Pangeran untuk Tuan Putri

Rumah Laura yang tadi hanya kedatangan dua orang tamu itu kini sudah bertambah satu lagi. Radit datang setelah Nicho meminta bertemu dengannya.

"Kalau boleh jujur sebenarnya kami tidak ada niatan sama sekali untuk dekat dan menjalin hubungan lebih dari teman" Radit mewakili dirinya dan Laura untuk menjelaskan semuanya pada Nicho dan Billy.

"Setelah pertandingan basket waktu itu. Gue tertarik sama salah satu anak SMA kalian. Dan orang itu adalah Naina", Nicho terhenyak dengan pembukaan cerita Radit.

"Dan dari apa yang gue lihat. Gue yakin kalau Laura dan Naina bersahabat. So, gue minta Laura buat ngenalin gue ke Naina. Tapi nggak tau gimana ceritanya malah kami yang dekat. bahkan berhubungan lebih dari teman seperti sekarang", Radit kembali menjelaskan.

"Jadi gue minta maaf, Bang! karena sudah jadi orang ketiga diantara kalian. sampai hubungan kalian berakhir seperti ini", Radit menatap Nicho tulus meminta maaf. Karena meskipun dari cerita Laura jika selama ini Nicho terlalu cuek dan terkesan tidak serius dengan hubungannya. Tetap saja berhubungan dengan Laura yang masih berstatus pacar Nicho itu salah.

Nicho tersenyum ke arah Radit. Ia sendiri juga mengaku salah karena terlalu cuek dengan Laura. Bahkan hampir empat bulan berhubungan. Nyatanya hanya tetap menganggap Laura sebagai sahabatnya dan sulit untuk memberi perasaan lebih.

Wajar saja jika Laura mengkhianatinya. Karena pasti sebagai seorang wanita. Ia juga ingin diperhatikan dan memiliki pasangan yang benar-benar mencintainya.

"Gue maafin lo, Dit. Selama lo bisa jaga Laura. Jangan sakiti dia lagi dan bahagiakan dia. Karena selama ini Laura tidak mendapatkan hal itu dari gue", Nicho menatap Laura dan Radit bergantian.

"Seperti yang gue minta tadi ke Laura dan Billy. Untuk sementara jangan beritahukan ini ke Naina. biar Naina yang sadar dengan sendirinya. Karena pasti dia bakal bingung dengan semua yang begitu mengejutkan ini. Dan gue takut kalau Naina akan kecewa dengan Laura". Nicho menyandarkan punggungnya ke sofa. Menyebut nama Naina. membuat Ia rindu dengan gadis periang itu.

"Mungkin gue bisa untuk nggak koar-koar dengan hubungan antara gue dan Laura. Tapi kalau Naina tahu. Gue nggak mau ada yang menyembunyikan status antara gue dan Laura", ujar Radit. Karena sebenarnya Ia ingin dunia tahu jika sekarang dan kedepannya. Laura adalah miliknya.

"Oke... Deal", Nicho segera mengambil jaketnya dan pamit pergi meninggalkan rumah Laura. Tentu saja Billy juga mengusulnya. Karena ia menolak menjadi obat nyamuk dua manusia yang tengah kasmaran itu.

.

.

Dua bulan berlalu setelah kejadian itu.

Naina masih saja belum sadar jika Nicho dan Laura sudah tidak memiliki hubungan apa-apa. Padahal desas -desus putusnya mereka sudah menyebar di Sekolah.

Hanya saja akal logika Naina tidak mempercayainya. "Bagaimana mungkin jika Laura dan Mas Nicho putus, Jika selama ini saja mereka tetap berkumpul bersama. Bahkan mereka juga sama-sama santai dan berhubungan baik seperti biasanya" pikir Naina.

Selain itu kesibukan menjelang ujian akhir semester juga beberapa kegiatan lain begitu menguras tenaganya dan pikirannya. Dari baking class, sesekali masih membantu Aksara dalam mengurus komunitas ditambah beberapa kali ia mengikuti seminar Entrepreneurship.

Prinsipnya yaitu selama yang didepan mata masih bisa ia percaya jika mereka baik-baik saja. Maka tidak perlu mendengarkan orang yang hanya sembarangan berbicara.

.

.

Hari ini tidak ada kegiatan di kelas. Hanya ada jam bebas yang digunakan untuk beberapa pertandingan persahabatan antar sekolah. Ada cerdas cermat, dance, lomba karya ilmiah, pertandingan basket dan masih banyak lainnya.

"Nay...?" Laura sudah berlari ke arah Naina yang baru saja datang dan memarkirkan sepeda motornya.

"Kenapa sih, Lala? tumben banget menjemput tuan putri yang baru turun dari kereta kerajaan ini". Naina kini merentangkan roknya sambil sedikit menekukkan kakinya ala-ala putri raja yang hendak berdansa.

"Oh iyaa... Aku Mau menjemput tuan putri untuk segera dipertemukan dengan sang Pangeran. Mari tuan putri". Kini Laura menggandeng Naina.

Naina yang mengira jika Laura hanya bercanda pun mengikuti kemanapun Laura menuntunnya. Sampai akhirnya mereka berhenti di belakang dua sepeda motor cafe racer beserta pengemudinya yang sudah lengkap memakai jaket dan helm full face.

"Kita harus memberi semangat untuk kakak-kakak kita, Nay. Mereka tanding basket hari ini. Lawannya SMA Bakti", ujar Laura sambil memasang helm di kepalanya.

"Ogah ah! suara aku terlalu mahal kalau untuk sekedar teriak-teriak memanggil mereka berdua ini", Naina masih jual mahal memanfaatkan keadaan.

"Makan sepuasnya seblak prasmanan! Deal? buruan naik" tawar Billy yang tepat sasaran tanpa meleset sedikitpun.

"DEAL! Akan ku persembahan suara merduku ini untuk menyemangati dua laki-laki kesayanganku ini. hahaha", Naina kini sudah bersemangat sampai tidak sadar memakai helm pemberian dari Nicho.

"Byeeeee... Kita duluan ya! ketemu disana", ucap Laura bersamaan motor yang diboncenginya melaju lebih dulu.

"Yuhuuuuu.... Naina Datangggg", Teriak Naina bahagia, siap bekerja demi makan seblak sepuasnya.

Naina menaiki motor cafe racer warna hitam abu itu. Setelah berjalan beberapa detik. Tangan sang pengemudi menarik tangan Naina untuk berpegangan melingkar perutnya.

Naina menurut saja. Setelah kepalanya nyaman menempel dipunggung sang pengemudi. tiba-tiba Ia merasa ada yang aneh. Ia hafal betul jika aroma parfum itu bukan milik Abangnya. Melainkan aroma khas milik Mas Nicho.

Deggg.... Jantung Naina tiba-tiba berdetak lebih cepat. Ia menatap ke arah sang pengemudi untuk memastikan. Dan benar dugaannya, ternyata orang yang sedang dipeluknya adalah Mas Nicho.

Dengan buru-buru Naina ingin segera menarik tangannya karena takut Laura salah paham. Tapi gagal. Karena tangan kiri Nicho kini menggengamnya.

"Pegangan! Biar nggak jatuh. Ingat, nyawa kamu belum sempat di asuransikan", Kata Nicho menyebalkan.

"Ihh.. apaan sih, Mas Nicho? masih sempet-sempetnya bercanda. Lepasin! Naina nggak mau Laura salah paham. Jaga perasaan Laura, Mas", Naina masih berusaha melepaskan genggaman tangan Nicho.

Nicho hanya terdiam tanpa memberikan respon apapun. Pula tanpa membiarkan tangan Naina melepaskan pelukannya.

Meskipun tidak dapat Naina pungkiri. Jika ia nyaman memeluk Nicho seperti ini. Hanya saja persahabatannya lebih penting dari apapun.

Hal yang paling tidak diharapkan pun tiba. Mereka sudah sampai di SMA Bakti. Lapangan basket mereka pun sudah dipenuhi oleh perwakilan dan penonton oleh berbagai Sekolah.

Laura dan Naina sudah menuju bangku penonton yang sudah disediakan khusus oleh panitia untuk SMA mereka.

Mata Naina langsung tertuju ke arah para sohib dari kelasnya yang mereka namai "THE GACORS" (Genk Calon Orang Sukses).

"Lah.... kok kalian disini? Oh.. nggak ngajak-ngajak ya sekarang! Apa jangan-jangan ada group didalam group?" Naina sudah mengomel sembari berkacang pinggang.

"Bagooossss! kamu yang nggak baca group. Tapi kita yang disalahin". Nadine yang sebal menoyor pipi Naina.

"Makanya Budayakan Membaca! Jangan Budayakan Menuduh", tambah Dira yang mengambil tas dan buku yang dipakainya tadi untuk membooking bangku untuk Naina dan Laura.

"hehehe"

Naina pun hanya nyengir kuda setelah membaca pesan group di HP nya. Ternyata para sahabatnya sudah memberikan info untuk bertemu langsung di SMA Bakti. Tapi tidak terbaca oleh Naina karena sudah tidur semalam.

Sedangkan di Lapangan. Kini kedua team basket yang bertanding sudah bersiap.

"La? lihat deh! Itu Ada Aksara dan Radit" kata Naina menunjukkan apa yang dilihatnya kepada Laura.

Padahal sebenarnya Laura sudah melihat mereka sedari awal dari mereka sampai tadi. Bahkan saat ini saja Laura sedang galau dalam menentukan mana yang akan ia support.

"Iya, Nay. Mereka kan pemain inti SMA Bakti. Dari jaman SMP mereka sudah jadi bintang lapangan. Sama Bang Billy juga", jelas Laura pada Naina namun matanya hanya terfokus pada Radit.

"Gilaaaaa.... Kak Nicho ganteng banget woy! kamu nggak nyesel, Laura? Putus sama Kak Nicho yang se sempurna itu?" Anin kini menatap kagum Nicho yang terlihat sangat sempurna sedang pemanasan memainkan bola basketnya.

"Enggak lah! Ngapain nyesel. Hatiku sudah menemukan rumahnya. wkwkwk", receh Laura yang diikuti tatapan tajam dan bingung Naina.

"Maksudnya, La?" tangan Naina sudah memegang erat bahu Laura meminta penjelasan sekarang juga.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Terpopuler

Comments

Ida Dida Sendawa

Ida Dida Sendawa

ini pengalaman pribadi ya thor? 😂😂

2024-03-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!