Raina menatap tumpukan kardus yang baru saja diantar oleh mobil sebuah perusahaan ekspedisi.
Barang-barang yang dia pesan dari agen langganannya tiba di rumahnya siang ini.
Sekarang online shop Raina cukup ramai. Tak hanya teman-teman ibu dan adik-adiknya saja. Beberapa orang yang membeli bahkan berasal dari daerah lain.
Sudah hampir dua minggu setelah kejadian Rahardian memarahi Raina dan lelaki itu sudah tak menitipkan Rayyan di rumah Raina lagi. Mungkin karena merasa tak enak, setelah dia memarahi dan memojokkan Raina.
Terlepas dari sikap Rahardian, Raina tak mau ambil pusing. Hidupnya harus terus berjalan, dia tak mau lagi menghabiskan waktunya untuk memikirkan sesuatu yang tak pasti.
Dan sejak saat itu, Raina mengendarai motor sendiri jika pergi kuliah.
Waktu kuliahnya memang fleksibel, beberapa hari yang lalu malahan kuliah melalui online. Karena beberapa dosennya mengikuti seminar di luar kota selama beberapa hari.
"Wah, banyak banget barang-barangnya, In. Muat gak gudangnya, kalau nggak muat di simpan di ruang tengah aja sebagian." kata Bu Vivi yang melihat tumpukan kardus dan karung.
"Iya Bu, mau Iin pisahkan dulu Bu. Pesanan orang bu, sisanya baru Iin simpan di gudang." kata Raina.
" Banyak banget pesanannya. Udah dibayar semuanya atau masih DP?" tanya Bu Vivi yang khawatir karena sekarang sedang marak kasus penipuan menggunakan kedok online shop ataupun pembeli bodong.
"Sudah ditransfer full Bu, kemarin ada yang pesan dari daerah kecamatan. Dua puluh gamis dan jilbabnya untuk seragam pengajian." kata Raina pada ibunya.
Bu Vivi pun tersenyum melihat putri sulungnya yang masih sibuk mensortir barang-barang. Melihat apakah ada yang cacat ataupun robek. Karena distributor tempat Raina membeli menerima retur asal ada bukti foto dan videonya. Raina adalah pelanggan lama mereka jadi mereka sudah percaya pada Raina.
mensortir barang-barang itu memiliki waktu yang cukup lama. Raina termasuk orang yang teliti dan cukup detil memperhatikan barang-barang. Raina menjaga kualitas online shop nya. Dia tak mau jika ada pelanggan yang kecewa atau komplain dengan barang yang dijualnya.
"Kamu nggak sholat In?" tanya ibunya pada Raina yang masih asik menyusun tumpukan baju gamis di rak gudangnya.
"Lagi halangan Bu. Makanya bisa lanjut sampai sore." kata Raina
" Oh ya, nanti malam kamu libur kuliah kan?" tanya Bu Vivi
Raina mengangguk, dan masih serius menata barang-barang yang baru dibukanya sebagian.
"Kalau gitu nanti kita ke rumah sakit ya. Rayyan masuk rumah sakit kemarin." ucapan Bu Vivi sontak membuat Raina mengehentikan aktivitasnya.
"Rayyan masuk rumah sakit, Bu? Sakit apa? Kok baru bilang sekarang." tanya Raina dengan panik.
"Demam tinggi, kemarin sore bawa ke dokter langsung di suruh opname. Trombositnya rendah sekali, ditambah anak itu tak mau makan dan kurang minum." kata Bu Vivi.
"Sekarang saja ya Bu, kita pergi ke rumah sakitnya. Iin ganti baju dulu." kata Raina langsung meninggalkan tumpukan pakaian yang tadi disusunnya.
"Kenapa mereka gak ngasih tau aku sih?" gerutu Raina dengan kesal.
Namun, kekesalannya tadi lenyap ketika Raina menatap cermin. Raina sadar dia bukan siapa-siapa yang berhak untuk diberitahu mengenai bocah itu.
Dia hanya orang lain, kebetulan saja Rayyan menyukainya.
Raina pun mengambil pakaian beserta jilbabnya dari lemari. Niatnya hanya untuk menjenguk dan melihat bocah itu baik-baik saja.
Raina sudah siap dengan menggunakan tunik berwarna biru muda dengan paduan celana kulot berwarna putih. Raina menggunakan jilbab pashmina berwarna biru membuatnya semakin fresh.
Setelah beberapa bulan dia tinggal di rumah ibunya, tubuh Raina kembali berisi. Tak seperti di awal-awal dia pulang. Tubuhnya sangat kurus.
Raina sekarang bahkan terlihat lebih cantik. Bahkan Nurul dan Fajar saja tak pernah menyangka jika dia adalah janda yang diceraikan oleh suaminya.
Mereka mengetahuinya minggu lalu, saat Fajar menanyakan kenapa suaminya tak menjemput lagi. Raina paham maksudnya adalah Rahardian.
Jadi Raina menjelaskan statusnya. Raina juga mengatakan jika Rahardian hanya anak sahabat ibunya.
Awalnya, Raina mengira jika Nurul dan Fajar akan menghindarinya karena status jandanya.
Tapi ternyata, mereka tetap saja berteman baik dengan Raina. Bahkan mereka selalu satu kelompok jika ada kerja kelompok bersama dua orang lainnya, Lia dan Ana.
"Udah siap, In?" tanya Bu Vivi yang sudah siap .
"Udah Bu." kata Raina
"Ibu sama mbak pergi dulu ya, Ra. Jangan buka pintu kalau ada orang yang nggak dikenal. Ibu sama mbak juga nggak ada janji sama siapapun hari ini. Kalau ada apa-apa telepon kami atau mas mu." pesan ibu pada Zahra.
Gadis kecil itu hanya mengangguk sambil mengunyah potongan buah semangka yang diambilnya dari kulkas.
Setelah Zahra mengunci pintu dan memastikan pagar tertutup, mereka pun pergi menuju rumah sakit yang lumayan terkenal. Rumah sakit ibu dan anak yang Raina tahu jika harga rawat inapnya cukup mahal.
Setibanya di rumah sakit mewah itu, Raina dan ibunya segera menuju lantai tiga. Tempat khusus anak-anak yang dirawat inap.
Mereka segera menuju ruangan kamar Rayyan.
Dan ketika terbuka, Raina terkejut karena di dalam cukup ramai. Sepertinya teman-teman Rahardian datang menjenguk Rayyan.
"Assalamualaikum." ibu mengucapkan salam membuat orang-orang yang tadinya asik berbicara menoleh mereka berdua.
"Waalaikumsalam." jawab mereka serempak.
"Vivi, Iin... Sini masuk. Aduh kenapa repot-repot bawa beginian. Kalian datang saja udah cukup." kata tante Dewi menyambut mereka.
Raina mencium tangan ibu dari Rahardian itu dengan takzim.
Wanita cantik itu tersenyum lembut pada wanita yang mencuri hati putra sulungnya sejak remaja itu.
"Makin cantik aja kamu, In. Kangen Tante sama kamu." kata Tante Dewi lalu memeluk Raina.
Di sudut sofa terlihat seorang laki-laki yang menatap wanita berhijab biru itu tanpa berkedip. Rahardian, tak bisa memalingkan pandangannya pada wanita pujaannya itu. Dia sangat merindukan wanita itu. Apalagi sekarang Raina terlihat lebih cantik dan menarik.
"Rayyan sakit apa, Tan?" tanya Raina khawatir pada bocah kecil yang masih tertidur di tempat tidur khusus pasien. Tangan mungilnya di pasang infus. Raina merasa tak tega melihatnya.
"Demam berdarah. Udah tiga hari demamnya gak turun-turun. Kebetulan Iyan lagi di luar kota. Pas pulang kemarin langsung dibawa ke dokter dan katanya harus opname." kata Tante Dewi.
Terlihat tubuh mungil itu bergerak gelisah. Rayyan bangun dan menangis.
Tante Dewi segera menghampiri cucunya untuk menenangkannya. Namun Rayyan tetap rewel. Sampai matanya menatap ke arah Rania.
Rayyan menggerakkan tangannya seperti meminta gendong pada Raina.
Raina pun segera menghampiri bocah kecil itu dan segera menggendong balita itu dengan hati-hati agar tak terkena selang infus nya. Tangisan Rayyan pun berhenti. Rayyan bahkan memeluk erat-erat tubuh wanita yang biasa menemaninya itu. Bahkan kepala kecil bocah itu sangat anteng berada di bahu Raina.
"Wah, kamu manja banget sama mama Rain ya, sampai-sampai Oma nggak laku." ceplos Tante Dewi.
Raina yang mendengar kata mama Rain jelas saja merasa malu. Bagaimana tidak, semua mata teman-teman Rahardian menatap Raina dengan penasaran.
Sedangkan lelaki yang merupakan papa dari bocah kecil ini hanya tersenyum tipis menatap wanita itu menggendong putranya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
itin
kalau yang pernah merasa dkhianati pasti begitu bawaannya nge gas. biar ga kecolongan lagi dan biar si ralin juga tau kalau rahardian sakit banget saat ditinggal nikah. biar ga ada celah ralin mengenang sang mantan 😁
2024-05-22
1
Sandisalbiah
Rain butuh waktu utk berdamai dgn hatinya yg terlanjur terluka dan kecewa... lagian Rahardian suka.. cinta malah, tp mulut gak di kondisikan, sementara Rain hatinya masih dlm masa berkabung... jd gimana mau nyambung..
2024-03-31
1
Ta..h
duh gemes deh sama yang mandangin mama rain 🤩.
2024-03-13
7