saat dering ponsel berbunyi dari saku celana training yang di pakai Denis, laki-laki itu mengangkat panggilan dari mamanya, yang memberi tahu kalo mamanya sudah pulang dari luar kota.
Diandra masih diam duduk di sofa, gadis itu masih bingung, kenapa bisa ciuman pertamanya malah bersama Denis yang merupakan keponakan pacarnya.
Denis menepuk pundak Dian, "Mbak, aku pulang dulu, mama udah telpon nyuruh aku pulang, kayaknya hujan udah reda," ucap Denis yang hanya di balas anggukan, sebenarnya Denis sedikit canggung karena kejadian barusan, remaja itu pamit untuk pulang.
Setting waktunya, tahun dua ribuan, dimana masih ada kaset CD dan ponsel jadul.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
siapa tahu jodoh Dianra sama Denis dan bukan nya Dimas.....
2024-05-30
0
Umie Irbie
aku suka cowok bucin 🤣🤣🤣🤣🤣🤪🤭
2024-03-05
0
Umie Irbie
othoooooodooor,. duda emil udahan yaaaaa,. kira2 niiii cowok nya bicin ngg yaaaaa 🤣🤣🤣🤣🤣
2024-03-05
1