Jangan lupa tinggalkan jejak.
Denis baru saja menyelesaikan urusannya di sekolah, ketika tiba-tiba hujan deras mengguyur, dia menghubungi supir keluarganya untuk menjemput, tetapi tidak bisa karena pak Sukar sedang berada di bengkel untuk servis rutin bulanan, sedangkan mamanya, sedang meninjau pabrik yang ada di Surabaya.
Dengan menumpang taksi dari halte sekolah, remaja itu menuju rumahnya, belum sampai seratus meter dia meminta kepada bapak supir taksi untuk berhenti.
Dengan mengandalkan payung hitam yang selalu ada di tasnya, dia mencoba menerobos hujan hendak menghampiri seorang gadis yang dikenalnya, sedang berjongkok diatas trotoar.
Itu Diandra, tunangan dari omnya, dia menawarkan untuk mengantarkan pulang setelah memberhentikan taksi biru yang melintas.
Denis juga memberikan jaketnya, ketika melihat Diandra mulai kedinginan, tak ada yang membuka suara.
Hanya suara berisik air hujan yang menimpa badan taksi, yang mengisi keheningan diantara mereka.
Sesampainya di rumah Diandra, Denis menyuruhnya untuk segera mandi air hangat, remaja itu membuatkan minuman teh hangat, dia juga meminta ijin untuk menumpang mandi setelah Diandra menyelesaikan ritual mandinya, Denis juga menanyakan soal bajunya yang tempo hari.
Selesai dengan urusan kamar mandi, laki-laki itu melihat keadaan Dian yang sepertinya sedang menggigil kedinginan duduk meringkuk di atas sofa.
Denis memapah Dian menuju kamar, tak lupa memberikan gadis itu obat penurun panas, yang diambilnya dari kotak P3K.
Ketika Denis hendak beranjak dari kamar itu, tangannya di tahan oleh Diandra, "Sini aja, temenin aku, tolong peluk aku, aku kedinginan," pintanya dengan tatapan sayu.
Karena tidak enak menolak, Denis menaiki ranjang dan memeluk Diandra, supaya gadis itu tetap hangat, dia menatap kaca jendela yang terciprat air hujan.
Diandra memeluk tubuh remaja itu erat, mereka berdua ada dibawah selimut yang sama, saling berpelukan, entah siapa yang memulai, atau godaan setan yang kebetulan lewat, keduanya mulai berciuman, mengecap bertukar Saliva dan memainkan lidah, mengikuti naluri alamiah mereka.
Walau sedikit kaku, Denis berusaha memimpin permainan, mencoba mengingat bagaimana saat remaja itu mengalami mimpi basah beberapa bulan yang lalu, serta saat keduanya menonton adegan vulgar di film yang mereka tonton tempo hari.
Keduanya seolah tak sadar, akan resiko yang akan mereka terima nantinya, Diandra yang memang sedang bersedih dan patah hati, serta Denis yang memiliki rasa, sejak ciuman pertama mereka, membuatnya tak peduli dengan apapun.
Remaja yang bahkan belum memiliki kartu tanda penduduk itu, mencumbui tunangan omnya sendiri, mengikuti bisikan disalah satu sisi dirinya, agar memiliki seutuhnya perempuan yang telah membuatnya jatuh cinta.
Saat hendak menuju intinya, Denis menatap Diandra, untuk meminta persetujuan melanjutkan ke tahap selanjutnya, Diandra yang terbakar gairah, hanya mengangguk, tanda setuju.
Denis yang memang baru pertama kali melakukannya, sedikit kesulitan, pelipisnya sampai berkeringat, dia berusaha untuk menembus tempat yang telah basah dibawah sana.
Setelah mencoba beberapa kali, akhirnya Denis berhasil memasukan senjatanya ke lubang hangat milik Diandra.
Diandra memekik kaget, dia menjerit kesakitan saat benda tumpul memaksa menerobos kewanitaannya, air matanya keluar.
Melihat mantan gadis yang dibawah kendalinya menitihkan air mata, Denis mengecup kedua mata itu bergantian, lalu membisikan kata maaf tepat di telinga Diandra.
Setelah beberapa saat, berbekal naluri alamiahnya, dia mulai menggerakkan pinggulnya, pengalaman pertamanya, dia tak akan melupakan hal ini seumur hidupnya.
Diandra mulai menikmati kegiatan yang mereka lakukan, tubuhnya yang tadinya menggigil kedinginan, sekarang kegerahan dan berkeringat padahal di luar hujan deras masih melanda.
Beberapa saat kemudian, tubuh Denis ambruk, keduanya terengah-engah, Denis mencium kening Dianra dan mengucapkan terima kasih.
Karena kelelahan, mereka langsung tertidur sambil berpelukan.
***
Diluar sudah gelap dan hujan juga telah reda hanya menyisakan gerimis kecil, Diandra terbangun terlebih dahulu, wanita itu kaget melihat keadaan dirinya dan laki-laki yang sedang memeluknya.
Hari yang sangat berat selama delapan belas tahun hidupnya, sama seperti saat dia kehilangan bapak kandungnya, dan kini dia dikhianati cinta pertamanya, lalu sekarang harus kehilangan mahkotanya karena kecerobohannya. Menyesal sudah tidak ada guna, menangis? dia sudah lelah menangisi nasibnya.
"Mbak," panggil remaja itu.
Diandra menatap laki-laki yang sedang memeluknya, "Aku ga bakal minta maaf soal kejadian tadi, karena aku memang suka, terserah mbak mau benci aku atau nggak, yang jelas mulai sekarang mbak Dian udah resmi jadi punya Denis," klaimnya.
Diandra melongo mendengar ucapan Denis, bagaimana mungkin remaja yang belum dinyatakan lulus SMP, dengan mudah mengatakan hal itu.
"Oh ya, aku minta mbak Dian putusin Bang Dimas, dia ga pantes buat mbak," sambungnya.
Dian melonggarkan pelukannya, wanita itu menatapnya, "Jadi kamu sudah tau?" tanyanya memastikan.
"Soal yang mana mbak?" Denis bertanya balik.
"Tadi ada teman seangkatan beda jurusan, ngajak aku ketemuan, wanita itu mengaku kalo dia lagi mengandung anaknya Dimas, awalnya aku ga percaya, ga mungkin Dimas kayak gitu, sama aku aja yang dia cintai, dia cuman berani pegang tangan sama cium pipi, itu juga cuman dua kali, apalagi ini, aku pernah denger beberapa kali teman sekelas bilang kalo cewek itu bisa di 'pakai', tapi setelah dia kasih lihat foto Dimas sama dia lagi ga pakai baju, aku jadi percaya, apa Dimas ga beneran cinta sama aku? Kalo ga cinta kenapa kemarin ngajak tunangan," akhirnya dia menceritakannya.
"Terus sekarang apa yang mau mbak lakuin? setelah kita berdua ngelakuin ini," Tanya Denis.
"Aku nggak tau," Diandra melepaskannya pelukan itu, wanita itu bangun ingin membersihkan diri, tetapi saat dia hendak berdiri, ada sesuatu yang keluar dari bagian bawahnya, wanita itu juga merasakan perih luar biasa, melihat hal itu Denis langsung memakai celananya, dan membantunya, "Apa mbak mau ke toilet? Aku bantu ya!" Walaupun tinggi mereka sama tetapi tenaga Denis masih kuat jika harus mengangkat wanita itu, Denis menurunkannya di depan pintu toilet, "Entar kalo udah selesai panggil aku ya mbak!" Wanita itu hanya mengangguk.
Diandra keluar kamar mandi menggunakan handuk yang melilit tubuhnya, ia menuju kamarnya, untuk memakai baju yang lebih nyaman, rasanya tidak nyaman pada bagian bawahnya.
"Kan aku bilang, panggil aku kalo udah selesai mbak," Denis melihat Mbak Dian sudah memakai daster rumahan dan handuk melilit di kepalanya.
"Aku udah bisa sendiri, kamu mau makan nggak? Tadi pagi aku masak, kalo mau tinggal di hangatkan," tawar Diandra.
"Boleh mbak, aku mau mandi lagi ya!" Izin Denis, sementara Diandra memanaskan masakannya.
Diandra menghela nafas, sekali lagi dia memaki dirinya sendiri, bisa-bisanya meniduri keponakan dari tunangannya, yang bahkan belum lulus SMP, Dasar Gila!
Patah hati membuatnya, tak bisa berfikir waras, apa yang harus dilakukannya setelah ini?
Dia teringat tentang dua kawan karibnya, mungkin dia akan memintai pendapat mereka nantinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
biar pun kecewa dengan Dimas tapi jangan mudah luluh dengan Denis....
aduh pusing 🤦♀️
2024-05-30
0
Umie Irbie
gila siiiiii,. ngg ada yg bener 🤣🤣🤣🤣🤣 diandra murahan bangeeeeet ,. sama donk berarti dg dimas😡😡😡😡😡🤭 bedanya dimas dapat jalang diandrA dapat perjaka ting ting 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣😭🤪
2024-03-05
0