Peresmian Aksara sebagai pengganti Naina pun disambut oleh semua orang di Markas itu. Beberapa anak didik bahkan sudah saling berlomba mencuri perhatian Aksara.
"Om Aksara? Berarti minggu depan Om Aksara mulai nemenin kita belajar?" tanya Aya si balita cantik yang kini sudah duduk di pangkuannya.
"Iya, adek Aya. Mulai sekarang Om Aksara yang akan menemani kalian belajar. Karena Bunda Naina sedang ada kegiatan lain", jawab Aksara.
"Berarti Bunda Naina nggak mau kesini lagi, Om?" tanya Aya kaget dan mulai berkaca-kaca.
"Bunda Naina nggak sayang kita lagi. Huaaaaaa". Aya sudah menangis lalu turun dari pangkuannya. Ia pun mengadukan asumsinya itu kepada anak-anak lain.
Belum ada satu menit. Anak-anak yang lain pun sudah ikut menangis dan menghambur juga memeluk Naina yang sedang mempersiapkan buku untuk belajar hari ini.
Naina yang diperlakukan seperti itu pun kaget. Ia tahu jika hari ini adalah hari terakhirnya mengajar. Tapi keputusannya itu belum Ia sampaikan kepada anak-anak.
"Nay.... Maaaf". Aksara berucap pelan sembari mengatupkan tangannya sebagai tanda permintaan maaf kepada Naina yang menatapnya curiga.
Naina menghirup nafasnya dalam. Ternyata acara perpisahannya harus Ia lakukan lebih awal dari rencana yang Ia persiapkan.
"Adik-adik yang Bunda Naina sayang. Bunda Naina bukan berarti tidak akan kesini lagi. Tapi Bunda Naina hanya akan libur dulu untuk sementara waktu. Nanti Bunda Naina usahakan tetap menemui kalian", kata Naina menenengkan mereka.
"Tapi janji ya Bunda. Jangan bohong lho! Kalau bohong nanti Echa marah. Echa aduin ke Om Pamungkas kalau Bunda bohong", kata Echa sambil mengusap air matanya.
"Nanti Aya aduinnya ke Om Aksara aja. Kalau kak Echa ngadunya ke Om Pamungkas", kata Aya tidak mau kalah.
Suasana yang tadi sendu pun berubah menjadi sedikit lucu. Anak-anak yang lebih tua menertawakan adik mereka yang sering berebut Om ini. Kalau dulu Om Pamungkas yang jadi rebutan. Sekarang sudah adil karena ada Om Aksara, Om baru kesayangannya Aya.
.
.
Setelah selesai dari acara Komunitas. Kini Naina menuju agenda acara selanjutnya seperti yang ia jadwalkan. Mobil Sedan Hitam milik Aksara yang mengantarnya sudah melaju membelah kemacetan Ibu Kota.
"Aksara? seharusnya kamu nggak perlu repot-repot antar aku. Ini jaraknya lumayan jauh lhoh", ucap Naina sungkan karena sudah merepotkan Aksara.
"Nggak merepotkan kok, Nay. Aku senang bisa nganter kamu. Sekalian Aku memang ada perlu ke daerah sana", ucap Aksara berbohong. Karena kenyataannya ia hanya ingin mengantar Naina tanpa ada kepentingan lain.
"Ohh... syukurlah kalau memang ada acara kesana. Makasih banyak ya, Aksara. Kalau diingat-ingat. Kenalnya baru beberapa hari. Tapi ngrepotin kamunya Terus-terusan", ucap Naina dengan senyum tanggungnya.
"Haha... Berarti kehadiranku bisa bermanfaat untuk kamu, Nay. Dan aku bersyukur akan hal itu". Kini Aksara menatap Naina dengan senyum manisnya.
Perjalanan mereka yang hampir satu setengah jam pun akhirnya sampai. Bangunan dengan tulisan "Delicious Baking Studio" terpampang bersar disana.
Inilah alasan Naina cuti sementara dari kegiatan Komunitas. Karena ia ingin mengambil kelas membuat kue dan memasak. Rencananya ia harus belajar dari sekarang. Supaya nanti jika sudah lulus SMA, ia akan membuka bakery atau membuat usaha catering. Sembari kuliah dan Insyaallah mengurus rumah tangganya. hehe....
"Karena aku sudah mengantarmu di kelas pertamamu. Nanti hasil praktik memasak. Aku yang harus mencicipi pertama ya?" kata Aksara sebelum Naina turun dari mobilnya.
"Siapppp bosss! kalau itu mah kecil. sekalian nanti aku bawakan untuk orang tua kamu juga nggak apa-apa", jawab Naina dengan wajah antusias memasuki kelas pertamanya.
"Haha... Emang siap dipaksa jadi menantu?" goda Aksara pada Naina yang membuat Naina salah tingkah.
"Maksudnya? ya siap lah jadi menantu. Siapa tahu jadi menantunya Raja Brunei. hihi", jawab Naina cekikikan mengalihkan arah pembicaraan Aksara.
Setelah mengucapkan terimakasih dan melambaikan tangannya pada Mobil Aksara yang sudah menjauh. Kini Naina memasuki Bangunan tersebut.
Bangunan dengan dua lantai. Lantai satu dijadikan Cafe sekaligus Bakery. Biasanya beberapa produk hasil baking class para peserta juga di demokan dan dijual disana. Sedangkan lantai dua digunakan untuk Kelas membuat kue dan memasak.
.
.
Rumah Laura
Nicho duduk menunduk. Sementara Laura sedang menahan air matanya supaya tidak jatuh saat itu juga. Di tengah-tengah mereka ada Billy yang menjadi saksi dan penengah bagi kedua belak pihak.
"Okay... Sudah cukup lima belas menit kalian hanya berdiam diri di ruang tamu ini. Sekarang gue mau salah satu diantara kalian memulai pembicaraan ini", kata Billy
"Gue sebelumnya minta maaf kalau terkesan ikut campur dan memaksa kalian seperti ini. Hanya saja ini bukan tentang hubungan kalian, Tapi juga tentang persahabatan kita". tambahnya lagi.
"Laura! Sekarang lo bisa jelasin duluan tentang apa yang sebenarnya terjadi. lo bisa membantah kalau kecurigaan gue ke lo tadi salah", Billy menatap Laura tajam.
Laura menarik nafasnya dalam sebelum memulai menjelaskan semuanya. ia ingat perkataan Naina jika ia tidak boleh serakah, dan menjadikan orang lain korban dari keserakahannya.
"Aku nggak akan membantah tuduhan yang Kak Billy berikan. Karena itu memang benar". Air mata yang tadi dibendungnya lolos juga.
Nicho masih tertunduk tanpa mau melihat Laura. Meskipun ia belum terlalu cinta dengan Laura. Tapi ia membenci segala bentuk pengkhianatan. Entah dalam hubungan percintaan, persahabatan atau lainnya.
"Semenjak kapan?",tanya Billy
Meskipun Billy bukan korbannya tapi ia merasa sangat sakit hati karena melihat kedua orang yang disayanginya sakit dan sedih.
"Setelah pertandingan basket waktu itu", jawab Laura singkat.
Sebenarnya Nicho bukannya tidak tahu jika Laura sedang bermain di belakangnya. Bahkan Nicho pernah menyaksikan sendiri saat mengantar Naina malam itu. Nicho melihat Laura berboncengan mesra setelah keluar dari Minimarket.
Nicho juga tahu jika alasan Laura absen beberapa kali menemaninya setiap Minggu juga untuk menemui laki-laki lain. Bukan karena acara keluarga seperti yang dikatakan Laura.
Hanya Nicho tidak tahu siapa laki-laki itu. Dan baru mulai mencurigainya setelah bertemu di car free day tadi.
"Kita akhiri saja hubungan kita saat ini juga, Laura". Nicho mengangkat wajahnya dan menatap datar pada Laura.
Laura pun hanya menunduk dan mengangguk tanda setuju.
"Semudah ini? Kalian tidak ingin memperbaikinya dan memperjuangkan sekali lagi?" Billy bingung dengan kedua orang yang sama pasrah begitu saja.
"Kita berdua sudah sama-sama berjuang, Bil. Bahkan dari hari pertama kami memilih menjadi sepasang kekasih pun kami sudah berjuang. Sama-sama belajar mencintai dan berusaha menganggap lebih dari sahabat. Tapi nyatanya rasa tidak bisa dipaksa. Dan hati yang lebih tau dimana rumahnya", Nicho pun menjelaskan sedikit tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan hubunganya selama ini.
"Kak?.... " Laura kini menatap Nicho dengan rasa bersalah.
"Jangan pernah benci Laura ya. Laura mohon. Maafkan kesalahan Laura", imbuh Laura dengan suara terisaknya.
"Sebagai seseorang yang pernah berstatus menjadi kekasihmu. Tentu kakak membenci pengkhianatanmu. Tapi sebagai seorang sahabat. Kakak akan tetap selalu menyayangimu". Kini Nicho memeluk Laura yang berlari kearahnya.
"Untuk kalian berdua, aku meminta satu hal", ucap Nicho menatap kedua sahabatnya.
"Aku minta tolong sembunyikan dulu sementara hal ini dari Naina. termasuk berakhirnya hubungan ini", pintanya.
"Kenapa? memang apa hubungannya dengan Naina?, tanya Billy yang tiba-tiba bingung dengan permintaan Nicho.
Sedangkan Laura yang sepertinya mengerti keadaan ini pun hanya tersenyum simpul dan menahan tawanya.
"Cukup lakukan! dan jangan banyak tanya!" perintah Nicho yang tiba-tiba menjadi galak.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments