Chapter 16

"AKU pasti tidak akan bisa!"

"Kenapa kau cepat sekali menyerah? Kau bahkan belum mencobanya."

Finn melipat kedua tangan di depan dada. "Bagaimana kalau aku nanti hilang kendali? Menggunakan dua sihir elemen sekaligus itu bukan keahlianku!"

"Kenapa kau takut? Aku ada di sini!"

Jantung Finn seolah berhenti berdetak. Hatinya mulai menghangat. Dia, seperti diperhatikan dan disayang. Untuk pertama kali, ada yang mengatakan hal ini padanya, walau itu hanya seekor naga.

"Bocah, ada apa denganmu? Kenapa diam?"

Finn tersadar dan langsung menggelengkan kepala. Dia tersenyum tipis. Yah, walau hanya ucapan seperti ini saja sudah membuat hati dan tubuh Finn menghangat. Sepertinya, dia mulai memiliki pandangan lain tentang Daghara.

"Apa kau yakin?" tanya Finn.

Daghara mengangguk. "Kalau kau hilang kendali, maka aku yang akan menghentikanmu."

Mendadak ada satu hal yang masuk ke pikiran Finn. Pemuda itu melangkah maju, menatap Daghara lekat. "Sejak kapan kau di tubuhku?"

"Kenapa mendadak kau bertanya itu?"

Finn menggeleng pelan. Dia ini bodoh juga, ya. Pertanyaan macam apa ini? Itu hanya akan membuat dirinya secara terang-terangan mulai percaya dan membutuhkan si Naga Jelek ini.

"Lupakan saja. Kalau begitu, ayo kita mulai!"

Finn sudah mengulurkan tangan. Tapi, dia belum tahu apa yang harus dilakukan terlebih dahulu. Jadilah, dia menurunkan tangan kembali, dan menoleh pada Daghara.

"Harus apa dulu?"

"Coba kau keluarkan dua sihir elemen sekaligus."

Finn mengangguk. Dia kemudian mengulurkan kedua tangan, mengeluarkan sihir elemen tanah dan api secara bersamaan. Begitu akar pohon dan api keluar, aliran sihir mulai membesar. Finn kesulitan mengendalikannya.

"Naga Jelek! Bantuin gue!"

Tubuh Finn oleng kanan kiri, mengikuti akar pohon dan api yang melesat ke arah berlawanan. Dia berusaha menahan, seperti seseorang yang tengah membajak sawah dengan kerbau. Namun, aliran sihir yang kian membesar sulit dikendalikan. Tubuh Finn mulai memanas.

Daghara mendengus geli. Dia kemudian menahan aliran sihir Finn, melilit tubuh pemuda itu dengan ekornya yang panjang.

Perlahan, aliran sihir di tubuh Finn mulai berkurang, dan sihir elemen yang keluar tidak seperti sebelumnya, yang kini lebih mengecil dan terkendali.

"Lihat itu? Kau akan kesulitan, bukan?"

Finn bernapas lega sebelum memberikan anggukan samar. Sungguh, dia tidak akan melakukan ini lagi. Nyawanya seperti akan melayang di udara. Maut sudah seperti akan menjemput. Mengerikan.

Daghara tersenyum, memperlihatkan gigi taringnya yang begitu tajam dan panjang. Membayangkan jika ada tubuh manusia masuk ke sana, pasti akan hancur lebur. Finn langsung bergidik ngeri.

"Kau bisa menyatukan dua sihir elemenmu dalam satu kekuatan. Seperti menyatukan warna yang berbeda, maka warna lain akan muncul."

Finn mengangkat alis. "Gimana caranya? Aku harus ngapain lagi? Kalau aku mat! bagaimana?"

Daghara mendengus. "Tidak akan, bocah. Kau sudah dititipkan padaku. Jadi, aku yang akan bertanggung jawab untuk ini!"

Finn akhirnya mengangguk pasrah. "Jadi, aku harus bagaimana?"

"Cukup keluarkan satu lingkaran sihir. Tapi, kau harus bisa mengeluarkan dua sihir elemen di satu lingkaran sihir itu. Kau hanya cukup berkonsentrasi untuk mengeluarkan dua sihir elemen sekaligus."

"Gila!" desis Finn, "aku akan hilang kendali lagi, dasar payah!"

Daghara menggeram. Dia langsung memukul puncak kepala Finn dengan tangan besarnya. Dia paling tidak suka dengan bahasa kotor yang selalu bocah ini berikan padanya.

"Buang jauh-jauh bahasa kotormu itu, dasar bocah!"

Finn mengusap benjolan kecil di atas kepalanya. "Kau juga pernah mengatakan ini, Naga Jelek!"

Daghara menarik napas panjang. Butuh kesabaran ekstra untuk menghadapi bocah seperti Finn ini. Daghara mendengus. Untuk pertama kalinya, ada manusia yang sampai membuatnya tertekan.

"Inilah sisi terbaik menggabungkan dua sihir elemen sekaligus. Kau hanya perlu mengendalikan satu aliran sihir saja. Yaitu di tangan kananmu itu, bocah!"

Finn manggut-manggut. "Kalau gitu, aku coba!"

Finn mengulurkan tangan kanan, mengeluarkan lingkaran sihir. Dua sihir elemen sudah tertanam di pikirannya. Lingkaran sihir di hadapannya mulai berubah warna, menjadi coklat dan merah secara bersamaan.

Begitu Finn membuka mata, akar pohon dengan api yang mengelilinginya muncul, menembak apa pun yang ada di depan. Finn tersenyum lebar, memperlihatkan deretan giginya yang putih bersih.

Daghara tersenyum. "Bagus. Kau sudah mulai mengerti rupanya."

Untuk sekarang, Daghara bisa mengajari bocah itu banyak hal. Tapi, dia tidak tahu bisa berada di tubuh Finn berapa lama. Jika sampai dia muncul, maka Daghara tidak akan bisa berbuat apa-apa selain pergi.

Finn duduk bersila di hadapan Daghara. "Yang paling sulit itu, sebenarnya bagian mengendalikan aliran sihir. Semakin besar aliran sihir, semakin besar juga kekuatannya. Tapi, akan sangat mudah juga mengambil alih," keluh Finn.

Daghara tersenyum. "Itu memang benar. Aku kagum padamu. Kau ini hanya manusia biasa. Jika bukan karena reinkarnasi keturunan Arete, mungkin saja kau tidak lebih dari bocah bodoh yang tidak tahu apa-apa."

Finn mengerucutkan bibir. "Gini-gini juga aku kuat!"

Daghara menatap lekat manik biru kristal Finn. Dia mulai bingung harus mengatakannya darimana dulu. Tapi, jika tidak mengatakannya lebih dulu, akan sangat bahaya. Dan buruknya, Finn akan membenci dia yang datang nanti.

Finn mengerutkan kening. "Kau kenapa, Daghara?"

"Finn, aku ingin mengatakan hal penting."

Finn garuk-garuk kepala. "Bisa nggak nanti aja? Aku laper, mau makan dulu, hehe."

Daghara mendengus. Ingin sekali dia menginjak wajah menyebalkan bocah itu. Tapi, ia takut akan mendapat karma. Apalagi, jika sampai Arete tahu, Daghara pasti akan habis

"Cepatlah, Finn. Karena ini hal yang sangat penting. Setidaknya, sebelum aku pergi, kau harus tahu ini dulu."

...♣︎...

Entah kenapa, ada yang aneh dari gelagat Daghara tadi. Naga itu, nampak sedih, tapi berusaha untuk menyembunyikannya. Dia juga ingin mengatakan sesuatu. Tapi sayang sekali, perut Finn tidak bisa menunggu.

"Finn, makan yang benar!"

Finn langsung tersadar. Dia langsung bergidik mendapati mata Arete menatapnya penuh amarah. Seakan, rambut pirangnya itu meliuk-meliuk, bersiap untuk melilit dan mematahkan leher Finn.

"Bi—"

"Finn, jangan panggil Arete seperti itu. Aku yakin kau akan langsung mendapat karma."

Finn langsung menutup mulut, teringat akan kata-kata Daghara beberapa waktu lalu. Kalau memang benar, maka Finn pasti akan berakhir babak belur.

Finn berdehem sebentar. "Bibi Arete, kau sepertinya mengenal dekat Daghara?" Tidak apa-apa, 'kan memanggilnya begitu? Seharusnya Arete tidak tersinggung, karena dia memang sudah bibi-bibi.

Arete menarik napas panjang. Panggilan yang Finn berikan entah kenapa membuat kepala Arete mendidih. Tapi, secara bersamaan juga, anak ini seperti sangat dekat dengannya.

Finn tidak pernah merasa canggung bersama Arete. Anak itu, bahkan secara terang-terangan mengejeknya. Setidaknya, kedatangan Arete tidak membuat Finn merasa terbebani. Apalagi, kini dia ikut tinggal dengan Finn.

Arete duduk di samping Finn. "Apa, kamu keberatan aku tinggal di sini?" Entah kenapa pertanyaan ini muncul begitu saja.

Finn terkejut, tapi kemudian langsung tersenyum lebar. "Aku menganggapmu sangat berharga, Bibi Arete."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!