Chapter 9

"HEI, Es Campur! Rencana lo sebenernya apa?"

Vernon menaikkan sebelah alis dan maju selangkah sambil bersedekap dada. Mata coklat pria itu menyorot tenang, namun urat-urat nampak sedikit menonjol di keningnya.

"Siapa yang kamu sebut es campur?"

Finn tertawa sambil berkacak pinggang. Air mata sampai keluar beberapa tetes, dan perut yang seperti digelitik karena terus tertawa. Tubuh pemuda itu sampai oleng, sementara urat-urat kian menonjol kuat di kening Vernon.

Setelah beberapa saat berhenti tertawa, Finn menarik napas pelan. "Gue emang ngomong soal es campur kok, tapi nggak ada unsur mengejek. Lo kenapa sampe marah? Atau jangan-jangan, lo ngerasa gue panggil gitu ya?"

Vernon menarik napas panjang. Tangan pria itu meraih kotak rokok dari saku celana, kemudian menyalakannya dengan korek api, dan mengapitnya dengan jari telunjuk dan tengah di bibir.

"Lupakan yang tadi. Lebih baik, sekarang kita fokus untuk misi kita selanjutnya."

Finn melipat kedua tangan di depan dada. "Ayok aja kalau gue mah. Tapi, rencana lo sebenernya, apa sih?"

Vernon menaikkan sebelah alis. "Rencana yang mana?"

Finn berdecak. "Soal iblis-iblis itu?"

"Tentu saja memusnahkannya!"

Finn tertawa pelan, kemudian menyeringai lebar. Wajah Vernon sampai terlihat masam, tidak tahan untuk setidaknya memberikan pukulan bertubi di wajah menyebalkan bocah itu. Tapi, yang pria itu lakukan hanya menarik napas sebanyak-banyaknya.

"Iblis itu kuat, nggak bisa dibunuh. Kocak lo, Es Campur!"

Julukan itu memang benar untuknya. Vernon mengangkat satu alis. "Dari mana kamu tahu?"

Finn mengangkat bahu. "Temen gue yang bilang." Raut wajah pemuda itu mulai serius, dengan sorot tegas di mata biru kristalnya. "Gue gabung di sini juga ada tujuan tertentu."

Vernon mengangkat sebelah alis, mulai penasaran dengan bocah unik ini. Dari sorot serius di mata bocah itu, Vernon peka jika Finn baru saja kehilangan seorang yang berharga dalam hidupnya.

Finn mendekat, hanya berjarak beberapa centi dari Vernon. Mata pemuda itu menyorot tajam, penuh dengan rasa curiga dan keingintahuan yang bercampur menjadi satu.

"Gue tahu, lo bukan orang sembarangan di RE-STARK. Gue bisa bilang, kalau lo mungkin aja wakil pemimpin, atau bahkan yang memimpin kelompok pemberontak ini."

Vernon menyeringai kecil, menunjukkan deretan gigi taring yang tajam dan matanya yang berubah merah menyala. Mata Finn sedikit membola, sebelum dengan gerakan cepat melayangkan tinju, yang tepat menghantam gigi rahang Vernon, hingga pria itu tersungkur.

"Dia ...."

"Houh, rupanya dia sudah melakukan hal terlarang. Sepertinya, kau harus berhati-hati dengannya, Finn."

Finn mengangkat sebelah alis sambil mengibaskan tangan yang sedikit kebas dan panas. Mata pemuda itu menyipit, saat bekas kemerahan dan cairan merah kental menempel di punggung tangannya. Dan ini terasa sakit banget.

"Sial," desis Finn pelan.

"Bocah, kau tadi melakukan apa? Kau memang bodoh. Benar-benar sama dengan Ayah reinkarnasimu."

Finn mengerucutkan bibir. "Aku cuman mau matahin giginya. Tapi nggak mempan. Malah tanganku yang terluka."

"Memang bodoh kau ini!"

"Diamlah, Naga Jelek!"

Vernon menyeringai sambil menyeka cairan merah kental di sudut bibirnya. Dia mendekat, dan tanpa diduga memegang kepala Finn dan menariknya dekat, hingga jarak wajah mereka hanya beberapa centi saja.

Vernon menjilat sisa darah di sudut bibir, kemudian menelannya. "Hei, jangan terkejut begitu. Aku hanya ingin kamu melihat apa yang baru saja aku lihat darimu."

"Bodoh! Finn dan kau berbeda! Pria itu ... menggunakan kekuatan terlarang! Tidak kusangka, pria itu akan seberani ini mengambil resiko besar."

Finn menarik kepala dan hendak melayangkan tinju lagi, tapi Vernon menggenggam kepalan tangan Finn dengan senyum miring. Nampak menyebalkan di mata Daghara, tapi nampak santai di mata Finn.

"Gue nggak tahu apa yang lo omongin. Tapi yang pasti, gue bakal cari tahu tujuan lo sebenernya dari iblis-iblis itu!"

Vernon menyeringai. "Silakan. Tapi, bukankah kamu juga melakukan apa yang aku lakukan? Walau, aku merasa ada yang berbeda dengan yang kamu keluarkan tempo hari."

Finn mengerutkan kening, mulai kesulitan mencerna apa yang baru saja Vernon katakan. Otak pemuda itu kehabisan stok, dan bodohnya di saat seperti ini Naga Jelek itu tidak lagi bersuara untuk membantu.

Finn menarik napas pelan. "Lupakan itu dan mari kita fokus dengan gue. Di sini, gue baru masuk di kelompok ini. Jadi, seharusnya lo temuin gue sama pemimpin yang buat ini kelompok."

Vernon memukul kening pelan. "Aku lupa. Tapi sayangnya, pemimpin kami tidak berada di Kota ini. Tapi, wakil kami ada."

Ternyata, dia bukan pemimpin atau wakil. Finn mengangguk. "Jadi, gue harus ketemu wakil ini kelompok?"

"Tentu. Aku akan membawamu padanya."

Finn mengekori Vernon yang mulai memasuki gedung markas. Ada beberapa anggota yang nampak aneh mengamati kedatangan Finn, seolah mereka seperti murid yang bertemu murid beda seragam, sedikit terkejut.

Vernon berhenti di depan sebuah pintu besi. Tangan pria itu meraih sebuah kartu dari saku, kemudian mengangkatnya di depan layar hologram—yang berada di tengah pintu besi.

"Pengamanan di ruangan ini sangat ketat. Memerlukan kartu identitas untuk layar hologram ini men- scan," jelas Vernon tanpa menoleh.

Pintu besi terbuka, menampakkan seseorang yang duduk membelakangi di sana. Finn melangkah masuk bersama Vernon di sampingnya. Dia hendak duduk, namun Vernon langsung menarik kerah belakang jaket Finn.

"Jangan duduk sebelum dia menyuruh!" bisik Vernon di dekat telinga Finn.

Finn mengerucutkan bibir dan mengangguk dengan wajah malas. Dia sedikit mundur dan menyenderkan kepala di punggung tegap Vernon, menghilangkan sebagian penat yang sempat mendera.

"Letnan Jordan, saya datang ke sini karena—"

"Aku tahu, Vernon. Apa kau membawanya kemari?"

Vernon membungkuk hormat sebelum memberikan anggukan. "Ya, Letnan!"

Finn menguap sambil menggaruk belakang kepala yang mendadak gatal, kemudian mengendus beberapa ketombe yang menempel di beberapa kuku. Dia ingin duduk lagi, tapi tidak jadi saat kursi roda berputar hingga menghadapnya.

Vernon langsung berdiri tegak sempurna, kemudian membungkuk hormat saat wajah sawo matang Jordan terlihat. Finn sedikit membulatkan mata, saat sadar akan sebelah tangan wakil pemimpin RE-STARK yang terbuat dari mesin, alias bukan tangan asli.

Vernon memukul belakang kepala Finn, namun pemuda itu hanya melirik dengan wajah sok polos. Kening pemuda itu berkerut, mencerna apa yang baru saja Vernon lakukan, tapi tetap saja otaknya masih perlu istirahat.

"Apa?" tanya Finn dengan nada sedikit keras.

Vernon spontan memijat pelipis. Bodoh, tapi sayangnya kuat. "Mana sopan-santunmu?"

Oh, yang itu, toh. Finn mengangguk dan maju selangkah, kemudian garuk-garuk kepala dengan cengiran bodoh. "Mon maap, nih si Es Campur belum ngasih gue breafing. Jadi ya gini."

Finn berdiri tegak dengan senyum, kemudian mengulurkan sebelah tangan. "Kenalan dulu sabi lah, ya?"

Vernon melongo. Orang kuat apakah memang punya otak minus?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!