hey sudah ku bilang hanya kamu yang bisa mendengarkan ucapanku.” Ucap Han.
“dengar kak dia berbicara.” Ucap Alvaro menunjukkan kepada Moana kalau Hamsternya bisa berbicara.
“ngomong apa sih kamu. Udah aku pusing aku mau istirahat.” Ucap Moana kemudia pergi ke kamar.
“ada apa dengan kakak kenapa dia terlihat tidak baik – baik saja.” guman Alvaro.
Alvaro melihat Moana berjalan menuju kamar.
“ada apa dengannya?” tanya Alvaro kepada Han.
“mana ku tau aku saja baru di sini tiga hari.” Ucap Han.
“kamu ini.” Keluh Alvaro.
“apa kau tau tadi aku dengar kalau gadis itu mau menikahimu.” Ucap Han.
“lalu? Kan kita memang pacaran.” Jawab Alvaro dengan polos.
“memangnya kamu suka dengan dia?” tanya Han dengan nada mengejek.
“tentu saja kakak sangat baik dan selalu menjagaku. Tentu saja aku mau.” Jawab Alvaro.
Di malam hari.
Alvaro berada di dapur sedang memasak beberapa hidangan. Moana yang mencium baru masakan enak langsung keluar kamar.
“apa yang kamu lakukan?” tanya Moana menghampiri Alvaro.
“membuat makana.” Jawab Alvaro menunjukkan tumis yang sedang dia buat.
“bagaimana kamu membuanya?” tanya Moana.
“entah tiba – tiba bisa.” Jawab Alvaro.
“eh tunggu. Kamu umur berapa?” tanya Moana dengan curiga.
“sembilan.” Jawab Alvaro.
“apa kamu mengingat sesuatu?” tanya Moana.
Alvaro mengelengkan kepalanya mengisyaratkan dia tidak mengingat apa apa.
Di meja makan.
“oh iya kakak mau minta tolong ke kamu.” Ucap Moana memulai pembicaraan.
“katakan kak.” Jawab Avlaro.
“ummm, begini kan kita udah pacaran. Kamu mau kan menikah?” tanya Moana ragu bertanya.
“apa boleh seingatku menikah di negara ini minimal umur harus 25 untuk pria.” Ucap Alvaro.
“kamu ini sebenarnya dua sembila Cuma otak kamu aja yang masih sembil.” Guman Moana.
“kenapa kakak bilang gitu apa karena tubuhku besar.” Batin Alvaro menatap wajahnya di kaca meja makan.
“kalau kamu tidak mau ya tidak apa lusa aku akan cari alasan lain.” Ucap Moana.
“apa jika aku menolak kakak akan menikah dengan pria lain?” tanya Alvaro langsung ke inti tanpa basa – basi.
Moana hanya tersenyum mendengar ucapan Alvaro.
“jawab kak jangan hanya tersenyum.?” Alvaro semakin kesal.
“menurutmu bagaimana jika seorang wanita di tolak maka dia akan?” tanya Moana.
“mencari pria yang akan menerimanya.” Jawab Alvaro lemas.
“baik aku mau menikah dengan kakak.” Ucap Alvaro.
Jawaban Alvaro membuat Moana tersedak. Alvaro segra mengambilkan segelas air untu minum Moana.
“apa kakak baik baik saja?” tanya Alvaro.
“iya aku tidak apa.” Ucap Moana.
Selesai makan Moana yang hendak memberskan piring kotor di larang oleh Alvaro.
“tidak perlu kak. Biar Alvaro aja. Kakak sudah lelah bekerja.” Ucap Alvaro meminta piring kotor milik Moana.
“apa kamu akan menjadi suami yang baik?” tanya Moana.
“tentu saja.” jawab Alvaro.
“apa kamu tidak akan meninggalkanku?” tanya Moana. Sekarang hati Moana mulai hangat.
“tentu aku tidak akan meninggalkan kakak.” Jawab Alvaro sambil tersenyum.
“katakan sekali lagi.” Ucap Moana sambil merekam.
“katakan kalau kamu tidak akan meninggalkanku.” Tambah Moana.
“aku Alvaro berjanji tidak akan meninggalkan Allee Moana Rei. Jika bukan kematian yang memisahkan.” Ucap Alvaro.
“jangan katakan hal buruk.” Ucap Moana mematikan rekamannya.
“aku mulai curiga apa ingatanmu sudah pulih. Bagaimana bisa kata kata seperti itu muncul dari mulutmu.” Ucap Moana curiga.
“tidak tau hanya keluar secara sepontan.” Jawab Alvaro.
“baiklah kalau begitu aku pergi ke kamar dulu.” Ucap Moana.
Moana kembali ke kamar. Di kasur Moana mengulang ulang Vidio yang dia rekam sambil tersenyum.
“mungkin ingatannya masih umur sembilan tahun tapi karakternya tidak bisa di sembunyikan.” Batin Moana.
“ada apa denganku apa aku jatuh cinta dengan bocah itu.” Batin Moana merasa kepanasan.
Alvaro masuk ke kamar melihat Moana sedang duduk di kasur.
“kak apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Alvaro.
“tidak ada. Kemari lah.” Ucap Moana meminta Alvaro untuk duduk di sebelahnya.
“apa kamu mau cerita sebelum tidur?” tanya Moana.
“iya.” Alvaro segera tidur di sebelah Moana.
Keesokan paginya.
Alvaro terbangun melihat Moana yang masih tertidur pulas. Alvaro diam diam mencium kening Moana.
“kenapa aku belum ingat apa apa.” Batin Alvaro. Keadaannya mulai normal sudah tidak seperti anak kecil namun ingtannya masih belum pulih.
“aku tidak mengenalmu namun aku begitu nyaman bersamamu.” Tambah Alvaro merapikan rambut Moana yang menutupi mata Moana.
“ada apa?” tanya Moana merasakan sentuhan tangan Alvaro dan kebangun.
“tidak ada.” Ucap Alvaro kembali ke raut bocilnya.
“oh iya semalam aku berfikir kayaknya...” Moana melihat wajah Alvaro yang sangat dekat dengan wajahnya, bahkan nafsa Alvaro terasa hembusannya.
“ada apa?” tanya Alvaro.
“tidak.” Ucap Moana langsung bagun mendorong Alvaro yang berada di hadapannya. Moana langsung pergi ke kamar mandi dan menyeka wajahnya dengan air keran.
“ada apa denganya.” Guman Alvaro.
Setelah selesai mandi Moana keluar melihat sekeliling namun tidak menemukan Alvaro.
“kemana pergiya dia.” Batin Moana.
“kak.” Ucap Alvaro keluar dari kamar Sona memakai kemeja milik Sona.
“ha lagi apa?” tanya Moana heran.
“besok nikah pakai kemeja?” tanya Alvaro.
“oh iya aku tadi mau bilang mau ajak kamu beli kemeja. Udah ganti baju biasah kita pergi beli baju.” Ucap Moana meminta Alvaro segera berganti pakaian.
Sesampainya di toko baju.
“silakan mau cari apa kak? Mau di temani atau tidak?” tanya sang pegawai.
“saya pilih – pilih dulu aja kak nanti saya panggil.” Jawab Moana.
“baik kak silakan.” Ucap pegawai dengan wajah ramah.
“mau yang warna apa?” tanya Moana.
“putih, kalau nikah kan pakai kemeja putih.” Jawab Alvaro.
“tau dari mana kamu kalau nikah pakai kemeja putih?” tanya Moana penasaran.
Alvaro hanya tersenyum.
“eh lihat deh itu pasti kakaknya coba kita minta nomornya kakak laki – lakinya genteng banget.” Ucap salah satu pegawai.
“coba minta nanti kita bagi.” Jawab yang lain.
Pegawai toko mendekati Alvaro.
“kak boleh minta nomor hapenya?” tanya pegawai toko.
“nomer saya di bawa istri saya.” Ucap Alvaro membuat Moana terkejut.
“oh iya maaf kak.” Ucap pegawai itu malu sambil pergi.
“sejak kapan dia seperti itu dia seperti pria bukan seperti anak kecil.” Batin Moana.
Alvaro hanya tersenyum mendengar suara hati Moana.
“udah ketemu mau yang bagaimana?” tanya Moana.
“yang model ini bagaimana?” tanya Alvaro.
“coba aja.” Ucap Moana.
Alvaro pergi ke ruang ganti. Karena jenis pakainnya tepis sehingga waran kulit Alvari terlihat saat terkena pantulan cahaya dari cermin seketika pegawai toko takjub.
“ganti ini.” Ucap Moana meminta Alvaro segera menganti pakaiannya.
“bagaimana?” tanya Alvaro.
“boleh ini.” Ucap Moana.
“kak bungkus yang ini ya.” Ucap Moana meminta pegawai toko untuk membungkus baju yang telah di pesan.
“baik kak sialakn. Mau chas atau debit?” tanya kasir.
“debit kak.”jawab Moana.
“baik kak ini.” Ucap kasir menyerahkan pakaian dan karutu beserta struk pembayaran.
“iya terima kasih.” Jawab Moana.
“teraima kasih kembali.”
Di jalan.
“mau makan apa?” tanya Moana.
“terserah.” Jawab Alvaro.
“kita beli hotpot.” Ucap Moana.
“tidak tidak lukamu belum kering kita cari yang lebih sehat aja.” Ucap Moana mengingat kalau luka Alvaro masih dalam proses penyembuhan.
Sesampainya di rumah makan langanan Moana.
“yo bukannya ini teman kita Moana?” ucap Dani teman sekolah Moana.
“iya sudah lama tidak berjuma.” Ucap Lia teman Moana yang tidak begitu menyukai Moana.
“oh ternyata teman lama. Iya sudah lama tidak berjuma.” Jawab Moana santai.
“sendiri?” tanya Lia.
“enggak.” Jawab Moana.
“lalu sama bayanga?” ucap Dani sambil menghina.
“sayang. Ini tas kamu.” Panggil Alvaro dari kejauahan.
Sebelum sampai di pintu masuk restoran.
Setelah memarkir mobil Moana dan Alvaro keluar sudah hampir pintu masukrestoran.
“asataga tas ku ketinggalan di mobil.” Ucap Moana sambil hendak berbalik.
“bair aku saja yang ambil.” Ucap Alvaro meminta kunci mobil.
“iya terima kasih kalau begitu aku masuk dulu cari tempat duduk ya.” Ucap Moana.
Kembal ke sekarang.
Kedua teman Moana terkejut melihat pria tampan yang bersama Moana.
“siapa dia?” tanya Dani.
“bukannya kau mendengar dia memanggilku apa?” ucap Moana sambil berjalan meninggalkan Dani dan Lia.
“mana mungkin itu pacar Moana.” Ucap Dani.
“kenapa kamu masih suka sama dia?” tanya Lia.
“tidak kan aku sukanya sama kamu.” Ucap Dani merangkul Lia dan pergi.
“mereka siapa kak?” tanya Alvaro.
“bukan siapa – siapa hanya teman lama yang buruk.” Jawab Moana samil melihat buku menu.
“oh iya kamu tadi kenapa tiba – tiba memanggilku sayang?” tanya Moana.
“tidak apa Cuma mau belajar.” Ucap Alvaro.
“kamu udah seperti pria dewasa aja bukan kayak anak – anak.” Ucap Moana memuji Alvaro.
Sebenarnya terjadi.
Ketika Alvaro selesai mengambil tas Moana.
“eh itu Moana, sekarang setelah menolakku pasti menyesal.” Batin Dani.
“sekarang Dani adalah milikku. Aku tetap menjadi pemenang meski dulu Dani mengejar – ngejarmu namun kamu tolak.” Batin Lia.
Mendengar itu Alvaro segera membatu Moana.
“kenapa melamun?” tanya Moana.
“tidak.” Jawab Alvaro tersenyum.
“pelayan.” Panggil Moana.
“iya mau pesan apa?” tanya pelayan restoran.
“ini ini ini dan ini.” Ucap Moana sambil menunjuk menu yang di pilihnya.
“kamu mau apa lagi?” tanya Moana pada Alvaro.
“tidak it cukup.” Jawab Alvaro.
“ya udah ini aja .” Moana memberi tau pelayan menu yang dia pesan.
“baik mohon di tunggu.” Ucap pelayan kamudian pergi untuk menyiapan pesanan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments