Hari sudah gelap Alvaro perjalanan menuju rumah sakit.
“kamu dia mana?” tanya Alvaro di telepon.
“apa kamu sudah sampai?” tanya Moana.
“iya aku ada di dekat mobil.” Ucap Alvaro yang berdiri di dekat mobil Moana.
“oke aku kesana.” Ucap Moana segera berlari keluar.
“eh mau kemana?” tanya Daniel.
“ambil makan.” Jawab Moana.
“tadi katanya tidak mau pesan.” Ucap Daniel heran.
Di parkiran Alvaro melihat Moana berlari dari kejauhan.
“jangan lari.” Teriak Alvaro.
“tidak apa.” Jawab Moana terengah engah.
“ayo masuk ke dalam.” Ucap Moana meminta Alvaro untuk masuk ke rumah sakit.
“tidak aku kotor baru pulang kerja. Lain kali aja.” Jawab Alvaro.
“kalau begitu masuk ke mobil. Hari ini sangat berangin.” Ucap Moana membuka pintu mobil dan meminta Alvaro seger masuk.
“aku makan ya. Apa kamu mau?” Moana menawarkan pada suaminya.
“makan lah aku sudah makan.” Jawab Alvaro.
Moana mulai makan, makanan yang di bawa Alvaro.
Di sisi lain Daniel yang menunggu Moana dari tadi belum kembali.
“bukannya tadi dia bilang ambil makan ya kok belum kembali.” Guman Daniel.
“mungkin masih ada perlu lah dok.” Jawab perawat.
“kapan kau berencana melamar dokter Moana?” tanya perawat.
“bagaiaman kalian bisa tau?” Daniel heran.
“hehe. Kemarin kami tidak sengaja mendengar dokter berbicara di telefon memesan cicin dan restoran untuk dokter Moana.” Jelas si perawat.
“ingat ini rahasia jangan sampai bocor.” Cetus Daniel.
“baik dok aman.” Jawab kedua perawat.
Di dalam mobil Alvaro menatap Moana yang makan dengan lahap.
“mau?” tawar Moana.
“tidak habiskan.” Ucap Alvaro.
“lalu kenapa kau melihatku seperti kelaparan?” tanya Moana.
“aku ingin makan tapi bukan makanan yang ingin ku makan.” Jelas Alvaro membelai rambut Moana.
“oh.” Jawab Moana faham dengan apa yang Alvaro maksud.
Moana segera menghabiskan makanannya. Kemudian membereskan dan memasukkan sampahnya ke plastik.
“sekarang apa yang ingin kau makan?” tanya Moana mendekatkan wajahnya.
“ini.” Ucap Alvaro segera mengigit bibi Moana.
“kau mengigitku.” Moanan memukul Alvaro.
“maaf maaf lagian bibirmu sangat manis.” Goda Alvaro.
“jam istirahatku sudah mau habis, sampai jumpa di rumah.” Ucap Moana.
“baiklah. Aku tunggu di rumah.” Ucap Alvaro mencium kening Moana.
“bawalah mobil ini. Aku nanti pesan mobil karena aku pasti lelah dan besok tidak bisa membawa mobil pulang.” Jelas Moana.
“baiklah.” Alvaro mengangguk faham.
“bye bye.” Moana melambaikan tanggan.
Alvaro tersenyum .
“cepat masuk.” Ucap Alvaro.
“kamu pergi dulu.” Ucap Moana.
“masuklah di luar sangat dingin.” Alvaro meminta Moana untuk segera masuk.”
“kamu pergi dulu.” Ucap Moana kekeh meminta Alvaro untuk pergi terlebih dahulu.
“baiklah. Tapi setelah aku pergi kamu harus segera masuk.” Jelas Alvero.
“baik suamiku.” Jawab Moana.
Alvaro melambaikan tangan dan pergi. Moana kemudian masuk setelah melihat mobilnya keluar dari gerbang rumah sakit.
Alvaro mengendarai mobil menuju rumah.
Di dalam perjalan tiba – tiba ada kemacetan Alvaro kemudian turun dari mobil melihat ada keramaian apa.
Alvaro mendekat melihat seorang kakek tua tergeletak di jalan.
“ada apa?” tanya Alvaro kepada orang yang di sana.
“tidak tau tiba – tiba kakek ini pingan.” Jawab orang yang memakai jaket kuning.
Sepontan Alvaro mendekat segera menghubungi ambulan. Kemudian memberikan pertolongan pertama. Alvaro mengecek nadi kakak yang pingsan sambil berulang kali memompa dada orang tersebut. Seketika kakak tersebut bernafas kembali.
“ambulan datang ambulan datang.” Ucap pria yang mengenakan topi.
“permisi permisi.” Ucap petugas ambula,
“apa kamu dokter?” tanya petuga ambulan.
“bukan.” Jawab Alvaro.
“tapi dia sudah mendapat pertolongan pertama dari kondisinya di gagal jantung akibat darah tinggi.” Jelas Alvaro.
“baik tuan terima kasih atas pertolongan pertamanya.” Ucap petugas ambulan.
Kemudian semuanya pergi satu persatu setelah kakak di bawa petugas ambulan.
Sesampainya di rumah Alvaro merasa pusing. Beberapa bayanga samar muncul di kepalanya.
“ah sakit. Apa tadi kenapa aku seperti berada di rumah sakit.” Guman Alvaro.
Alvaro kemudian menenagkan dirinya mengambil obat yang sudah di siapkan Moana, boleh di minum saat darurat dan tidak boleh di konsumsi dalam jangka panjang.
Alvaro mulai tenang dan dia tertidur di sofa ruang tengah.
Di rumah sakit Lili segera menangani kakek yang baru saja dia antar mobil ambula.
“bagaiaman keadaannya?” tanya Lili pada petuga ambulan.
“gagal jantung karena darah tinggi. Sudah mendapat pertolongan pertama.” Ucap petugas.
“baiklah akan segera kami tangani.” Ucap Lili.
Moana sedang mengecek keadaan pasiennya. Di temani dua perawat lainnya.
Di pagi hari.
Setelah sif berganti Moana segera pulang.
Moana masuk ke rumah melihat Alvaro yang masih terlelap di ruang tengah.
“sayang kenapa kamu tidur di sini.” Tanya Moana.
“tidak hanya ketiduran.” Ucap Alvaro setelah bangun. Alvaro tidak mau membuat Moana khawatir sehingga tidak memberi tahu keadaanya pada Moana.
“kalau lelah jangan bekerja.” Ucap Moana.
“tidak ini hari kedua ku bekerja tidak mungkin aku izin.” Jelas Alvaro segera bangun dan pergi mandi.
Moana yang dalam keadaan lelah pegi ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk suaminya.
“sudah kamu tidak usah repot repot.” Ucap Alvaro menghampiri Moana yang berada di dapur.
“tidak repotkoh hanya beberapa potong roti dan telur.” Ucap Moana menyerahkan piring isi roti dan telur.
“kamu mana?” tanya Alvaro. Melihat hanya ada satu piring.
“aku masih kenyang tadi sebelum pulang makan.” Ucap Moana.
“baiklah terima kasih istriku tercinta .” ucap Alvaro mencium pipi istrinya.
“kalau begitu aku mandi dulu ya.” Ucap Moana pergi meninggalkan Alvaro yang sedang sarapan.
Setelah selesai sarapan Alvaro mencuci piring kotor dan kemudian berangkat bekerja.
Di tempat kerja.
“Al ini pesanannya kamu antar alamat sesuai yang aku kirim.” Ucap Koki.
“iya.” Alvaro mengangguk faham.
Sepulang dari mengantar Alvaro bertemu dengan teman model pria.
“yok ini Alvaro yang dulu model terus memutuskan untuk berhenti dan sekarang jadi kurir makanan?” tanya Fan.
Alvaro hanya diam tidak menanggapi.
“memohonlah aku akan memperkenalkan pada produsen cantik dan seketika kamu akan naik daun.” Ucap Fan.
“tidak perlu aku lebih suka menjadi kurir.” Jelas Alvaro meninggalkan Fan dan model lainnya.
Di restoran tiba – tiba seorang wanita paruh baya pingsan.
“ada apa?” tanya menejer.
“tidak tau dia tiba tiba pingsang.” Ucap pelayan.
Alvaro yang baru saja datang menghampiri kerumunan.
“ada apa?” tanya Alvaro.
“tidak tau.” Jawab pelayan.
“cepat panggil ambulan.” Ucap Alvaro
Pelayan lain segera memanggil ambulan.
Alvaro maju perlahan kemudian mengecek nadi wanita itu.
“apa yang dia makan?” tanya Alvaro
“nenekku hanya minum sup.” Jelas sang cucu.
“apa dia punya alergi?” tanya Alvaro.
“aku tidak tau.” Jawab si cucu.
“ini gejala Alergi. coba periksa dalam tas nenek ada obat apa tidak?” ucap Alvaro
Sang cucu kemudian mengecek isi tas sang nenek.
“ini ada obat apa ini obatnya?” tanya sang cucu menyerahkan obat kepada Alvaro.
“tolong ambilkan air hangat.” Ucap Alvaro.
Pelayan lain segera pergi ke dapur dan mengambil air hangat.
“ada apa?” ucap si nenek sadar dari pingsannya.
“nenek anda menakutiku.” Ucap sang cucu.
“terima kasih sudah menolong nenek saya.” Ucap si cucu kepada Alvaro.
“tidak masalah lain kali perhatina.” Ucap Alvaro.
“permisi.” Ucap petugas ambulan datang.
“nenek ini alergi dan sudah meminum obatnya hanya perlu pemeriksaan lain.” Ucap Alvaro.
“tuan lagi ternyata.” Ucap petugas ambulan.
“terima kasih telah membantu.” Ucap sang cucu.
Si nenek pun pergi ke rumah sakit bersama ambulan di temani sang cucu.
“apa kamu dokter?” tanya menejer kepada Alvaro.
“bukan hanya tau sedikit.” Jawab Alvaro.
Dns
Dns.adguard.com
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments