Sabtu Pagi. Jam Kayu dipergelangan tangan Naina menunjukan pukul 05.20 WIB. Tas Ransel, beberapa kotak kardus berisi hadiah, juga beberapa kontainer makanan isi donat buatan mamanya sudah siap dimasukan ke dalam mobil.
"Ma, Naina berangkat dulu ya. Dan Makasih ya, Ma. Untuk donat endulita yang sudah mama siapkan untuk mereka. Pasti anak-anak suka. Apalagi topping dengan gambar yang lucu dan warna-warni". Naina mengecup tangan Mamanya dan mengecup pipi serta berpelukan hangat.
"Mama yang makasih sama kamu sayang. karena sudah menjadi anak bungsu Mama Papa yang hebat. Prestasimu di Sekolah tentu membuat Mama Papa bangga. Tapi karakter serta kepedulianmu kepada lingkunganmu, terutama mereka yang membutuhkan lebih membuat Mama Papa bangga dan sangat bersyukur." Beberapa saat mereka masih saling berpelukan hingga klakson mobil pun berbunyi.
Thinnn...Thinnn....
"Sudah cukup ya para bidadariku mesra-mesranya. nanti kalau kelamaan yang ada Naina telat. Dan takutnya donat yang gambar senyum kelihatan gigi tadi lama-lama giginya ompong. gara-gara kelamaan mringis. hehe". Dari sini kita tahu jika guyonan receh Naina diturunkan dari Papa Ali.
"Whahahahaaaa, lucu banget". Mulut Naina tertawa tapi ekspresi datarnya terlihat menyebalkan bagi sang Papa.
"Yaudah yah mamaku yang cantik. Naina berangkat dulu. Assalamu'alaikum". Terlihat senyum manis yang selalu menjadi penyejuk hati orang tuanya pun tak lupa selalu diperlihatkan.
.
.
Bogor, Pukul 10.00 WIB
Naina sudah sampai sedari tadi. Hanya saja ia dan teamnya tengah mempersiapkan semua dengan teliti. Komunitas yang mereka bangun bersama dengan nama "Komunitas Tawa Anak Bangsa" kini sudah berusia satu tahun. Dari awalnya yang hanya beranggotakan tujuh orang pendiri. Sekarang sudah ada 25 anggota tetap dan ada puluhan volunteer yang membantu setiap kegiatan mereka.
Satu tahun berjalan dan hari ini mereka mengajak anak didik mereka yaitu anak-anak putus sekolah baik yang hanya dirumah maupun yang menjadi pekerja jalanan untuk menikmati piknik bersama. Jumlah anak didik mereka sekitar 80 orang dari berbagai jenjang usia.
"Bunda Naina, Echa mau diambilin balon yang warna pink itu", seru anak manis berbando dan memakai baju serba pink itu. Echa terlihat sangat cantik dan menggemaskan, tidak seperti biasanya. Karena untuk acara hari ini mereka semua sudah memakai pakaian, sepatu dan tas baru yang sudah dipersiapkan panitia dari seminggu yang lalu.
"Sebentar ya Echa sayang. Ehm.. kalau warna lainya saja bagaimana? karena balon yang warna pink dipohon itu terlalu tinggi sayang. Bunda tidak sampai kalau mengambilnya". Naina merayu Echa sembari melihat kanan kiri barangkali ada alat yang bisa dipakai untuk mengambilnya.
"Nggak mau, bunda. Echa maunya yang pink", rengek Echa yang sekarang matanya sudah mulai berkaca-kaca.
"Bunda Naina. Aya juga mau yang pink itu. Balon pinknya bagus bunda. Aya juga suka". Belum selesai mencari solusi untuk mengambil satu balon pink. untuk Echa. Sekarang Aya si balita imut berumur empat tahun itu juga mau minta balon warna pink. Jangan kaget juga kalau hampir semua anak yang lebih muda dari Naina memanggilnya Bunda. Karena memang pembawaan Naina yang menyenangkan, hangat dan selalu mau diajak bermain adalah sebab dari itu semua. Mereka menjadikan Naina menjadi Bunda dari mereka. Bahkan mereka ataupun Naina sampai lupa siapa yang memulai panggilan itu.
"Kakak Echa dan Adek Aya mau balon yang mana? Sini biar Om Pamungkas ambilkan". Pamungkas, salah satu volunteer yang berprofesi sebagai Mahasiswa Kedokteran memang sudah hampir tiga bulan ini aktif mengikuti kegiatan sosial ini. Banyak yang bilang jika Naina adalah salah satu alasan kenapa Pamungkas semakin bersemangat bergabung dengan Komunitas Tawa Anak Bangsa.
"Mau yang warna pink, Om" jawab para anak cantik itu bersamaan. karena terlalu antusiasnya melihat Pamungkas menaiki tangga untuk mengambil balon warna pink. Tangan-tangan mungil itu menarik baju Naina dari sebelah kanan dan kiri. Walaupun badan mereka masih kecil. Tapi berat Naina yang juga tidak seberapa ikut tertarik juga ke kanan dan ke kiri. Wajah panik Naina tertangkap oleh Pamungkas dan membuatnya tertawa dari atas pohon sana.
"Kenapa sih kak ketawa kaya gitu? Emang ada yang lucu?" Mata Naina mendelik menatap Pamungkas sementara para bocah kecil tadi sudah berlarian setelah mengecup pipi Naina sebagai bentuk terimakasih untuknya dan Pamungkas.
"Habisnya kamu lucu, Nay. Masa sama Echa dan Aya bisa ketarik gitu. Padahal kan mereka masih kecil. Mana wajah panik kamu gemesin lagi", ungkap Pamungkas sembari berjalan beriringan dengan Naina menuju tempat berkumpul panitia.
"Ya kalau gemesin sih emang udah dari dulu kali kak. Makanya takut kalau ada audisi diapers bayi. takut di rekrut jadi modelnya. hihi". Seperti biasa, Inilah Naina dengan segala guyonan-nya.
Cantik, Cerdas, Menyenangkan dan menginspirasi. siapa yang tidak mudah jatuh cinta dengan gadis muda satu ini jika ia telah mengenalnya secara dekat.
Ditempat lain. Billy kini tengah berlatih bersama beberapa para pembimbingnya guna mempersiapkan dirinya setelah lulus SMA akan mencoba bergabung bersama pasukan Militer Indonesia. Semenjak mengikuti ekstrakurikuler PASKIBRA di Sekolahnya dan beberapa kali diajak oleh Naina untuk menjadi volunteer dalam kegiatan amal Komunitasnya. Jiwa sosial Billy semakin tinggi dan menjadikan cita-citanya untuk berjuang dan bermanfaat untuk orang lain.
Sedangkan dua remaja lainya yaitu Nicho dan Laura saat ini tengah berada di sebuah Mall Ibukota. Seperti beberapa remaja lainya. Mereka menghabiskan waktu dengan berbelanja, makan di tempat favorite. Lalu dilanjutkan menonton film yang sedang tayang di Bioskop.
"Kak? Kita nonton film genre romance saja ya. kata teman sekelasku kemarin bagus", kata Laura sembari menunjuk salah satu poster film yang tengah viral saat ini.
"Ehm. bagaimana jika film action saja, Laura". tawar Nicho yang sebenernya enggan menonton film romantis karena pasti didalamnya akan banyak pasangan mesum yang mesra-mesraan. Walaupun Nicho pun sebenarnya bisa melakukan hal itu dengan Laura. Tapi nyatanya ia enggan. Bahkan saat Laura memintanya untuk masing-masing memiliki panggilan khusus saja ia menolak. Entahlah mungkin karena itu bagi Nicho terlalu berlebihan atau ada alasan lainya.
"Baiklah kak. Kali ini Laura masih setuju dengan kakak. Tapi diacara ngedate selanjutnya. Kakak harus mengikuti kemauan Laura ya?". Laura memperlihatkan wajah imut dan sedih dalam waktu bersamaan. Sebenarnya Laura sebal karena sudah hampir 2 bulan berpacaran. Dan hampir setiap akhir pekan mereka melakukan hal rutin ini tapi Nicho selalu menolak untuk melihat film bergenre romance. Selain menolak film romantis. Perlakuan Nicho sendiri juga jauh dari kata romantis.
.
Rumah Nicho. Pukul 19.30 WIB
Naina keluar dari kamar tamu Nicho karena baru saja menumpang sholat Isya disana. Dimanapun dan bagaimanapun keadaannya. Naina tidak pernah meninggalkan kewajibannya untuk sholat lima waktu. Meskipun ia belum berhijab saat ini. Tapi niatan untuk hal itu sangatlah ada. Mukena kecil selalu mengisi tasnya dan dibawa kemanapun Naina pergi.
"Tan.terimakasih ya untuk kamar tamunya. Naina sudah selesai sholat". Naina melihat Mami Nicho yang ada didapur dan mendatanginya untuk mengucapkan terimakasih.
"Sama-sama anak sholehah. Tante kagum sama kamu. meskipun Naina masih muda. Tapi Naina tidak pernah meninggalkan kewajiban Naina", kata Mami Nicho sembari mengelus kepala Naina lembut.
"Terimakasih tan. Tante masak apa tan? aromanya begitu menggoda iman dan takwa Naina tan. hihi". Jawab Naina sembari cekikikan guna mengalihkan pujian Mami Nicho. Karena sebenarnya Naina tidak nyaman jika dipuji oleh siapapun. Kecuali dipuji oleh dirinya sendiri. Itupun ia lakukan hanya sebagai bentuk candaan dengan orang lain.
"Tante masak tumis cumi asin, Nay. Ini kesukaan Nicho dan Papinya. Naina mau coba?". Mama Nicho sudah mempersiapkan satu cumi dalam sendok kecil untuk dicicipi Naina.
"Mau tan. Naina mau coba. Soalnya Mama Naina jarang masak seafood. Papa kurang suka", ujar Naina sambil memasukan satu sendok cumi ke mulutnya.
"Ini Enak banget tan. Tapi kayanya lebih enak kalau ditambah sepiring nasi putih hangat deh tan. hehe". Naina nyengir setelah menyelesaikan mengunyah cumi asin itu.
"Halah! Naina modus mam. Bilang saja kalau laper nay. Apa jangan-jangan bukan sekedar laper. Tapi emang doyan." Nicho terkekeh sembari tanganya tidak tahan mengacak-acak rambut Naina karena gemas setelah melihat beberapa saat interaksi Naina dengan Maminya.
"Ih. Mas Nicho kenapa sih? orang emang enak masakan Tante Diana. Apalagi ditambah nasi hangat memang cocok. Karena kalau cuminya saja mana kenyang? Gara-gara Mas Nicho tiba-tiba datang nih. Naina jadi lupa rasa cuminya tadi kaya apa." Naina terlihat modus supaya bisa mencicipinya lagi.
"Naina mau mau coba satu lagi ya tante." Kini satu sendok cumi sudah kembali pindah dari alat penggorengan Mami Nicho ke sendok kecil Naina. Tidak lupa Mami Diana pun kembali merapikan rambut Naina yang tadi sempat diacak-acak anaknya.
"Modus banget sih Nay. Mana ada lupa rasa makanan dalam waktu kurang dari tiga menit. Coba sini kamu suapin Mas Nicho pakai sendokmu itu. Mas Nicho juga jadi lupa masakan Mami seenak apa." Nicho sudah membuka mulutnya tidak sabaran menunggu cumi yang akan disuapin Naina kepadanya.
"Ini Aaa' dulu bayi besarnya Tante Diana". Naina terkekeh kecil setelah menyuapi Nicho dengan cumi. tadi.
"Huh Hah! Pedes mam! Naina iseng banget sih. Ini kenapa dikasih potongan cabe setannya segala. Kan Mas Nicho makanya tanpa nasi." Kini Nicho sudah meneguk air dingin yang ada kulkas.
"Tuh kan. Mas Nicho juga modus tan. Pengen makan cumi sama nasi putih juga. hahahaha." Naina tertawa puas diatas penderitaan Nicho. Sebenarnya potongan cabe yang Naina ambil tadi kecil. Hanya saja memang terasa karena hanya dimakan dengan satu ekor cumi asin yang ukurannya sedang. Karena merasa diisengin Naina. Nicho pun menjewer kecil telinga Naina yang tentunya tidak akan memberikan rasa sakit.
"Sudah...sudah...! Kalian ini malah sama-sama iseng ih! sana ambil piring! terus ambil nasi putih. Sekalian bawa empat piring untuk Laura dan Billy juga." Sebenarnya Mami Diana menyukai keributan kecil yang lucu itu. Sebagai Ibu dengan anak satu. Dapur yang biasanya tenang menjadi ramai oleh keributan Nicho dan Naina. Bahkan tanpa mereka sadari. Mami Diana sebenarnya cukup kaget dan bahagia dengan sikap Nicho yang terlihat apa adanya dan manja ketika bersama Naina tadi. Hanya saja Mami Diana ingat jika ditaman belakang ada Laura dan Billy yang menunggu mereka.
Memang perlu diakui. Interaksi seperti ini sangat jarang terjadi antara Naina dengan Nicho. Karena memang Nicho tidak pernah jahil kepada Naina jika ada Billy. Karena Billy lah yang mendominasi pertengkaran dengan Naina. Sedangkan jika ada orang lain meskipun Laura kekasihnya sendiri. Nicho akan tetap menjadi Nicho yang terlihat irit bicara dan misterius. Bukan dibuat-buat atau jaga image. Hanya saja memang malas dan tidak ada niat untuk berperilaku seperti yang dilakukan kepada Naina tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments