Naina ditolak!

Sepertinya pertandingan basket hari ini akan menjadi hot news. Dari Billy yang berpelukan dengan Agista, lalu Laura yang bermesraan dengan Radit. Dan sekarang Nicho yang menggandeng tangan Naina keluar dari lapangan. Benar-benar penuh plot twist dari empat sekawan yang cukup Populer di beberapa Sekolah itu.

Setelah berhasil menarik paksa tangan Naina dengan disaksikan banyak pasang mata. Akhirnya dua sahabat itu sudah sampai di tempat dimana sepeda motor cafe racer milik Nicho diparkirkan.

"Mas Nicho mau ngajakin Naina kemana sih? Asal tarik aja!" Mulut Naina mengerucut sambil menatap Nicho dengan mata yang disipitkan

"Mau nagih utang kamu! Naina lupa kalau punya hutang sama Mas Nicho?" tanya Nicho sambil memakaikan helm kepada Naina.

"Hutang yang mana ya? Emang Naina pernah pinjem uang? kalau iya berapa? jangan berbunga lho ya! karena nanti riba", kata Naina sambil mengacungkan telunjuk didepan wajahnya seperti seorang Mama sedang menasehati anaknya yang nakal.

"Oh... jadi lupa nih? apa pura-pura lupa? Nggak mau uangnya berkurang buat traktir Mas Nicho makan bakso depan gang rumah kamu?" Naina heran dengan pertanyaan Nicho. Semenjak kapan laki-laki pendiam ini bisa menyebalkan.

"Owalah.. yang itu! inget aja nih Mas Nicho. Naina pikir Mas Nicho udah ikhlas. hehe", Naina hanya tersenyum garing karena baru ingat janjinya satu ini.

"Ya udah ayo naik! Pegangan!" perintah Nicho yang kini sudah berada diatas motornya.

"Nggak mau ah! Nanti dikiranya kita pacaran lagi kalau Naina pegangan meluk Mas Nicho kaya tadi pagi", Naina menyilangkan tangannya tanda protes.

"PD banget! Lagian Mas Nicho juga nggak mau pacaran sama Naina" Nicho tersenyum simpul sambil menoleh ke arah Naina yang sedang memboncengnya.

Dengan terpaksa Naina menuruti kemauan Nicho meskipun hatinya dongkol luar biasa. Bahkan Naina sengaja diam tak menjawab saat Nicho memberinya pertanyaan.

Nicho pun sadar jika suasana hati Naina yang sedari tadi buruk kini semakin memburuk. Ia pun akhirnya memilih berhenti di sebuah taman yang banyak jajanan kali limanya.

Motor Hitam Abu itu terpakir di ujung taman. Berhenti disamping tenda warna orange bertulis "Seblak Prasmanan Mang Udin". Meskipun ini bukan langganan Naina, tapi ia yakin jika Naina tak bisa menolak pesona seblak dengan sensasi pedasnya.

Setelah memesan dua porsi seblak dengan berbeda level. Kini Nicho yang masih menggunakan seragam basket menggandeng tangan Naina yang memakai seragam putih abu SMA dengan jaket kulit milik Nicho yang dipakaikan ke tubuh Naina.

Bangku lesehan di bawah pohon yang rindang. Beberapa orang menikmati seblak sambil bercengkrama, ada juga tiga laki-laki memainkan gitanya sambil bernyanyi. sedangkan di bangku lesehan paling jauh dari tenda. Nicho sedang menikmati wajah cemberut Naina.

"Kenapa? apa perlu balik lagi ke lapangan SMA Bakti?" Nicho menghadapkan tubuhnya ke arah Naina.

"Lah... Ngapain kesana lagi?" Naina menyerngitkan alisnya bingung.

"Buat ngambil senyum kamu yang ketinggalan, Nay!" tatap Nicho lembut kepada Naina.

"Mas Nicho lihat, setelah keluar dari lapangan tadi sampai sekarang kamu cemberut terus. Mas Nicho rela deh, kalau harus balik lagi kesana buat ambil senyum Naina yang ketinggalan. Biar Naina senyum lagi". Kata Nicho yang membuat wajah Naina hangat dan memerah.

Naina menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Berharap Nicho tidak melihat perubahan warna mukanya.

"Kenapa? nutupin wajahnya yang merah?", goda Nicho terkekeh sambil memaksa Naina menurunkan tangannya.

"Ih... Mas Nicho kenapa jadi ngeselin gini sih? Kelamaan bersahabat sama Bang Billy nih. Makanya jadi ikut ngeselin!" sungut Naina yang sudah menurunkan tangannya tapi belum berani menatap Nicho.

"Emang Mas Nicho ngeselin gimana? Kenapa Naina cemberut terus dari tadi?" tanya Nicho sambil membukakan botol air mineral yang tadi dipesan Naina.

"Okay! Naina to the point saja ya. Naina sebal sama Mas Nicho karena dua hal. Pertama, Karena Mas Nicho meminta Laura untuk menutupi hubungan kalian yang sudah berakhir. Lalu kedua, Ehm..... Lupain aja" Naina kini meminum air mineralnya untuk menetralisir perasaan emosinya.

"Yang kedua apa? Mas Nicho pengen tahu. Biar Mas Nicho bisa jelasin dan introspeksi diri" Nicho sangat sabar menghadapi Naina dengan mood-swing nya.

"Nggak usah! Lupain aja!" jawab Naina yang masih ketus.

"Ngomong, Nay. Mas Nicho belum punya ilmu buat bisa tahu isi pikiran orang lain tanpa orang itu bicara" Nicho mulai sebal karena penasaran dengan kesalahannya yang membuat Naina kesal.

"Kok maksa?" Naina melototkan matanya sambil mendekatkan wajahnya ke Nicho. Seperti tanda ia sedang menantang Harimau supaya bangun dan memakannya.

"Iya. Mas Nicho maksa", jawab Nicho yang tak mau kalah menatap tajam Naina dan ikut mendekatkan wajahnya ke Naina.

Dua kepala itu jika dilihat sekilas, seperti duo orang yang hendak berciuman. Padahal kenyataannya mereka sedang saling menantang.

Naina memundurkan kepalanya dan mengalihkan pandangannya ke sembarangan.

"Yang kedua, Naina sebal sama perkataan Mas Nicho yang nggak mau pacaran sama Naina. Naina ngerasa harga diri Naina jatuh karena Mas Nicho menolak Naina yang belum juga mau sama Mas Nicho", Air matanya yang di ujung mata hampir saja menetes jika ia tidak buru-buru melihat ke langit.

"Naina tahu kalau Naina nggak seanggun dan secantik Laura. Tapi jangan gitu dong, Mas! Meskipun kita tidak saling menyukai. Ataupun Naina bukan tipe Mas Nicho. Setidaknya jangan berkata seolah Naina tidak diinginkan." Naina menjeda perkataanya.

"Entah itu Mas Nicho atau laki-laki lain yang berbicara. dan entah itu Naina atau wanita lain yang menjadi obyeknya. Pasti mereka sebagai wanita merasa sakit hati karena diperlakukan seperti itu", lanjut Naina yang kini sudah terisak.

Nicho yang mendengarnya ikut sakit hati dengan perkataan Naina. Bukan maksudnya seperti itu. Ternyata Naina salah mengartikan perkataannya.

"Nay... look at my eyes, please!" Tangan Nicho menghapus air mata yang jatuh dipipi Naina.

"Mas Nicho minta maaf kalau membuat kamu tersakiti dan salah paham dengan perkataan Mas Nicho. Tapi Bukan maksud Mas Nicho seperti itu" lirihnya sambil memegang tangan Naina.

"Terus maksudnya apa? Nggak usah memaksa membela diri kalau memang kenyataannya salah. Atau sudahlah.... Mungkin Naina yang lagi sensi karena lagi Haid." kata Naina berterus terang

Hari ini memang hari pertama Naina haid. Biasanya ia akan lebih sensitif dan mood swing. Meskipun Naina sebal dan marah. Tapi Naina masih berusaha menyalahkan dirinya dan merasa jika ia yang berlebihan menanggapi perkataan Nicho.

"Kalau memang nggak maksud gitu, buruan jawab! maksudnya apa? Jangan diam saja, Mas! Naina kasih satu kesempatan membela diri." wajah sembab itu kini berubah menjadi wajah penuh kobaran emosi.

"Mas Nicho nggak bisa jawab sekarang. Yang jelas bukan maksud Mas Nicho gitu. Lagian mana ada sih laki-laki yang nolak kamu, Nay? Yang ada juga kamu yang suka nolak laki-laki! Nggak usah nangis karena omongan Mas Nicho. mending nangis gara-gara kepedesan makan seblak kamu yang levelnya nggak ada di buku menu". Nicho mengalihkan pembicaraannya dengan menyodorkan seblak Naina yang baru datang ke mejanya.

Bagaimana ada dibuku menu. Jika Naina pesan level 17 sedangkan di buku menu hanya ada sampai level 10. Entah apa jadinya perut Naina nanti. Yang penting emosinya terlampiaskan dengan seblak yang ia pesan. Meskipun Nicho sudah melarangnya dengan keras.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Terpopuler

Comments

Ida Dida Sendawa

Ida Dida Sendawa

eehhmmm... hampir ketebak endinge kayanya

2024-03-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!