Chapter 13

"BERSENANG-SENANG di atas ranjang?" Finn memiringkan kepala. "Yang gimana, sih? Nggak paham gue."

Vernon tertawa. "Di matamu, bagaimana hubungan mereka berdua?"

Finn mengetuk dagu dengan jemari. "Briel kayaknya suka sama Kutub Mars. Tapi, kayaknya si Kutub Mars biasa bae'."

Vernon tersenyum. Dia meraih kotak rokok dan mengambil sebatang, kemudian menyalakannya dengan korek api sebelum mengapitnya dengan jari telunjuk dan tengah di bibir. Asap nikotin mengepul dari bibirnya yang berembus, menbuat Finn spontan mengibaskan tangan.

"Goldy emang keliatan dingin banget. Tapi percayalah, mereka sudah berulang kali bermain di atas ranjang."

Finn menggaruk belakang kepala yang terasa gatal, kesulitan memahami tiap kata ambigu yang baru saja Es Campur katakan. Berulang kali Finn memutar otak, tapi tetap saja tak ada dari ucapan Vernon masuk ke logika.

Vernon berdecak. "Bocah, sebenarnya berapa usiamu?"

Finn menyengir kuda. "16. 17 tahun masih 22 November nanti."

Benar-benar masih bocah rupanya. Vernon mengembuskan asap nikotin lagi, kemudian membuang sisa putung rokok ke asbak. Setelah itu, mengamati wajah Finn dengan wajah tenang.

"Salah aku menceritakan ini padamu."

Finn mengerucutkan bibir. "Lo sebenernya mau ngomong apa? Briel sama Kutub Mars pacaran? Apa gimana sih? Nggak paham gue, sumpah!"

Vernon menggeser pantat hingga jarak duduknya dengan Finn hanya beberapa jengkal saja. Kemudian tangan pria itu bergerak ke atas, mengusap lembut puncak kepala Finn, sampai mengacak-acak rambut perak pemuda itu.

"Masih bocah, tidak perlu tahu. Aku tidak ingin otakmu yang masih murni ternodai."

Finn merapikan rambut peraknya yang acak-acakan. Sementara otak pemuda itu masih berusaha berpikir. Dan begitu menemukan titik terang, spontan saja Finn tersenyum lebar dengan wajah sedikit memerah.

"WAH! Mereka mainnya ena-ena, ya?"

Vernon memukul kening sambil geleng-geleng kepala. Sebelum perbincangan ini mulai merambat jauh, dia langsung berdehem dan mengambil satu rokok lagi.

"Kamu sebenarnya bukanlah satu-satunya anggota termuda di RE-STARK, " kata Vernon setelah menyalakan rokok.

Finn mengangkat alis. "Emang, gue paling muda di sini? Emang, si Kutub Mars sama Briel umurnya berapa tahun? Gue pikir, nggak jauh dari gue."

Asap nikotin mengepul dari bibir Vernon yang berembus. "Goldy 21 tahun, sementara Briel 20 tahun."

Finn melongo. Vernon tertawa, karena wajah Finn yang terlihat bodoh sekaligus lucu di waktu bersamaan. Tangan pria itu sampai kembali mengacak-acak rambut perak Finn.

"Ada yang seumuran denganmu. Ada juga yang setahun dua tahun lebih tua darimu."

"Yang seumuran sama gue. Dia, di mana?"

Vernon membuang sisa putung rokok ke asbak, kemudian menyenderkan punggung dengan kepala mendongak.

"Dia pengkhianat. Penyebab iblis-iblis itu datang karena dia."

Finn mengerutkan kening, antara percaya dan tidak percaya dengan apa yang Vernon katakan. Tapi, ketika dia membuka mulut dan ingin bertanya, Vernon lebih dulu bersuara, membuat Finn mau tak mau menutup mulut dan menyimak.

"Pemimpin RE-STARK menyimpan sebuah buku kuno legendaris. Hanya dengan membuka buku itu, bencana terjadi dan seperti sekarang. Bumi penuh dengan iblis pemakan segala."

"Bukunya kayak gimana itu? Kalau gue yang nemu, kalau kebuka juga sama dong, gue jadi kriminal entar."

"Tidak sembarang orang bisa membuka buku itu. Karena ribuan tahun lalu, buku itu sudah disegel dengan kekuatan besar. Tapi entah kenapa, pengkhianat itu bisa dengan mudah membukanya."

Finn menyenderkan punggung ke sofa. "Berarti, buat hentiin ini bencana, kita harus menemukan itu buku dulu?"

"Benar."

Finn menarik napas. "Terus, pengkhianat yang lo maksud sekarang di mana? Nggak mungkin kita cari ke semua Kota."

"Sayangnya, kami masih belum menemukan dia. Selain memiliki otak pintar, dia juga ...."

Finn menaikkan alis. "Juga apa? Lo kalo ngomong jangan setengah-setengah dong!"

"Dia memiliki kekuatan hebat. Dia, memiliki racun dalam tubuhnya."

Finn langsung membulatkan mata. Racun di tubuh manusia, dan manusia itu bahkan dalam keadaan baik-baik saja. Rasanya, itu benar-benar tidak mungkin. Finn sampai geleng-geleng kepala dengan otak penuh.

"Kayak gimana itu? Lo pernah liat emang?"

Vernon menundukkan kepala dengan tangan terkepal kuat, hingga kuku-kuku jarinya memutih.

"Dia hampir menewaskan beberapa anggota RE-STARK dengan racunnya. Mereka sekarang ... dalam keadaan tidak baik-baik saja. Mereka tidak bisa dikatakan hidup, tapi juga tidak bisa dikatakan mati."

Finn melongo lagi. "Mereka, masih bertahan dari racun itu?"

"Obat penawar memang belum ditemukan. Tapi, dengan obat penekan yang apoteker buat, mereka masih bisa bertahan."

Finn mengepal kuat kedua tangannya. Dia tidak suka dengan orang seperti pengkhianat itu, yang bahkan dengan tega menghabisi banyak nyawa. Finn memang benci dunia ini, tapi entah kenapa hati kecilnya sakit saat tahu ada kejadian seperti ini.

"Kita cari dia. Dan dengan tangan gue sendiri, gue bakal tangkap dia buat tanggung jawab!"

Vernon mengangkat wajah. Bibir pria itu mengulas senyum, tidak menyangka akan menyaksikan kobaran amarah dari manik biru kristal Finn. Hingga tanpa sadar, tangan pria itu menepuk-nepuk puncak kepala Finn.

Ingatan Finn seketika kembali di saat pertarungan dengan iblis gurita selesai, dan munculnya sosok berjubah hitam di atap gedung. Mungkinkah dia? Masih teringat jelas, bagaimana sosok itu yang nampak santai akan kejadian terjadi.

Finn menoleh dengan wajah serius. "Siapa nama pengkhianat itu?"

"Dia tidak pernah memberitahu nama aslinya. Kami hanya menyebutnya Scorpion. Sesuai dengan julukannya, dia memiliki racun mematikan di tubuhnya."

Vernon menarik napas pelan. "Saat dia masih menjadi anggota. Dia satu-satunya anggota paling susah diatur, tidak sopan dan bahkan selalu dengan wajah judes. Bahkan Goldy saja jauh lebih baik."

Vernon kemudian tertawa. "Entah kapan terakhir kali aku melihatnya tersenyum dan tertawa. Aku rasa, malah tidak pernah. Tapi, dia pernah mengatakan hal yang membuatku sangat terkejut."

Finn mengerutkan kening, ingin tahu apa yang akan Vernon katakan. Dia sampai duduk mendekat dengan kobaran binar di mata biru kristalnya.

Vernon tersenyum. "Scorpion itu terkenal dengan sadisnya. Dia sangat mudah membunuh, bahkan dia saja hampir membunuhku, hanya karena aku mencuri makanan yang dia beli."

Finn melongo sambil menggir-manggut. Tapi dalam hati membenarkan apa yang Scorpion lakukan, karena dia pun juga akan melakukan itu. Makanan itu segalanya.

"Scorpion yang tidak mengenal senyum dan kasih sayang tiba-tiba mengatakan ini padaku. 'Kalian semua bukan siapa-siapa bagi gue. Karena, gue cuman punya satu orang yang bisa gue sebut sebagai keluarga sekaligus teman. Dan itu bukan kalian, dasar bodoh!' Gitu ngomongnya."

Finn diam. Scorpion, ya.

...♥︎...

"Apa yang kamu pikirkan tentang anak itu?"

Goldy menunduk, kemudian mengecup leher polos Briel. Dia sempat mengamati tubuh perempuan itu yang tidak memakai sehelai benang pun, begitu juga dengan Goldy, yang kini masih berada di atas tubuh Briel.

"Entahlah. Tapi, aku merasa dia bukan manusia biasa. Dia, punya aura yang berbeda. Jujur, saat aku menatap matanya, untuk sesaat aku seperti sedang berhadapan dengan Dewa."

Briel mengarahkan pandangan ke luar jendela. "Dia ... istimewa. Tim kita yang sebelumnya hening penuh kesenyapan langsung sirna saat ada dia."

"Kau menyukainya?" tanya Goldy dengan wajah datar, namun tatapan penuh intimidasi.

Briel tersenyum. "Tidak. Dia seperti seorang Adik bagiku."

"Di mataku, dia itu rival," lirih Goldy yang kini memeluk tubuh polos Briel, meletakkan bibirnya di ceruk leher perempuan itu. "Aku, seperti tidak ingin kalah darinya."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!