Chapter 18

"LO berhenti aja. Jangan nyari pengkhianat itu. Gue jamin, lo bakal kecewa."

Finn mendengus sambil melipat kedua tangan di depan dada. Dia mendekati Deon, mengacungkan jari tengah tepat di depan wajah pemuda itu. Ingin membuat Deon marah dan melepas topengnya. Selama di sekolah, tak pernah Deon sekalipun merundung Finn.

Finn tidak mengharapkan itu. Tapi, Deon selalu membully murid laki-laki dan bahkan perempuan seenak jidat. Namun, anehnya dia tidak pernah merundung Finn, dan membuat murid di sekolah membencinya. Berpikir kalau Finn dan Deon sama-sama suka merundung. Itu juga yang membuat Finn tidak memiliki teman, selain karena latar belakangnya.

"Jangan banyak bacot. Tukang bully mending diem. Gue sebenernya alergi ngomong sama orang kayak lo itu!"

Deon tertawa, sama sekali tidak tersinggung. Justru, dia semakin ingin melindungi anak ini, ingin membuatnya selalu tersenyum. Deon hanya ingin Finn—yang sudah ia anggap sebagai seorang Adik selalu bahagia.

Deon tahu apa yang selama ini sudah Finn jalani. Finn selalu sendirian, tidak memiliki teman, dan bahkan tanpa kasih sayang keluarga. Di sekolah, Finn selalu berusaha mencari perhatian, tapi tak ada satu murid yang mau mendekatinya.

Sampai akhirnya, Deon sadar jika Finn mulai menyerah. Dia berubah menjadi lebih dingin, selalu menghindari murid-murid di sekolah dan memilih untuk menyendiri. Sampai suatu ketika, ada seorang pemuda lebih tua satu tahun dari Finn datang dan menghiburnya dengan ungkapan bodoh tentang Sains dan Kimia.

Deon senang, karena Finn akhirnya mendapat teman. Namun, ketika sadar siapa Frey yang sesungguhnya, Deon mulai membenci Frey dan diam-diam berusaha meretakkan pertemanan mereka. Namun, rupanya Deon tidak bisa, karena untuk pertama kalinya, Finn menemukan seseorang yang mampu membuatnya tersenyum lebar.

Deon hanya tidak ingin Finn sedih. Walau pemuda itu tidak tahu dan tidak ingin, tapi bagi Deon, Finn akan tetap sebagai teman sekaligus Adik untuknya.

"Jangan cari, dia. Gue, nggak mau lo kecewa dan sedih. Gue sebagai temen lo, cuman pengen—"

Finn tertawa. "Temen? Apa itu temen? Lo ngerti bahasa itu dari mana? Lo sadar nggak ama ucapan lo itu? Goblok banget sih!"

Hawa-hawa permusuhan mulai datang. Vernon ingin membawa Finn pergi, saat ada suara ledakan dari luar gedung. Mereka serentak menoleh, kecuali Deon yang justru menyenderkan punggung ke dinding sambil bersedekap dada.

Vernon menatap Deon dengan wajah tenang. Mungkin, karena ini yang membuat Deon kembali ke markas setelah cukup lama bersembunyi. Yah, lebih tepatnya, Deon sembunyi berkedok menjalani kehidupan sekolah menengah atas.

Vernon teringat akan sesuatu. Dia menatap Briel dan Goldy bergantian. "Jaga Finn! Aku akan keluar memeriksa."

Finn berlari mendekati jendela dan hendak membukanya. Namun, urung melakukan saat ada cahaya putih kekuningan melesat ke arahnya. Vernon tidak jadi keluar dan berbelok mendekati Finn, mendorong tubuh anak itu dan berdiri di depannya, menghadang cahaya yang melesat dengan tangan tersilang di depan wajah.

Ledakan terjadi cukup besar, sampai menghancurkan setengah gedung. Finn melotot dan menarik tubuh Vernon menjauh. Dia memeriksa luka di tangan Vernon, juga wajah pria itu yang mengeluarkan darah dari kening kirinya.

"Lo bego banget, sih! Lo bisa mat!, anjing!"

Vernon terkekeh sambil terbatuk, memuntahkan cairan merah kental dari mulutnya. Tubuhnya mulai sakit semua, namun tetap terlihat baik-baik saja di depan Finn.

"Aku baik-baik saja. Kamu sudah dititipkan padaku. Jadi, aku harus benar-benar melindungimu."

Finn mengangkat sebelah alis. Dia jadi teringat ucapan Daghara, yang juga mengatakan hal sama dengan Vernon. Tapi, kenapa dengan mereka semua? Finn sudah besar, tidak perlu dilindungi, 'kan?

Finn mendengus. "Kayaknya, luka lo parah, deh. Lo gimana, nih? Atau, lo di sini aja. Biar gue yang—"

"KALIAN ORANG-ORANG BODOH! KEMBALIKAN DIA PADAKU! KALIAN HANYA INGIN MEMANFAATKANNYA, BUKAN? KARENA KALIAN TAHU, APA YANG ADA DI TUBUHNYA!"

Jantung Finn seolah berhenti berdetak. Dia jelas masih cukup waras dan segar untuk mengenali suara lantang yang baru saja mengalun kencang di luar. Dengan gerakan cepat, Finn langsung berlari keluar. Bayangan wajah sahabat terbaiknya mulai melayang di otak.

"Frey ...."

Finn berhenti melangkah, tepat di hadapan sosok pemuda dengan jubah hitam menutupi tubuh, dan tudung yang menutupi kepala, juga wajahnya. Finn sempat mengangkat alis, menerka sosok itu tanpa membuka suara.

Tudung jubah hitam terbuka, menunjukkan wajah sawo matang dengan mata merah menyela, dan seringai lebar di bibirnya. Kacamata itu, sudah tidak lagi bertengger di atas hidungnya. Dia, benar-benar sudah berbeda dengan mata merah dan rambut hitam legam bergaya undercut.

"Lama tidak berjumpa, Finn. Atau, emang gue yang ngerasa udah begitu lama pisah sama lo? Yah, mungkin karena lo sahabat gue satu-satunya. "

"Dia pengkhianat."

"Dia tidak pernah memberitahu nama aslinya. Kami hanya memanggilnya Scorpion."

Mendadak, kata-kata Vernon beberapa hari yang lalu terngiang di telinga Finn. Jadi, Frey adalah Scorpion si pengkhianat RE-STARK? Rasanya, ini sungguh kejutan yang memuakkan untuk Finn.

Finn mengepal kuat kedua tangan di sisi tubuh. Dia masih berusaha untuk menahan gejolak panas dan amarah, yang entah kenapa memenuhi otak dan hatinya. Entahlah. Mungkin, karena dia sudah tahu, jika Frey yang sudah menghabisi banyak manusia?

Finn menarik napas pelan. "Ini kejutan banget, Frey. Gue bahkan nggak pernah sampe mikir kalo lo gabung dengan kelompok pemberontak seperti ini."

Frey diam sebentar. Dia harus memikirkan ucapan apa yang pas, dan tidak menbuat Finn nantinya salah paham. Karena dia yakin, pasti anggota bodoh ini sudah mulai mencuci otak Finn secara perlahan.

"Gue juga punya alasan kuat gabung RE-STARK," kata Frey pada akhirnya, berharap Finn akan mengerti.

Finn mendengus. Frey memang sahabat, tapi dengan apa yang dia lalukan sebelumnya, Finn jadi tidak yakin. Apakah Frey kawan, atau justru lawan? Finn melipat kedua tangan di depan dada dengan wajah tenang, berusaha untuk tidak terbawa emosi dan perasaan.

"Jadi, lo yang mereka panggil Scorpion?" Finn terkekeh. "So, apa yang buat lo secara tiba-tiba menyerang mereka?"

Frey tersenyum. "Lo sepertinya, belum terpengaruh dengan mereka. Lo, sebenarnya tidak berniat gabung di RE-STARK, 'kan?"

Finn mengangkat bahu. "Seperti lo. Gue juga punya alasan buat gabung di sini." Dia kemudian menarik napas pelan. "Tapi, kayaknya gue udah muak. Ternyata, alasan gue sampe sejauh ini, nggak guna!"

Finn mendekat, mengacungkan jari tengah di depan wajah Frey. Dia menyeringai kecil. "Jawab pertanyaan gue! Lo, kawan, atau ...." Finn sempat memainkan lidah di rongga mulut. "Lawan?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!