Agista tertawa terbahak melihat Naina dan Aksara memakai jaket yang sama. Sebenarnya semua pengurus organisasi Komunitas Tawa Anak Bangsa memiliki jaket itu.
Bahkan sekarang Agista pun juga membawanya. Hanya saja masih ia taruh di tas dan belum dipakainya. Hari ini mereka bertiga ada acara bersama. Peresmian dan perkenalan Aksara sebagai pengganti Naina.
"Lah... Aksara? Lu kok bisa couple'an jaket sama adek gue?" Tanya Billy melotot pada Aksara.
"Matanya nggak usah sampai mau lepas gitu kali, Bang. Cuma kebetulan aja pakenya bareng. Jaket baru komunitas", jawab Aksara santai.
"Oh... semenjak kapan lu ikut join? perasaan sebulan lalu waktu acara santunan di Panti, lu nggak ada", tanya Billy yang masih penasaran.
"Baru juga hari ini resmi join, Bang. Gantiin Naina sementara", ucap Aksara sambil menatap Naina yang kini sibuk memilih kue yang di jual oleh anak SMA Bakti.
"Lu nggak join sekalian, dit?" Tanya Billy pada Radit, teman baik Aksara yang sama-sama Anak SMA Bakti.
"Nggak, Bang. Ada kegiatan lain yang lebih penting", kata Radit sambil melirik Laura yang berada di samping Nicho.
Laura yang sadar jika dilirik hanya pura-pura sibuk melihat Naina yang sedang mencicipi tester kue.
Di lapak ini rasanya seperti reuni anak SMP Dharma Bangsa. Ada Aksara, Radit, Billy dan Laura.
Aksara, Radit dan Laura satu angkatan. Bahkan dua tahun sekelas. Sedangkan Billy kakak kelas mereka. Jelas saja Billy kenal baik Aksara dan Radit. Karena dulu mereka sama-sama menjadi team basket inti di SMP Dharma Bangsa.
"Ohh...", jawab Billy hemat kata
"Btw, Nic? lo masih inget nggak? Si Radit yang jadi Kapten team basket SMA Bakti waktu kita tanding kemarin?" Billy kini merengkuh Bahu Radit yang Ada didepannya.
"Iya, Inget! Nicho" Nicho memperkenalkan dirinya dan menjabatkan tangannya.
"Halo, Bang. Gue Radit", Balas Radit pada Nicho.
"Kalau yang ini namanya Aksara. Jagoannya anak Bakti juga. Cuma kemarin lagi absen tanding", kini gantian Billy memperkenalkan Aksara pada Nicho.
Nicho Dan Aksara pun juga saling bersalaman sambil memperkenalkan diri. Hanya saja berbeda dengan ketika bersalaman dengan Radit. Nicho terlihat memberikan tatapan tajam saat bersalaman dengan Aksara.
"Abangkuuu.... ", Naina memanggil Billy dengan senyum doraemon sembari menenteng lima plastik penuh jajanan hasil memborong dari lapak anak SMA Bakti.
"Apa???", jawab Billy ketus karena perasaannya tiba-tiba menjadi tidak enak melihat senyum cerah Naina yang mendatanginya.
"Heheee.... Bayarin", rayu Naina sambil memasang wajah imutnya dan mengedipkan matanya lebih cepat kearah Billy.
"Gimana ceritanya. kamu yang jajan tapi Abang yang bayarin? bayar sendiri Sana! nggak mau banget uang jajannya habis". Sengaja Billy menggoda Naina terlebih dahulu. Setelah emosi Naina terpancing, baru Billy akan membayarinya.
"Dihh.. Ya sudah kalau nggak mau bayarin", wajah Naina yang tadi secerah matahari di langit yang biru. Kini sudah berubah menjadi badai yang penuh dengan petir yang menggelegar.
Nicho hanya tersenyum melihat ekspresi Naina yang begitu menggemaskan dimatanya itu. Tidak suka wajah gemas Naina bertahan lama dan dilihat oleh laki-laki lain. Nicho pun segera mengambil dompetnya untuk membayar jajanan Naina.
Tapi sayangnya. Usahanya kali ini kalah cepat dengan teman baru Naina yang ia tatap tajam tadi.
"Udah Nay. Itu Naina makan atau bawa pulang saja. Nanti biar aku yang bayarin", kata Aksara pada Naina dan memberi kode kepada temannya yang menjadi kasir tanda dia yang akan membayar.
"Duhh... Jangan lah, Aksara. Jadi enak akunya! Eh... Jadi nggak enak maksudnya", Naina tersenyum pura-pura malu.
"Alahhh... gaya kamu, Nay! Pasti seneng kan? baru kenal Aksara dua hari tapi sudah ditraktir terus dari kemarin?", tembak Agista pada Naina.
"Bukannya gimana-gimana. Namanya rezeki masa ditolak. Lagian kan memberi kesempatan untuk Aksara yang ingin bersedekah. Aksara is my hero, today", jawab Naina sembari memberikan senyum terbaik pada Aksara si Dermawan.
Niat hati Naina mengatakan Aksara sebagai pahlawannya untuk menyindir Abangnya. Tapi yang panas justru laki-laki disamping Abangnya, yaitu Nicho.
Di sisi lain. Laura sedari tadi diam saja dan terlihat tidak nyaman. Bukannya terlihat antusias bereuni dengan sesama alumnus. Tapi ia terlihat canggung dihadapan Radit Dan Aksara. Sedangkan Radit sendiri tertangkap basah oleh Billy dan Nicho sedang menatap Laura dengan tatapan kurang ramah.
Laura sangat mudah disukai laki-laki. Karena memang kecantikannya yang diatas rata-rata. Tapi melihatnya salah tingkah dan canggung seperti ini adalah hal yang sangat langka.
"Duduk dulu saja guys, tadi kita pesan nasi bakar banyak buat sarapan bersama. Sekalian istirahat karena dagangannya habis", ajak Agista pada empat sekawan itu.
Sungkan untuk menolak. Mereka pun akhirnya bergabung dengan delapan orang dari SMA Bakti.
"Lala? kok diem aja sih? Ada dua temannya ini? nggak pengen kangen-kangenan sambil berpelukan layaknya Teletubbies gitu?" goda Naina pada sahabatnya yang hari ini terlihat beda itu.
Sedangkan dalam hati Laura merutuki pertanyaan Naina yang membuatnya semakin mati gaya.
"Emang dia dari dulu pendiam kaya gini kalau didepan banyak orang. Hanya orang terpilih yang bisa melihatnya tertawa lepas dan cerewet", kata Radit dengan ekspresi datarnya menatap tajam Laura yang menatap ke arah lain.
Yang ditatap seperti itu Laura. Tapi yang kaget dan merasa aneh justru empat pasang mata lainnya. Ada Aksara, Billy, Agista dan tentunya laki-laki yang masih berstatus pacar Laura yaitu Nicho.
"Wahhh.. kok kamu tahu? berarti kamu termasuk orang terpilih dong? makanya bisa nilai Laura gitu?" ceplos Naina yang sedang mengemil brownies yang dia beli tadi.
Hening. Tidak yang menjawab pertanyaan luar biasa Naina yang tidak ada di kisi-kisi ujian semester itu.
Billy dan Agista melotot kearah Naina sedari tadi. Tapi yang ada Naina hanya menatap berbagai kue yang menggoda takwa itu.
Kesal kodenya terabaikan oleh Naina. Dengan sebalnya tangan Agista merebut paksa brownies yang beberapa centi lagi goal ke gawang mulut Naina.
"Apaan sih, Gis? Ini yang jual kan kamu sendiri? masa direbut gitu? Kalau mau ambil aja nih masih banyak". Naina justru menyodorkan plastik isi kue ke Agista. Sepertinya Naina masih pingsan alias tidak sadar dengan keadaan yang terjadi.
"Nay... aku haus! pengen nyari es jeruk rasa stroberi. temenin aku yuk!" paksa Agista yang kini menarik tangan Naina menjauh.
Karena terlalu cepat dipaksa Agista berdiri. Jaket yang tadi dilepas Naina pun terjatuh. Aksara pun mengambilnya dan memasukkan jaket Naina ke dalam tas nya.
Sedangkan Radit masih saja belum bosan mencuri pandang ke arah Laura yang sampai sekarang belum mau bicara.
"Gue cabut dulu! Nggak bisa lama-lama. Ada acara dadakan!", kata Nicho yang tidak kuat lagi menahan perasaan tidak nyamannya disana.
"Laura? nanti baliknya dianter sama Billy saja ya. Maaf kakak nggak bisa ngantar". Nicho sudah berdiri dan beranjak pergi, bahkan sebelum Laura menjawabnya.
Tatapan penuh tanda tanya kini Billy tujukan pada Laura yang langsung menunduk diam. Sedangkan sebenarnya diamnya tadi menyimpan banyak rasa. Bahkan rasanya ia ingin berteriak karena terlalu bodoh sampai bingung harus berbuat apa.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Nahloohh... kira-kira kenapa ya?
Oh ya.. untuk teman-teman yang membaca. boleh pilih ya, untuk keseruan di episode yang akan datang.
Kira-kira mau yang mana ?
1. Empat sekawan beserta Aksara, Agista dan Radit staycation di Villa Opa Abbas.
2. Naina dan Nicho main di Dunia fantasi.
3. Empat sekawan ke bioskop bersama
Hayuuu gercep di pilih🌻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments