Chapter 4

"PENINGKATAN?"

Arete mengangguk sambil melipat kedua tangan di depan dada. Senyumnya merekah, berusaha bersikap positif pada anak ini— yang sepertinya akan sedikit sulit.

"Pertama, kita akan mencari tahu, kekuatan apa yang kamu kuasai. Sebagai reinkarnasi keturunanku, seharusnya kamu bisa menguasai satu sihir elemen."

Finn mengerutkan kening. "Sihir elemen?" Dia spontan tertawa. "Apa sihir memang ada?"

Arete menarik napas pelan, berusaha untuk tetap tenang. Walau sebenarnya sangat ingin menceramahi anak ini, tentang bagaimana rakyat di kehidupan sebelumnya yang menguasai banyak kekuatan sihir.

Arete menunjukkan lima jari di telapak tangannya. "Ada lima sihir elemen. Setiap subjek, hanya bisa menguasai satu sihir elemen. Elemen api, air, angin, tanah dan terakhir petir."

Finn mengangguk, walau tangannya tak berhenti menggaruk belakang kepala yang anehnya tidak gatal. Ini pasti akan sulit bagi Finn.

"Terus? Aku harus apa?"

Arete tersenyum sebelum mengambil bola kaca dari tas mini— yang baru Finn sadari terpasang rapi di belakang pinggang wanita cantik itu. Kening Finn spontan mengkerut, saat Arete mengulurkan bola kaca di tangannya.

"Pegang ini dan tutup matamu, fokus dan rasakan aliran sihir di tubuhmu."

Finn mengerutkan kening, tapi juga meraih bola kaca dari telapak tangan Arete. "Emang, bisa?"

Arete tersenyum sambil menganggukkan kepala. "Jangan meremehkan aku. Kamu hanya belum tahu, siapa aku ribuan tahun lalu."

Finn mendengus, lalu mengambil duduk di atas bebatuan cukup besar, bersila sambil memejamkan mata dengan bola kaca di atas telapak tangan kanannya.

Arete melipat kedua tangan, kemudian sedikit mundur untuk memberikan lebih banyak ruang, agar Finn dapat berkonsentrasi. Begitu cahaya putih mulai mengisi bola kaca, Arete menganggukkan kepala dengan senyum merekah. Nampaknya ini akan cepat.

Finn sering kali menggelengkan kepala dengan kening mengkerut. Napas anak itu sedikit tidak beraturan. Arete spontan mendekat, dan langsung menangkap bola kaca yang nyaris meloncat dari telapak tangan Finn.

Arete berdecih. "Fokus, Finn! Jangan pikirkan hal lain! Rasakan aliran sihir di tubuhmu, sama seperti saat kamu merasakan denyut nadi di tanganmu!"

Namun Finn gagal fokus, dan tubuhnya bergerak tak beraturan, goyang ke kanan kiri dengan wajah suram. Namun, matanya tetap dalam keadaan terpejam, tapi jari tangan dan kakinya tak berhenti bergerak.

Harus dipancing! Arete tersenyum. "Apa kamu mau membiarkan teman kamu dalam bahaya? Finn, kita tidak punya banyak waktu lagi. Dan mungkin saja, teman kamu akan—"

Arete spontan berhenti dan tersenyum bangga, saat cahaya coklat tanah dan merah membara memenuhi bola kaca. Di luar ekspektasi.

"Bagus, Finn! Kamu hanya perlu mengendalikannya agar—"

Terlambat! Arete membulatkan mata dan langsung melompat mundur, menghindari akar-akar yang menjulang tinggi, dan bola api yang nyaris saja menghantam Arete.

"Finn! Fokus! Kendalikan aliran sihirnya! Ini terlalu besar!"

Lingkaran sihir muncul dari sisi kanan kiri tubuh Finn. Spontan saja Arete melompat mundur, menghindari akar pohon tebal dan bola api yang keluar dari sana, nyaris saja membakarnya.

"FINN! SADAR!"

Percuma. Arete berlari maju sambil berusaha menghindari akar pohon yang nyaris melilitnya. Begitu jarak antara mereka tinggal beberapa jengkal, Arete melayangkan tinju tepat di ulu hati Finn, hingga anak itu terdorong cukup jauh menghantam batang pohon.

"A–duh." Finn membuka mata perlahan dan terkejut saat mata merah Arete menyorotnya tajam.

Arete mengibas rambutnya ke belakang dengan napas terengah. Finn spontan merangkak mundur sambil menelan ludah dengan susah payah, saat wanita itu mendekat.

Arete berjongkok dan menahan kedua bahu Finn yang hendak merangkak mundur lagi. Finn terkejut dengan tubuh membeku, saat sadar akan senyum teramat manis dari bibir merona Arete.

"Kerja bagus, Finn! Walau ada kesalahan, tapi aku tidak mengira kamu akan bisa menguasai dua sihir elemen sekaligus. Terasa mustahil, tapi ini bukti nyata."

Arete mulai curiga. Tapi kemudian, wanita itu menggelengkan kepala dengan senyum yang masih merekah manis di bibirnya. Tidak mungkin.

Arete memegang dagu sambil duduk di samping Finn, menyenderkan punggung pada batang pohon dengan wajah sedikit mendongak. Langit biru tanpa adanya awan dan teriknya sinar matahari, masih belum membuat Arete mengalihkan pandang.

"Kenapa, aku merasakan kamu memiliki aliran sihir yang sangat banyak dan ... kuat?"

Tidak tahu dan tidak mau tahu. Finn menggeleng dan tanpa sadar menyenderkan kepala di bahu kiri Arete. Tubuhnya lemas, bahkan perutnya pun mulai keroncongan. Namun, untuk sekedar berdiri saja Finn tidak kuat.

"Apa kita bisa lebih cepat lagi?" tanya Finn disela dengan mata berkedip lemah, hingga akhirnya memejamkan mata.

"Tentu saja. Asalkan—" Arete melirik Finn dan tersenyum, tidak menyangka anak ini akan tertidur pulas secepat ini.

"Mungkin dia sangat lelah." Arete tersenyum lembut sambil mengusap penuh kasih sayang puncak kepala Finn. "Benar juga. Kamu juga keturunanku."

...¤...

Finn tersentak bangun dan langsung memegangi kepalanya yang pusing, karena ledakan yang secara mendadak masuk ke telinganya. Tidak tahu diri!

Tapi kemudian Finn langsung beranjak dari atas ranjang dan berlari keluar, mencari keberadaan Arete yang tidak ada di setiap sudut apartemen ini. Membuat Finn spontan mengacak-acak rambutnya.

"Bibi Arete! Di mana kau!"

Finn berlari ke atas, memeriksa ledakan yang lagi-lagi terjadi dari atas rooftop. Mata Finn membola, tidak menyangka akan gedung-gedung tinggi yang kini tinggal puing-puing reruntuhan.

Kedua mata Finn menyipit dengan kepala mendongak, mengamati satu helikopter—yang entah baru ia sadari terbang di atas sana sedari tadi. Bahkan, sebelum ledakan terjadi.

"Mungkinkah pihak kepolisian?"

"Tidak kusangka peradaban sekarang masih ada manusia yang berani memberontak."

Finn tidak akan menoleh maupun bersuara, karena sudah tahu sosok yang kini sudah berdiri di sampingnya.

Finn tersenyum miring sedetik sebelum tertawa. "Pemberontak? Mereka bisa apa?"

Arete melipat kedua tangan di depan dada. "Kamy pikir, ledakan tadi berasal dari mana?"

So crazy. Finn geleng-geleng kepala. "Siapa sebenarnya para pemberontak ini? Sepertinya, mereka bukan orang sembarangan."

Arete mengangkat bahu. "Tapi, kita bisa memanfaatkan mereka untuk tujuan kita. Nampaknya, mereka cukup kuat untuk dijadikan rekan?"

Rekan dia bilang. Finn tertawa sambil geleng-geleng kepala. "Di tahun-tahun sebelumnya, apa kau pernah melihat orang-orang menjadi rekan dan saling bekerja sama?"

Arete sempat mengetuk dagu dengan jemari, beberapa detik sebelum memberikan anggukan dengan senyuman. "Mereka luar biasa. Kerja sama mereka hebat, tidak egois."

Finn tersenyum, senyum aneh dan penuh kebohongan di mata Arete. "Sekarang sudah berbeda."

Arete menaikkan sebelah alis. "Apa ... yang berbeda?"

Finn mendongak, sedikit pusing karena terik matahari. Kemudian mengangkat kepalan tangan, hingga menghalangi sinar matahari yang menyengat wajahnya.

"Dunia yang sekarang penuh dengan omong kosong dan bualan. Kerja sama yang kau maksud tidak pernah ada. Mereka tetap akan melakukan hal yang menurut mereka menguntungkan, tanpa mempedulikan ungkapan rekan yang baru aja kau katakan."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!