“akhirnya hari ini telah usai aku lelah.” Guman Moa sambil mengeringkan rambutnya.
“setelah ini aku akan melihat keadaan pria tersebut dan kemudian pergi tidur.” Ucap Moa.
Moa berjalan menuju kamar kakaknya.
“kenapa wajahnya memerah.” Ucap Moa terkejut melihat pria yang dia tolong.
“dia demam.” Moa mengecek suhu badan Alvaro.
“begadang lagi. Padahal aku dua hari belum tidur... huuua.” Keluh Moa.
Moa mengompres Alvaro denga handuk dan air hangat berharap demam Alvaro segera turun.
Sudah tengah malam, Moa yang sudah mulai mengantuk hanya berusaha tetap terjaga untuk mengompres Alvaro.
“sudah aku tidak kuat lagi.”Moa tertidur di samping Alvaro tangan Moa yang memegang handuk berada tepat di dada Alvaro.
Keesokan paginya. Alvaro terbangun dan melihat Moa yang tertidur di sebelahnya.
“kak.” Panggil Alvaro.
“apa semalam aku demam?” tanaya Alvaro melihat Moa yang baru bangun.
Moa segera mengecek suhu badan Alvaro.
“syukurlah kalau demamnya sudah reda.” Ucap Moa dengan rasa lega.
“siapa nama kamu?” tanya Moa.
“Alviro kak.” Jawab Alviro dengan nada imut.
“kakak? Apa kau panggil aku kakak. Apa aku terlihat tua?” tanya Moa kesal.
“kakak terlihat muda, sekitar umur dua puluh lima tahun. Sedangkan Alviro masih umur sembilan tahun jadi wajah kalau Alviro panggil kakak.” Jelas Alviro.
“kau bilang apa? Kau umur berapa?” tanya Moa terkejut dengan apa yang di katakan Alviro.
“Alviro sembilantahun bulan depan tanggal 23.” Jelas Alviro dengan polos dan lugu seperti anak usia sembilan tahun.
“tunggu.” Moa segere mengecek kepala Alviro untuk memastikan tidak ada luka di kepalanya.
“tidak ada luka. Tapi kenapa dia seperti kehilangan ingatan.” Batin Moa memandang Alviro.
“kak, Alviro lapar.” Ucap Alviro sambil memegang perutnya.
“aduh.” Keluh Alviro tangannya menekan luka yang baru saja selesao di jahit.
“ada apa dengan perut Alviro. Huuuaaa huuaaa.” Alviro ketakutan dan mengangis seperti anak kecil.
Moa panik karena Alviro yang bertubuh besar dan kekar tiba tiba menangis karena kesakitan.
“cup cup cup diam, tidak apa hanya luka kecil.” Ucap Moa menenangkan Alviro.
Alviro memeluk Moa.
“apa aku akan mati?” tanya Alviro.
“tidak akan aku akan menjagamu.” Ucap Moa sambil tersenyum.
“kakak Alviro lapar.” Ucap Alviro sekali lagi.
“baiklah tunggu di sini, jangan banyak bergerak ya. Kakak ambilkan makan.” Ucap Moa melepas pelukan Alviro dan pergi keluar menuju dapur.
“gawat – gawat apa dia benar – benar amnesia?” guman Moa sambil menyiapkan serela dan susu.
“tenang – tenang, mungkin dia hanya terkejut kalau sudah tenang dia akan mengingat semuanya.” Moa berusaha menenangkan dirinya.
Di rumah keluarga Gaza.
“bagaiaman cepat cari tuan muda kedua. sudah satu hari satu malam dia belum pulang.” Ucap papa memerintah anak buahnya untuk mencari putra bungsunya.
“Alviro itu udah besar dia bisa jaga diri.” Ucap Dana dengan nada kesal.
“Dana mau ke kantor.” Dana berpamitan kepada papanya.
“kamu kalau menemukan adikmu cepat hubungi papa.” Ucap papa meminta kepada anak sulungnya.
“iya iya.” Dana pergi dengan kesal.
“bagaimana? Enak?” tanya Moa kepada Alvaro.
“enak.” Ucap Alvaro sambil makan sereal yang sudah Moa siapkan untuknya.
“Alvaro, apa kau ingat dimana rumahmu?” tanya Moa.
“tidak.” Jawab Alvaro dengan polos masih menyantap makanan.
“kalau nama orang tuamu?” tanya Moa.
“hhhuuuuuaaaa, huuuuuaaa.” Mendengar kata orang tua Alvaro langsung menangis histeris.
“tidak tidak, aku tidak akan bertanya lagi.” Ucap Moa menengkan Alvaro.
Alvaro berhenti menangis seperti anak kecil dan melanjutkan makan.
“apa yang harus aku lakukan dengan orang ini?” batin Moa, sambil menatap Alvaro.
“kakak mau?” tanya Alvaro menawarkan makanan miliknya.
“tidak.” Jawab Moa.
“tapi kenapa kakak menatap makanan Alvaro?” tanya Alvaro.
“sudah kamu habiskan kakak mau mandi dulu ya.” Ucap Moa.
“Alviro juga mau mandi.” Alviro bangun dari ranjang dan membuat infusnya lepas, karena terlepas dengan keras membuat tangan Alviro berdarah.
“tidak apa – tidak apa.” Ucap Moa yang melihat Alviro hendak menangis. Moa segera mengambil kapas dan tisu untuk mengelap darah dari bekas infus Alviro.
“apa kita mandi bersama?” tanya Alviro.
“tidak. Kamu mandi sendiri.” Jawab Moa.
“tapi Alviro sedang sakit.” Keluh Alviro.
“dasar awas saja kalau kau sudah ingat kubunuh kau.” Batin Moa sambil sedikit menekan tangan Alviro.
“Alviro mandi sendiri ya.” Bujuk Moa.
“Alviro tidak bisa mandi sendiri.” Ucap Alviro matanya mulai berkaca – kaca.
“iya iya kakak mandiin.” Ucap Moa untuk menghentikan Alviro menangis.
“untung kamu setengah kalau penuh bener – bener ku cekek sampai mati.” Batin Moa.
Di kamar mandi.
Alviro hendak melepas pakainnya.
“tunggu pakai ini ya.” Ucap Moa memberi handuk untuk menutupi sebagian tubuh Alviro.
“oh iya kamu di seka aja karena luka kamu tidak boleh kenak air.” Ucap Moa mengambil handuk dengan air hangat dan mulai menyeka tubuh Alviro.
“kakak apa Alviro nakal?” tanya Alviro menatap Moa.
“kenapa kau bilang begitu?” Moa heran kenapa Alviro tiba – tiba mengajukan pertanyaan.
“kakak bilang ingin membunuh dan mencekikku.” Ucap Alviro lirih.
“kapan aku bilang?” tanya Moa terkejut.
“tadi waktu di kamar.” Jawab Alviro.
Membuat Moa terkejut dan hampir terjatuh, untungnya Alviro segera menarik Moa kedalam pangkuannya.
“benda keras apa ini.” Batin Moa, yang duduk di pangkuan Alviro
“itu punyaku.” Jawab Alviro menatap bagian bawah, mengisyaratkab bahwa juniornya bereaksi dengan adanya Moa di atasnya.
Moa langsung bangun dari pangkuan Alviro.
“sudah kamu mandi sendiri saja.” ucap Moa meninggalkan Alviro di kamar mandi.
“sial kenapa panas sekali?” guman Moa mengipasi dirinya dengan tangannnya.
Moa berjalan bolak balik kesana kemari karena kepanasan.
“kakak? Aku pakai baju apa?” tanya Alviro yang baru keluar dari kamar mandi. Tubuhnya yang kekar dan seksi. Hanya terbalut handuk putih di antar pusar dan lututnya.
Moa yang melihat menelan air liur melihat pemandangan pria dewasa di hadapannya.
“kakak?” panggil Alviro.
“iya bentar.” Moa segera pergi mengambilkan pakaian kakaknya untuk di kenakan oleh Alviro.
Moa kembali dengan membawa satu setel pakaian.
“ini kamu pakai ini aja.” Ucap Moa
“kakak celana dalamnya?” tanya Alvaro dengan polos.
Moa segera mengambil boxer milik kakaknya dan memberikan kepada Alvaro.
setelah selesai berganti pakaian Alvaro keluar dari kamar Moa untuk mencari Moa.
“kakak kamu di mana?” tanya Alvaro mencari Moana.
“ada apa?” tanya Moa yang baru selesai mandi di kamar mandi luar.
“Alvaro udah selesai, tapi hari ini boleh tidak Alvaro tidak masuk sekolah?” tanya Alvaro.
“baiklah tapi kamu harus ikut denganku.” Ucap Moana.
“baik Alvaro akan ikut kemanapun kakak pergi.” Ucap Alvaro sambil memangan tangan Moana.
“pria dan wanita tidak boleh saling berdekatan.”ucap Moana mendorong Alviro menjauh darinya.
“baik.” Jawab Alviro.
Moana pun mengajak Alviro pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan.
“siapa dia?” tanya Daniel senior di kampus dan juga di rumah sakit.
“dia putra sodaraku, semalam dia kecelakaan jadi sepertinya ada gangguan bisa tolong prikasa dia?” tanya Moa kepada Daniel.
“tidak masalah.” Jawab Daniel.
“kakak dia siapa?” tanya Alvaro sedikit kesal melihat Moa berbicara akrab dengan Daniel.
“dia temanku. Oh iya ingat kalau di luar jangan panggil aku kakak panggil Moana,” jelas Moana.
“ummm.” Jawab Alvaro menangguk.
Setelah pemeriksaan Daniel menjelaskan hasil laporan rongsen milik Alvaro.
“sepertinya dia mengalami benturan, lihat.” Ucap Daniel menunjuk ada retakan di bagian tengkorak belakang.
“apa bahaya?” tanya Moana sedikit cemas.
“kemungkinan gagar otak ringan.” Jawab Daniel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments