Moana telah menyelesaikan laporannya. Alvaro yang berusaha terjaga agar tidak tertidur kepalanya menganguk ngangguk karena mengantuk.
“ayo kita istirahat.” Ucap Moana membangunkan Alvaro yang setengah sadar.
“kakak apa tidak ada cerita malam ini?” tanya Alvaro.
“cerita apa?” tanya Moana bingung.
“cerita sebelum tidur.” Ucap Alvaro.
“sudah lah malam ini aku sangat lelah jadi kita langsung istirahat saja.” ucap Moana.
Moana dan Alvaro pun tidur bersama.
Di pagi hari. Moana terkejut dengan penampakan di mana Alvaro berada tepat di hadapannya tangan Alvaro memeluk erat tubuh Moana.
“astaga apa yang terjadi.” Batin Moana mencoba melepas pelukan Alvaro.
Namun Alvaro enggan melepas malah semakin erat memeluk tubuh Moana.
“dia ini fisiknya udah dewasa hanya pikirannya yang kecil.” Guman Moana mencoba melepaskan diri.
“kakak jangan bergerak kau menyentuh lukaku.” Guman Alvaro memeluk erat Moana.
“Alvaro dengar kakak, hari ini kakak harus bekerja kamu baik baik di rumah ya.” Jelas Moana meminta Alvaro untuk melepaskan pelukannya.
Alvaro bangun dengan perlahan.
“kamu mandi dulu kakak siapkan sarapan.” Ucap Moana. Meminta Alvaro untuk mandi.
Alvaro mengangguk faham.
Selesai mandi dan sarapan Moana berpamitan kepada Alvaro untuk berangkat kerja.
“kamu kalau ada apa –apa telfon kakak. Jangan main pergi.” Jelas Moana.
“iya. Alvaro mengerti.” Ucap Alvaro.
Moana dalam perjalanan ke rumah sakit.
Moana terbayang kejadian bersama Alvaro.
“sudah jangan di fikirkan.” Ucap Moana terbayang pelukan erat dari Alvaro tadi pagi.
“kelak kalau dia sadar aku akan meminta pertanggung jawabannya.” Guman Moana.
Sesampainya di rumah sakit, Daniel menyapa Moana.
“Moa.” Panggil Daniel.
“kak.” Jawab Moana sambil berjalan menghampiri seniornya.
“bagaimana keadaan sepupumu?” tanya Daniel.
“dia baik kok.” Jawab Moana.
“oh iya hari ini apa ada yang istimewa?” tanya Moana kepada Danile.
“iya hari ini ada kunjungan dari pemilik rumah sakit dan kita di minta untuk berkumpul di aula.” Jelas Daniel.
“baiklah. Terima kasih kak, aku mau ke kamar ganti dulu.” Ucap Moana.
Moana dan Daniel sangat akrab dari bangku kuliah hingga kerja. Dulu di kuliah Daniel menjadi senior Moana sekaligus ketua pembimbing Moana. Dan mulai sejak itu mereka sering bersama.
Sesampainya di Aula.
“mari kita sambut Tuan besar Arsendra Gaza. Pemilik sekaligus donatur tetap rumah sakit.” Ucap Direktur rumah sakit.
Tuan Arsen tersenyum kepada para dokter yang hadir di rumah sakit. Tuan Arsen kemudian duduk. Lalu mengisyaratkan untuk semunya duduk.
“Terima kasih telah meluangkan waktu untuk pertemuan pagi ini. Hari ini adalah acara tahunan yang selalu kita adakan. Sebenarnya hari ini saya akan mengajak putra kedua saya namun dia sedang sibuk.” Ucap Tuan Arsen.
“eh pasti enak ya punya papa kek tuan Arsen.” Guman Moana kepada temannya Lili.
“iya mungkin, dari kecil udah kaya.” Jawab Lili.
Lili adalah teman SMA Moana yang juga sekaligus jurusan dokter, Namun Lili mengambil jurusan bedah umum, sedangkan Moana mengambil jurusan bedah saraf.
“gimana ya anak tuan Arsen pasti ganteng ya, papanya aja ganteng itu.” Tambah Moana.
“mungkin. Apa kamu mau jadi menantunya. Ha haha.” Jawab Lili.
“kalau ganteng dan baik si aku mau.”jawab Moana.
“kalian jangan berisik.” Potong Wanda.
Wanda adalah dokter umum yang seangkatan dengan Daniel.
“baik .” Jawab Moana dan Lili langsung terdiam.
“kamu jangan terlalu serius pada mereka.” Tambah Danile berbisik kepada Wanda.
“kalau tidak serius mereka akan selalu main main.” Jawab Wanda kesal.
“baiklah – baiklah.” Daniel mengangguk faham.
Setelah pertemuan tahunan selesai, kurang lebih hanya 25 menit sebagai syarat kunjungan Tuan Arsen ke rumah sakit.
“padahal Cuma dua puluh lima menit tapi rasanya lama.” Ujar Lili.
“tidak juga. Menurutku tuan Arsen sangat memotivasi. Dia mengatakan berapa kata yang menurutku sangat mendalam seperti, meski kalian bekerja dengan saya namun kita sesama manusia saya menghargai kalian dan kalian menghormati saya. Tuan Arsen tidak membeda – bedakan status sosila.” Jelas Moana.
“heh kamu cepat tangani ini.” Ucap Wanda melempar berkas ke hadapan Moana.
Moana kemudian melihat berkas yang Wanda berikan.
“ini bukannya pasien kakak?” tanya Moana melihat data pasien.
“iya aku menyerahkan kepadamu.” Ucap Wanda.
“tapi kak, di rumah sakit ini tidak boleh seenaknya menganti dokter apa lagi ini pasien yang sudah lama kak Wanda tangani.” Jelas Moana.
“kamu ini banyak bicara. Mau saya keluarkan kamu. Tangani saja.” Wanda meninggalkan Moana dan Lili berjalan pergi.
“bagaimana ini?” Moana bingung.
“laporin aja ke departemen humas biar mereka urus.” Ucap Lili.
“tidak bisa. Lihatlah, pasien ini sangat membutuhkan operasi secepatnya, jika kita melaporkan maka urusannya akan lama.” Ucap Moana.
Sambil berjalan Moana berfikir apa yang harus dia lakukan kepada pasien yang sudah terjadwal oprasi hari ini.
“mau tidak mau pasien ini harus di oprasi, tapi ini penyakit langka kalau sampai salah aku yang di salahkan.” Batin Moana.
“ada apa?” tanya Daniel yang melihat wajah Moana yang resah.
“kak.” Ucap Moana menatap file pasien.
“ada apa?” Daniel memahami maksud Moana.
“apa ada masalah dengan pasien kamu?” Daniel mengambil File yang Moana pegang.
“bukannya ini pasien Wanda kenapa dokter utama operasi jadi kamu?” tanya Daniel melihat File pasien.
“itu masalahnya. Dan juga ini operasi penyakit yang langka aku belum begitu memahami.” Jawab Moana.
“apa kaka Daniel bisa bantu?” tanya Moana.
“bisa tapi hari ini aku juga ada operasi, dan jam operasi kita sama.” Jawab Daneil.
“laporkan saja?” jawab Daneil.
“lili juga bilang begitu, tapi waktunya tidak cukup. Dan pasti keluarga pasien akan marah.” Jawab Moana.
“lalu apa rencanamu?” tanya Daniel.
“aku akan mengoperasinya.” Jawab Moana dengan pura pura semangat tapi hatinya tidak tenang.
“kalau begitu nanti jika operasi ku selesai lebih cepat aku akan membantumu.” Jawab Daniel.
“terima kasih kak.” Moana tersenyum kepada Daniel.
Di ruangan operasi Moana untuk pertama kalinya menangani operasi ini.
“kenapa kamu yang masuk?” tanya perawat.
“bu Wanda yang memintaku.” Jawab Moana.
“ini adalah operasi penyakit langka. Jika ada kesalahan kamu yang tanggung resikonya.” Jelas yang perawat.
Moana hanya diam, dia ingin pergi namun pasien sudah berada di tempat operasi. Mau tidak mau Moana harus melakukan operasi ini untuk pertama kalinya.
“ini pertama kalinya aku praktek dan biasanya hanya terori dan materi yang kutahui.”Moana yang awalnya panik mulai menenangkan dirinya.
“bagaimana sudah mulai?” tanya Danile yang baru saja masuk ke ruang operasi.
“pak Daniel, bukannya anda ada operasi di ruang sebelah?” tanya perawat.
“iya pasien saya masih harus observasi jadi operasi akan di tunda.” Jelas Daniel.
“kak apa kau tidak akan capek jika bekerja dua kali?” bisik Moana.
“tidak aku pria kuat.” Jelas Daniel menjawab pelan.
Daniel memulai operasi dan Moana membantu sekaligus mengamati poses operasi.
Setelah selesai Moana melanjutkan untuk penjahitan dan penutup operasi.
“sudah, kamu bisa lanjutkan?” tanya Daniel.
Moana mengangguk faham.
Sepulang kerja Moana pulang ke rumah. Melihat lampu rumah yang masih gelap Moana segera masuk ke rumah.
“kenapa kamu tidak menyalakan lampu?” tanya Moana kepada Alvaro.
Alvaro hanya diam duduk di ujung ruangan sambil menatap Moana.
“ada apa dengamu?” tanya Moana menghampiri Alvaro.
Alvaro langsung memeluk Moana.
“kenapa kamu baru pulang aku sangat takut di rumah sendiri.” Ucap Alvaro memeluk erat Moana.
“ada apa?” tanya Moana melepas pelukan Alvaro dan menatap wajah Alvaro yang penuh dengan ketakutan.
Alvaro hanya menatap Moana.
“apa kamu clautrophobia?” tanya Moana memegang kedua pipi Alvaro.
Clautrophobia adalah ketakutan terhadap ruang sempit dan tertutup. Jenis fobia yang membuat penderitanya memiliki rasa takut berlebih saat berada di ruang sempit dan tertutup.
Alvaro hanya diam menatap Moana.
“kenapa aku sangat mengkhawatirkan dia.” Batin Moanan
Alvaro tersenyum mendegar suara Moana tersenyum kemudian memeluk Moana.
“hari ini Alvaro tidak mau mandi.” Ucap Alvaro yang mulai tenang.
“ha kamu dari tadi belum mandi dan sekarang tidak mandi?” tanya Moana melepas pelukan Alvaro.
Alvaro hanya tersenyum polos.
“kalau kamu tidak mandi kamu tidak boleh tidur denganku.” Jelas Moana memberi tahu Alvaroo.
Alvaro awalnya menolak namun karena ucan Moana memaksanya untuk mandi.
Alvaro perlahan berdiri di bantu Moana. Kemudian Moana mengantar Alvaro ke kamar mandi.
“cepat mandi, aku akan mengambilkan pakaian.” Ucap Moana.
Saat di kamar mandi Alvaro merasa pusing dan keluar bayangan tentang ingatannya.
“aaah.” Teriak Alvaro karena merasa sakit kepala.
Moana yang mendengar teriakan Alvaro segera berlari ke kamar mandi untuk melihat keadaan Alvaro.
Alvaro berjongkok di ujung kamar mandi tanpa mengenakan apa apa, tangannya berulang kali memukul kepalanya sendiri karena merasa kesakitan.
“apa yang kamu lakukan?” Moana segera mengambil handuk dan menutupi tubuh Alvaro dan memeluknya.
Pria dengan badan yang kekar dan tinggi menangis kesakitan di pojok kamar mandi.
“ada apa?” tanya Moana berusaha menahan tangan Alvaro yang memukuli kepalanya sendiri.
“sakit sakit.” Ucap Alvaro.
Moana segera membawa Alvaro keluar dari kamar mandi dan mendudukkan di kamar. Dengan sedikit malu malu Moana memasangkan pakaian untuk Alvaro.
“tenang aja dia kana anak kecil.” Batin Moana sambil memakaikan baju dengan menutup mata.
Setelah mulai tenang Moana menemani Alvaro untuk tidur.
Beberapa hari kemudian.
“MOANA.” Teriak kak Sona melihat adiknya tidur dengan pria dewasa.
“kakak kenapa kakak pulang tidak bilang.” Tanya Moana segera bangun.
Alvaro yang terbangun hanya menatap pria asing di depannya.
Moana menarik kakaknya keluar kamar.
“Ana katakan dia siapa? Bagaimana bisa kamu tidur dengan pria? Apa dia pacarmu kakak tidak mau tau kalau dia benar pacar kamu kalian harus segera menikah.” Ucap kak Sona.
“dengarkan penjelasanku dulu kak.” Ucap Moana menenangkan kakaknya.
“kalau dia orang jahat aku akan membunuhnya sekrang juga.” Ucap Sona.
“bagaiamana aku menjelaskannya jika aku bilang dia amnesia apa kakak akan benar – benar membuangnya dan mengusir Alvaro.” Batin Moana bingung mau menjelaskan kepada kakaknya.
“jawab.” Ucap Kak Sona.
“iya dia pacar Moana, kita akan menikah.” Jawab Moana.
Sona memeluk adiknya.
“asal kamu bahagia kakak juga akan ikut bahagia.” Ucap Sona sambil tersenyum.
“tapi ada kendala kak.” Ucap Moana melepas pelukan Sona.
“ada apa?” tanya Sona melihat ekpresi adiknya.
“Alvaro dia kecopetan saat datang kemari jadi semua datanya hilang dan karena sock dia sedikit HI (hilang ingatan)” jelas Moana.
“aku mau merawatnya.” Jawab Moana.
“lalu apa yang akan kamu lakukan?” tanya Sona.
“aku akan menikahinya namun aku bingung bagaiman dengan data dirinya?” guman Moana.
“masalah itu kakak bisa membantu asal pacarmu itu mau jujur mengatakan yang sebenarnya.” Ucap Sona.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments