Chapter 2

"TEMAN kamu tidak kami temukan. Bahkan, kami sudah memeriksa di bawah reruntuhan, tapi dia tidak ditemukan."

Finn menundukkan kepala dengan tangan mengepal kuat. Kuku jarinya sampai menusuk telapak tangan. Satu cairan merah kental menetes, seperti tetesan embun menghantam dedaunan di telinga Finn. Hingga tanpa sadar, matanya terpejam.

"Itu masih belum cukup. Lebih besar lagi, lebih kuat lagi. Emosi itu masih belum bisa membangunkannnya."

Finn spontan membuka mata saat suara berat lelaki terngiang di telinga. Dia menengok kanan kiri dengan wajah linglung, tapi tidak menemukan sosok yang bersuara di dekat telinganya.

"Kami akan menghentikan pencarian. Ini hanya akan—"

Gigi Finn saling bergemelatuk, dan tanpa aba-aba langsung menarik kerah baju Tim SAR, hingga mata mereka saling beradu. Tim SAR sedikit menelan ludah saat sadar, akan bola mata Finn seperti binatang buas.

"Kenapa dihentikan? Frey belum ketemu, dan lo ngomong gitu santai banget? Kalau dia nggak ada di sana, artinya dia masih idup!"

Deon menarik bahu Finn, menepuknya berusaha membuat anak itu tenang. Namun Deon kalah, saat tangan Finn dengan gerakan cepat dan kuat menepisnya, nyaris membuat Deon terjatuh.

"LO DIEM! Mending lo pergi aja! Nggak guna!"

Alih-alih marah karena ucapan pedas Finn, Deon menarik napas pelan dan menarik bahu Finn sekali lagi. Hingga akhirnya dia berhasil membawa tubuh Finn menghadapnya.

"Temen lo selamat. Dia nggak ada di sini, jadi otomatis dia udah pergi dari sini. Daripada lo marah-marah nggak jelas di sini, mending kita cek Frey ke rumahnya."

Finn menarik napas pelan dan mengangguk. Deon berlari, mengekori Finn yang berlari ke tepi jalan, menengok kanan kiri nampak mencari sesuatu. Deon menepuk bahu Finn, lalu menunjuk motornya di halaman dengan dagu.

...¤...

Ada yang aneh. Deon spontan menarik pedal rem, tepat saat mobil sedan melayang di udara, menghantam aspal hingga meledak dan hancur. Beruntung Deon lebih cepat menarik rem, nyaris saja mobil itu menghantam motornya.

Begitu kepala Deon mendongak lurus ke depan, ia baru sadar bukan hanya satu mobil yang menjadi seperti itu. Namun, juga beberapa motor dan mobil pun tergeletak di jalan aspal, bahkan juga ada yang sudah terbakar. Belum lagi jalan aspal yang mulai retak.

Finn mengguncang bahu Deon kasar. "Cepetan jalan!"

"Lo nggak liat di depan itu?"

Finn memutar bola mata. "Nggak penting. Cepetan jalan! Atau gue aja yang nyetir."

Deon hampir tertawa, tapi berakhir hanya menarik satu sudut bibir sambil melirik wajah suram Finn dadi kaca spion. "Emang, lo bisa nyetir?"

Finn menggeram dan tanpa aba-aba langsung memukul helm fullface yang menutupi kepala Deon cukup kasar. "Bacot. Cepetan jalan!"

"Nggak bisa."

Finn menggeram dan mengikuti arah pandang Deon, sebelum matanya sedikit melebar, walau tidak terlalu memengaruhi wajahnya yang masih suram luar biasa.

Gila! Ada makhluk aneh di sana yang cukup kuat mengangkat motor hanya dengan tangan kosong. Body motor matic melayang, nyaris menghantam Deon dan Finn. Namun mereka lebih dulu turun dari motor.

Deon memukul helm yang menutupi kepalanya. "Motor gue! Itu mahal banget!"

Finn melipat kedua tangan di depan dada. "Minta lagi sama Nyokap Bokap. Gitu aja kok susah."

Lagi dan lagi, makhluk berbadan coklat dengan satu tanduk di puncak kepalanya itu mengangkat motor lain, dan kali ini masih ada si pengendara yang kini berteriak meminta tolong.

Motor dan si pengendara nyaris terlempar, tapi Finn lebih dulu melempari dada polos si makhluk dengan kaca spion motor Deon yang sudah retak. Begitu perhatian si makhluk teralih kepadanya, Finn tersenyum miring dan melambaikan kedua tangan.

"WOI, JELEK! SINI LO. GUE NGGAK TAKUT SAMA MUKA JELEK KAYAK LO!"

Deon hanya bisa diam dengan mata membola lebar. Dia bahkan belum sempat bicara saat Finn menyuruhnya menyelamatkan si pengendara yang nyaris menghantam aspal.

Tapi Deon menurut dan menangkap tubuh si pengendara yang makhluk itu lempar. Sementara motornya menghantam gedung tinggi.

Finn berlari, mengelilingi tiang listrik untuk menghindari tangan besar si makhluk yang nyaris mencakar tubuh dan wajahnya. Tubuh Finn memutar dengan bantuan tangan memegang tiang, sementara kakinya menendang tubuh makhluk— yang ajaibnya membuat tubuh si makhluk sampai ambruk ke jalanan aspal.

Finn tersenyum bangga dengan jari telunjuk mengusap hidung. "So, easy."

Finn mengambil ujung tiang listrik kecil yang patah. Untuk kemudian memukul tubuh makhluk yang hendak bangkit. Finn terus memberikan pukulan membabi-buta. Dan di pukulan terakhir, tubuh makhluk mendadak hancur menjadi bentuk partikel-partikel kecil dan menghilang tanpa jejak.

"Lo nggak papa?"

Deon memegang bahu Finn, memeriksa apakah ada luka di tubuh anak itu, namun anak itu masih dalam keadaan baik-baik saja. Membuatnya bisa bernapas lega.

Finn berdecak. "Rumah Frey masih sekitar lima kilometer dari sini. Gimana, dong?"

Deon menarik napas panjang dengan kepala tertunduk, memikirkan nasib motor sport yang baru saja ia beli dua Minggu yang lalu. Dan Finn ini tidak terlihat khawatir, tetap dengan wajah suram memikirkan keadaan Frey.

Finn mengedarkan pandang untuk mencari kendaraan yang masih dalam keadaan utuh. Namun nihil. Semuanya hancur dan hangus terbakar dengan sisa-sisa api yang masih merebak.

"Mending kita pulang aja. Gue anter, ya?"

Finn berdecak dan tanpa aba-aba langsung menarik kerah kemeja putih Deon. "Bacot banget, sih. Gimana sama Frey!"

"Dia pasti udah ada di rumah."

Finn terkekeh. "Gue nggak percaya kalau dia setega itu ninggalin gue sendirian di sekolah dalam keadaan bahaya kayak gini?"

Deon menarik napas panjang. "Gimana, kalo emang faktanya, gitu?"

Finn berdecak dan langsung melayangkan tinju, tepat mengenai sebelah pipi Deon, hingga anak itu sampai terhuyung, nyaris saja terjatuh. Deon mencoba untuk berdiri tegak, dan Finn sudah tidak ada di hadapannya.

...¤...

"Gue pulang~"

Sunyi. Tidak ada yang menyambut kecuali temaram lampu di langit-langit atap yang Finn lupa matikan. Senyum masam terbit dari bibir Finn sambil membuka sepatu dan melemparnya asal.

Debu langsung berhamburan begitu tubuh Finn menghantam empuknya sofa usang. Dia berulang kali menarik napas dengan tangan sibuk melepas dasi yang terasa melilit leher.

Kepala Finn tertunduk. "Frey, lo ke mana? Apa lo juga bakal ninggalin gue? Ngebiarin gue hidup sendiri lagi?"

Finn langsung mendongak dan memusatkan pandang ke pintu yang baru saja diketuk dari luar. Kening Finn mengkerut, tapi tetap beranjak dan membuka pintu.

Begitu tahu siapa yang datang, Finn langsung memasang wajah garang. " Ngapain lo di sini? Udah sana lo, cari target buat lo bully lagi!"

Deon berdecak. "Gue ke sini nggak sendirian. Keluarga lo yang dari jauh, mau ketemu sama lo, tuh."

Sejak kapan?

Finn menyipitkan mata untuk mengingat sosok yang keluar dari balik punggung tegap Deon. Tapi tetap saja.

"Lo?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!