Alvaro Aden Gaza 7

“kenapa melamun?” tanya Moana.

“tidak.” Jawab Alvaro tersenyum.

“pelayan.” Panggil Moana.

“iya mau pesan apa?” tanya pelayan restoran.

“ini ini ini dan ini.” Ucap Moana sambil menunjuk menu yang di pilihnya.

“kamu mau apa lagi?” tanya Moana pada Alvaro.

“tidak it cukup.” Jawab Alvaro.

“ya udah ini aja .” Moana memberi tau pelayan menu yang dia pesan.

“baik mohon di tunggu.” Ucap pelayan kamudian pergi untuk menyiapan pesanan.

Sepulang dari restoran, Moana pergi ke kamar dan membaca buku. Sedangkan Alvaro bermain dengan hamsternya.

“hallo iya kak.” Jawab Moana menerima terlfon dari kakaknya.

“Cuma mau bilang nanti sore datany aku kirim ke sana. Kamu besok jadi daftar nikah?” tanya sona.

“iya kak.” Jawab Moana.

“ya sudah kakak mau lanjut kerja.” Ucap Sona mematikan panggilannya.

“eh Han kau tau aku hari ini dapat apa?” tanya Alvaro pada hamsetrnya.

“ada?” tanya Han penasaran.

“lihat ini baju nikah k besok hehe.” Ucap Alvaro.

“apa kau pamer kepada ku?” tanya Han kesal.

“tentu saja.” jawab Alvaro bahagia.

Di rumah Gaza.

“bagaimana? Sudah hampir satu bulan kenapa Alvaro belum ketemu?” ucap papa Arsan memarahai bodyguarnya.

“maaf tuan kami benar – benar tidak bisa menemukan tuan muda kedua.” jawab kepala bodyguard.

“bagaiaman kalian mencarinya apa kalian mencari dengan tidur.” Ucap Arsan dengan nada marah.

“Dana apa kamu belum menemukan adikmu?” tanya papa Arsan.

“tidak pa.” Jawab Dana cuek.

“bagaimana ini.” Guman tuan Arsan semakin panik.

Di kamar Dana.

“bagaimana apa kalian menemukan Alvaro?” tanya Dana kepada preman bayarannya.

“belum tuan kami masih mencari.” Ucap ketua preman.

“pokoknya aku tidak mau tau kalian harus menemukan Alvaro sebelum papa menemukannya.” Bentak Dana.

“baik tuan.”

Daniel yang baru selesai dengan seminanya hendak menghubungi Moana namun di tempat itu jaringan sangat sulit di dapat karena tempatnya terpencil.

“signyalnya hilang hilang. Bagaimana keadaan Moana sekrang sudah tiga hari tidak mengetagui kabarnya.” Guman Daniel.

Malam hari Alvaro memasak, di meja makan ada Moana dan Sona.

“Moa ini berkasnya.” Ucap Sona.

“terima kasih kak.” Jawab Moana.

“kakak mau tanya sekali lagi apa kamu benar mau menikah dengannya?” tanya Sona.

“tentu kak.” Jawab Moana dengan pernuh percaya.

“aku beri tau. Aku sudah mencari informasi tentang pacarmu ini tapi tidak menemukan apa – apa jangan jangan dia penipu.” Jelas Sona.

Alvaro yang mendengar seketika raut wajahnya menjadi murung.

“kak percaya sama Moana, dia orang baikkok.” Jelas Moana untuk menenagkan Sona.

“baiklah kakak percaya sama kamu.” Jawab Sona.

Setelah selesai makan Sona segera pamit dan pulang.

“kemari lah.” Panggil Moana.

“ada apa?” tanya Alvaro.

“aku mau lihat lukamu sudah sembuh atau belum?” tanya Moana.

Alvaro duduk di dekat Moana dengan malu malu Alvaro membuka bajunya sedikit di mana luka itu berada.

“mana ku lihat.” Ucap Moana sambil menyentuh pelan kulit di dekat luka Alvari.

Di saat jari Moana menyentuh kulit perut Alvaro. Alvaro terangsang jakunnya bergerak dia menelan air liurnya sendir.

“sudah sembuh. Besok benangnya bisa di ambi.” Ucap Moana menutup pakaian Alvaro.

Wajah Alvaro penuh keringat karena gerogi.

“ada apa kenapa kamu berkeringat?” tanya Moana sambil menyeka wajah Alvaro dengan lengan bajunya.

“tidak ada.” Ucap Alvaro menahan tangan Moana supaya tidak menyentuhnya.

“gawat kalau dia lanjutkan aku tidak bisa menahannya.” Ucap Alvaro segera pegi.

“eh mau kemana?” tanya Moana keheranan.

“cuci muka gerah.” Jawab Alvaro.

“ha gerah? Suhu di ruangan ini minus kenapa dia kegerahan. Aku aja kedinginan.” Ucap Moana sambil menggosok kedua lengannya dengan telapak tangan.

Di kamar mandi Alvaro berulang kali menelan air ludahnya, sambil mencuci wajahnya dengan air keran.

“gadis ini.” Guman Alvaro sambil tersenyum.

Alvaro kembali dari kamar mandi.

“kamu mandi?” tanya Moana heran.

“umm jawab Alvaro sambil mengeringkan rambut yang basah, airnya masih menetes mengenai wajahnya.

“aku tidur di kamar sebelah.” Ucap Alvaro berlari keluar.

“eh tumben anak ini.” Ucap Moana.

Ke esokan paginya.

Alvaro sudah berdandan rapi sedangkan Moana baru bangun tidur.

“kamu pagi sekali.” Ucap Moana.

“karena kita akan menkah.” Jawab Alvaro.

“masih pagi ini.” Ucap Moana.

“ayo nanti telat.” Alvaro meminta Moana untuk bergegas.

Moana keluaar dari kamar dengan memakai dress putih di padu dengan makeup yang natural elegan.

“wah.” Guman Alvaro terkagum karena kecantikan Moana.

“apa?” tanya Moana.

“cantik.” Jawab Alvaro sambil tersenyum melihat dari kaki sampai ke atas.

“sarapan dulu.” Ucap Alvaro menyerahkan sepiring roti dan telur mata sapi.

“terima kasih.” Puji Moana kepada Alvaro.

Setelah selesai sarapan.

Alvaro dan Moana pergi ke kantor catatan sipil untuk mendaftarkan pernikahan mereka.

Di kediaman rumah Gaza.

“Dana kamu ini papa lihat lihat adik kamu hilang tidak panik tidak bingun dan santai.” Ucap papa kesal karena Alvaro tidak di temukan.

“mau gimana pa di cari juga tidak ketemu. Mati paling.” Ucap Dana.

Plaaak suara tamparan melayang ke pipi Dana.

“papa nampar Dana.” Dana pergi dengan kesal.

Di rumah sakit.

“oh Moana kemana kok dari tadi tidak kelihatan.” Tanya Daneil kepada perawat.

“dokter Moana dia sedang cuti.” Ucap salah atu perawat.

“cuti panya dia itu sedang di sekors.” Tambah salah satu perawat,

“bagaimana bisa?” tanya Danile.

Kemudian perawat itu menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Dokter Daniel.

Dokter Daniel segera pergi ke ruangan Direktur.

“ah dokter Daniel ada apa?” tanya Direktur rumah sakit.

“saya datang karena persoalan dokter magang Moana.” Ucap Danile.

“oh iya. Dokter Moana pernah bilang tentang anda.” Jawab direktur.

“mohon tuan cabut hukum sekors karena itu awalnya adalah pasien dokter Wanda kemudian di serahkan kepada dokter Moana. Dan dokter Moana belum begitu mengerti tentang oprasi ini dia meminta saya untuk membantunya. Jika kesalaan karena oprasi tuan bisa mensekors saya.” Jelas Daniel.

“oh dokter Danile jangan khawatir saya hanya memberikan cuti untuk dokter Moana. Jangan di ambil hati.” Jawab Direktur.

Danile adalah dokter nomor satu di rumah sakit Meiren. Selain menjadi dokter, Daniel juga primadona di kalangan dokter perempuan dan perawat perawat.

“kalau begitu terima kasih tuan.”ucap Daniel pamit undur diri.

Alvaro dan Moana sampai di kantor catatan sipil di temani Sona.

“iya ada yang bisa di bantu?” tany petugas.

“mau daftra pernikahan pak.” Jawab Moana.

“silakan duduk. Sudah bawa berkasnya?” tanya petugas.

Moana menyerahkan berkas berkas.

Ketika melihat kartu pengenal Alvaro petugas itu langsung terkejut.

“ada apa?” tanya Alvaro.

“tidak ada.” Jawab sang petugas.

Setelah selesai mendaftar pernikahan Alvaro, Moana dan Sona makan siang bersama.

“oh iya Alvaro kerja apa setelah ini?” tanya Sona.

“papa rumah tangga. Moana yang kerja.” Jawab Alvaro polos sambil makan ice crema.

“ha. Moana apa ini suami yang kamu inginkan.” Guman Sona kesal.

“kak tunggu dia sembuh baru pikirkan selanjutnya toh aku juga bekerja.” Ucap Moana.

“kalau dia menyakitimu kakak akan membunuhnya.” Ucap Sona kesal sambil makan.

“apa kak Sona tidak menyukaiku?” tanya Alvero berbisik.

“tidak kak Sona hanya belum mengenalmu jadi wajar emang dia kayak gitu.” Jelas Moana.

“hallo kak Daniel.” Jawab Moana mendapat telfon dari Daniel.

“kamu bagaiamana?” tanya Daniel.

“baik kak, kak Danile udah pulang?” tanya Moana sambil tersenyum.

Alvaro yang melihat Moana tersenyum sambil memanggil Daniel terlihat cemburu hingga sedok yang dia pegang yang awalnya lurus jadi melengku karena luapan cemburunya.

“ini makan.” Ucap Sona memberikan lauk kepada Alvaro.

“terima kasih.” Alvaro melanjutkan makan dengan rasa cemburu.

“udah Moa, maaf karena aku kamu jadi kenak sangsi. Oh iya setelah aku lihat ini bukan masalah kesalahan pada operasi tapi karea overdosisi obat penengan.” Jelas Danile.

“apa kak?” Moana terkejut.

“iya jadi terlalu banyak suntikan seharunya hanya 5cc namun ini di peggunaan 15cc apa kamu yang memerintahkan?” tanya Daniel.

“tidak kak, sebelum aku pergi aku sudah memastikan suntikan yang ku beri adalah 5 cc per malam seperti yang kak Danile minta.” Jawa Moana.

“Baiklah aku mengerti.” Ucap Danile.

Di perjalanan pulang.

“sepertinya kamu sangat bahagia?” tanya Alvaro kesal.

“iya cukup bahagiam” ucap Moana.

“memang kak Daneil yang paling tau.” Batin Moana.

Alvaro yang mendengar semakin kesal.

“apa masih lama sampai rumah?” tanya Alvaro.

“bentar lagi ada apa?” tanya Moana melihat ekspersi Alvaro seperti hendak membunuh seeorang.

“tidak ada.” Jawab Alvaro kesal.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!