Rayyan sudah duduk manis di pangkuan Raina. Setelah tadi bangun dari tidurnya, Raina melihat ada baju kaos dan celana pendek di dalam tas kecil Rayyan.
Raina pun memandikan Rayyan dan setelah selesai berpakaian, Raina menyuapkannya nasi dengan sop.
Rayyan makan cukup lahap, tapi tak mau turun dari pangkuan Raina. Sampai- sampai Zahra mengejek Raina dengan mengatakan jika Raina ada bakat jadi babysitter.
"Assalamualaikum." terdengar suara dari arah depan.
"Waalaikumsalam." jawab Raina dan Zahra yang kebetulan sedang duduk di ruang tengah sambil menonton film kartun.
"Lihat siapa yang datang, Ra." ucap Raina pada Zahra karena dia tak mungkin bisa bangkit dari duduknya.
Rayyan memeluk Raina sangat erat bahkan menelusupkan kepalanya ke dada Raina.
"Mas Iyan, masuk mas. Rayyan lagi makan, disuapin mbak Iin." kata Zahra dengan suara agak keras, membuatnya panik dan segera bangun sambil menggendong Rayyan menuju ke kamarnya untuk mengambil jilbab instannya.
"Rayyan mau disuapin Raina?" tanya Rahardian tak percaya.
Zahra mengangguk dengan semangat.
"Nambah dua kali malahan. Rayyan juga udah mandi." kata Zahra pada Rahardian yang sekarang duduk di kursi ruang tamu.
Raina keluar bersama Rayyan yang bergelayutan di leher Raina seperti anak monyet yang tak mau lepas dari pelukan ibunya.
"Anak papa udah ganteng ya. Udah mandi, kita pulang yuk." bujuk Rahardian pada putranya yang bahkan tak mau menoleh pada papanya.
"Rayyan, dipanggil papanya gak boleh begitu ya, sayang. Papanya kangen sama Rayyan." Raina memberikan pengertian pada Rayyan.
"Salim dan peluk papanya dulu, papa baru pulang kerja tuh." kata Raina dengan lembut.
Anehnya Rayyan patuh dengan ucapan Raina. Bocah tiga tahun itu mencium tangan Rahardian dan memeluk laki-laki gagah itu.
"Eh, Iyan. Baru pulang kamu, Yan?" tanya Bu Vivi yang baru saja keluar dari kamarnya karena mendengar suara laki-laki asing.
"Iya, Tante. Baru bisa pulang, kerjaan kantor lagi banyak." kata Rahardian setelah mencium tangan Bu Vivi dengan takzim.
"Udah makan belum? Makan dulu ya, tante masak banyak hari ini. Udah lama kan kamu gak pernah makan masakan tante." tawar Bu Vivi pada Rahardian yang membuat wajah Raina berubah.
" Bu." kata Raina lirih
Raina sangat risih jika Rahardian masih berada di rumahnya. Apalagi dari tadi tatapan mata Rahardian yang terus-menerus menatapnya.
"Udah, ayo makan dulu. Dewi lagi di rumah Rama, pasti malam baru pulang. Kamu makan dulu di sini, pulangnya udah kenyang tinggal tidur." kata Bu Vivi kemudian mengajak Rahardian masuk ke ruangan tengah yang terdapat meja makan jati dengan enam buah kursi di sana.
Rahardian pun mengekori Bu Vivi tanpa memperdulikan wajah tak bersahabat Raina.
Bahkan Rahardian sempat tersenyum tipis saat melihat wajah cemberut wanita cantik berkulit putih itu.
"Iin, kamu bantu ibu siapin lauknya. Bentar lagi juga Zaki pulang jadi sekalian saja disajikan di meja." perintah Bu Vivi pada Raina
Dengan malas, akhirnya Raina mengerjakan yang diperintahkan oleh ibunya. Raina menyajikan sambal kentang, sayur lodeh dan ayam goreng yang dimasak ibunya tadi.
"Nasinya diambilkan sekalian." lagi-lagi Bu Vivi memberikan perintah tak masuk akal.
Siapanya Raina sampai harus dilayani seperti itu. Rasanya ingin Raina mengucapkan hal itu, tapi ditahannya karena sama saja dia melawan ibunya.
"Assalamualaikum. Wah, ada acara apa nih. Kok ramai?" ucap laki-laki yang merupakan adik Raina.
"Waalaikumsalam."jawab mereka serempak
"Ada tamu kehormatan, mas." kata Zahra pada Zaki sambil menunjuk Rahardian yang memangku Rayyan di meja makan.
"Mas Iyan, tumben bisa mampir. Lagi gak sibuk mas." ucap Zaki dengan nada penekanan sedikit.
"Iya, kebetulan kerjaan udah beres. Jadi bisa pulang awal mampir kesini buat jemput Rayyan." kata Rahardian pada Zaki
Zaki menatap Rahardian dengan tatapan curiga dan sebelum bertanya lagi, ibunya meminta agar Zaki ikut makan menemani Rahardian.
"Rayyan, ikut Tante Iin aja ya. Biar papa makan dulu." kata Raina pada Rayyan, yang melihat Rahardian agak kesusahan makan sambil memangku Rayyan.
Rayyan mengangguk dan meminta Raina menggendongnya.
Dan ketika Raina mengambil Rayyan, tangan Rahardian menyentuh punggung tangan Raina. Membuat tubuh Raina terasa seperti disetrum. Raina menatap mata laki-laki yang merupakan ayah dari bocah lucu itu. Rahardian menatapnya cukup dalam, bahkan Raina merasa ada sorot kerinduan di mata hitam legam itu.
"What???? Anak mas mau ikut sama mbak Iin?" tanya Zaki heran.
Rahardian hanya mengangguk saja, matanya masih menatap wanita yang menggendong putranya yang cukup gembul itu tanpa mengeluh.
"Panjang ceritanya mas, mendingan mas makan aja dulu. Nanti Ara ceritakan. Kalau mbak Iin, gak mungkin dia mau cerita ke mas Zaki." kata Zahra dengan sombong.
"Cih, belagu banget nih bocah. Nanti mas pencet itu jerawat, teriak-teriak kamu." kata Zaki sambil memperagakan jari jempol dan telunjuknya yang seperti memencet sesuatu.
"Ish, apaan sih mas Zaki. Bawa-bawa jerawat. Body shaming banget." kata Zahra akhirnya pergi meninggalkan kedua pria itu yang sedang menikmati makan malam yang ke awalan itu.
Karena makan malam biasanya dimulai jam tujuh malam tapi hari ini mendekati waktu magrib. Dan ibu mentolerir Zaki yang tak mengganti pakaiannya terlebih dahulu sebelum makan. Tak seperti biasanya.
"Apa niat mas? Aku tau jika mas tak mungkin menitipkan Rayyan tanpa motif apapun." kata Zaki to the point setelah mereka selesai makan.
"Ck, kamu itu curiga banget sama aku, padahal aku benar-benar mau jemput Rayyan. tadi ketemu Rain, Rayyan gak mau lepas dari Rain dan aku harus segera ke kantor, ngejar apel." kata Rahardian
"Kalau cuma itu, aku yakin mas gak akan membiarkan anak mas dititipkan sama orang lain. Jujur saja mas, kamu udah tau tentang mbak Iin?" tanya Zaki dengan serius.
Rahardian menghela nafas dengan cukup keras.
" Ya, aku sudah tau. Tapi setelah aku menelpon mama dan memberitahu jika aku bertemu Raina dan Rayyan yang tak mau lepas dari Raina."kata Rahardian dengan jujur.
"Aku gak akan membiarkan mbak Iin tersakiti lagi, Mas. Cukup satu kali dia merasakan kegagalan dan terluka."
"Apa aku terlihat ingin melukainya? Padahal aku tak melakukan apapun pada Rain." kata Rahardian dengan tajam.
"Ck, aku sudah lihat tatapan mas ke mbak Iin. Gak usah bohong mas. Dengar ya mas, kalau mas berniat menyakiti mbak Iin hanya karena masa lalu maka aku tak akan tinggal diam. Ayah memang sudah tiada, tapi aku tak akan membiarkan wanita-wanita yang ku sayangi menderita. Paham kan, mas?" Kata Zaki dengan tegas, tatapan matanya pun tak kalah tajam dengan tatapan Rahardian.
Zaki merupakan pelindung keluarganya saat ini, dia tak akan membiarkan ibu dan saudari-saudarinya menderita. Dulu dia membiarkan Raina karena mengira jika Raina hidup bahagia bersama suami yang dicintainya.
Tapi ternyata, Raina pulang dengan sejuta luka. Penghianatan dan hinaan suaminya membuat Raina terpuruk dan menutup diri.
Kali ini dia tak akan membiarkan sang kakak menderita lagi. Dia kini sudah dewasa dan sudah cukup kuat. Zaki akan berusaha mati-matian melindungi keluarganya bahkan dari laki-laki yang memiliki kemampuan dan kekayaan di atasnya seperti Rahardian.
Laki-laki yang pernah sakit hati dan menderita ketika Raina menikah dengan Bayu. Laki-laki yang pernah mengucapkan jika Raina tak akan pernah bahagia bersama lelaki pilihannya setelah ijab kabul Raina dan Bayu.
Laki-laki yang pergi dengan tatapan benci dan dendam pada wanita yang dicintainya selama bertahun-tahun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Lilik Juhariah
oalaaah tapi kl laki laki mencintai perempuan , pasti awet gk mudah berpaling,
2024-05-27
1
Nadia
do'a nya si Rahadian manjur bener 🤭🤭
2024-05-26
0
Neli Allen
jadi Rahardian adalah masalalu Raina .kubur masalalu dan bangun masadepan Raina
semangat author
2024-05-23
0