Rasanya Jadi Ibu

"Sepi banget rumahnya, Ra? Coba kamu panggil." kata Raina pada Zahra.

Gadis berusia tiga belas tahun itu pun turun dan menghampiri pagar rumah yang merupakan rumah orang tua Rahardian.

"Assalamualaikum." teriak Zahra mau tak mau karena melihat pagar rumah itu yang digembok.

"Mbak, kayaknya nggak ada orang di rumah deh. Sepi. Udah itu pagarnya digembok, jarang banget Tante Dewi gembok pagar, kecuali gak ada orang di rumah." kata Zahra yang akhirnya menyerah setelah berkali-kali memanggil si pemilik rumah.

"Aduh gimana ini, mana Rayyan udah tidur begini lagi." Ucap Rania khawatir.

Dia melihat wajah bocah yang mulai tertidur nyenyak di dalam gendongannya itu. Rasanya tak tega untuk membangunkannya.

Rayyan tidur di jalan saat Raina memboncengnya dan Zahra. Rayyan tak mau digendong oleh Zahra akhirnya duduk dibelakang Raina sambil memeluk pinggang Raina. Rayyan memeluk Raina dengan cukup erat, seolah-olah takut jika Raina akan pergi dan meninggalkannya.

"Coba mbak telpon mas Iyan? Ada kontaknya nggak? Kalau nggak kita tanya ibu." saran Zahra.

Akhirnya Raina pun menghubungi Rahardian, ayah dari bocah kecil ini.

"Assalamualaikum."

Suara berat seorang pria diujung sana membuat telinga Raina merasa tergelitik.

"Waalaikumsalam, mas. Ini Raina mas. Sekarang Raina sama Zahra ada di depan rumah Tante Dewi tapi sepertinya nggak ada orang di rumah mas. Pagarnya juga digembok." kata Raina yang langsung menjelaskan keadaannya.

"Mama sedang keluar, tadi dia ada ngasih tau saya. Tapi saya lupa bilang ke kamu." kata lelaki itu dengan santai.

"Jadi, Rayyan gimana mas?" tanya Raina bingung.

"Kamu bawa aja dulu ke rumah Tante Vivi, nanti saya jemput di sana kalau sudah pulang." kata Rahardian pada Raina

"Ya sudah, kalau begitu saya bawa pulang ke rumah dulu Rayyan nya mas. Assalamualaikum." kata Raina dan mematikan ponselnya setelah ada sahutan jawaban salam.

"Gimana, mbak? tanya Zahra

"Tante Dewi lagi keluar, mas Iyan lupa ngasih tau." kata Raina yang sekarang bingung karena bocah imut menggemaskan itu sekarang tidur sambil memeluknya seperti anak koala.

"Yuk lah, kita pulang." Zahra segera memakai helmnya, dia sudah letih dan ingin segera pulang dan merebahkan tubuhnya di atas kasur.

"Tapi ini gimana?" tanya Raina bingung menatap Rayyan yang tidur dengan mulut menganga.

"Sini Ara yang bawa."

"Kamu bisa bawa motor??" tanya Raina pada Zahra.

"Ck, mbak aja yang gak tau. Ara itu biasanya malah pakai motor kalau disuruh ibu beli barang di seberang jalan kompleks. Malahan Ara lebih jago bawa motornya dibanding mbak." Kata Zahra yang sekarang sudah duduk di atas motor dan menghidupkan mesin motornya.

Raina pun ikut naik ke motor sambil menggendong Rayyan.

"Baca doa dulu, Ra." kata Raina was-was.

"Iya mbak, udah tenang aja mbak."

Benar sekali ucapan Zahra, anak remaja itu bahkan lebih mahir mengendarai kendaraan roda dua itu dibandingkan dengan Raina.

Komplek perumahan Tante Dewi tak kau dari komplek perumahan ibu. Mereka hanya perlu berkendara selama tujuh atau delapan menit saja jika jalan tidak terlalu padat.

Akhirnya, kami sampai di rumah, ibu menyambut kami dengan tatapan heran. Karena aku masih menggendong Rayyan masih tertidur nyenyak itu.

"Loh, Rayyan?? Kok bisa sama kamu In?" tanya ibu heran.

"Nanti Iin cerita, sekarang mau baringkan Rayyan dulu Bu. Udah pegal tangan Iin." kata Raina pada ibunya lalu masuk ke kamarnya dan membaringkan Rayyan di atas kasur ukuran queen miliknya.

Raina meletakkan balita bertubuh gempal itu dan melepaskan tangan bocah itu dari tubuhnya dengan perlahan.

Tiba-tiba suara rengekan terdengar dari bibir mungil itu.

"Sst... Udah bobok lagi ya, Tante Iin di sini." kata Raina mengelus pelan lengan Rayyan.

Raina menunggu beberapa saat sampai akhirnya dia merasa aman, baru dia bangkit dari duduknya dan menyiapkan baju ganti.

Raina ingin mandi, seluruh tubuhnya terasa lengket dan kotor karena debu. Dengan gerakan kilat Raina pun segera pergi bekerja kamar mandi untuk membersihkan diri.

Kamar Raina ini memang sudah disiapkan oleh ayah untuknya, kamar ini merupakan kamarnya sebelum menikah dulu. Zaki dan Zahra juga memiliki kamar masing-masing di lantai atas yang memang hanya ada dua ruangan itu saja.

Dulu ayah merenovasi kamarnya sedikit dan menambahkan kamar mandi kecil di dalam kamar ini, berharap jika suatu saat putrinya berkunjung tak akan kesusahan.

Tapi Raina tak pernah berkunjung di saat ayah tercintanya selalu menantikan kedatangan putri sulungnya. Dan malah kembali pulang ke rumah ini disaat ayahnya sudah tiada.

Rasanya sangat sedih, Raina merasa sangat menyesal dan membenci dirinya yang bodoh.

Setelah selesai memakai daster kesukaannya, Raina keluar kamar untuk menemui ibunya. Sebelum itu, dia sempat memastikan jika Rayyan masih terlelap dan meletakkan guling dan bantal yang disusun tinggi agar Rayyan tak jatuh dari tempat tidur.

"Bu, tumben jam segini mau masak?" tanya Raina pada ibunya yang terlihat sibuk memotong wortel di dapur.

"Ibu mau buat sop ayam, buat Rayyan. Anak itu gak bisa makan menu yang ibu buat tadi. Kan pedas semua."

Raina melihat ibunya mengaduk panci berisi kaldu ayam yang sudah mendidih. Ibunya terlihat gesit dalam urusan dapur. Hobi yang sangat disukainya, memasak.

Bu Vivi tak pernah melewatkan memasak untuk semua anggota keluarganya. Bahkan Raina ingat ibunya masih bisa menyiapkan bekal yang enak saat di sekolah dulu.

"Iin bantu ya, Bu." kata Raina

"Nggak usah, ini juga udah mau selesai. Mendingan kamu cek rekapan orderan teman-teman ibu. Mereka banyak pesan gamis dan jilbab, tapi ibu bingung." kata Bu Vivi sambil menunjuk sebuah buku kecil di atas rak televisi.

Buku kecil itu memang ibu siapkan untuk mencatat barang-barang yang dipesan teman-teman ibu.

Ada tujuh orang teman ibu yang memesan gamis beserta jilbabnya. Bahkan ada satu teman ibu yang menanyakan tas yang Raina jual dulu, sayangnya stoknya sekarang sedang kosong.

"Bu, pesanannya Bu Rahma stoknya lagi kosong. Iin baru mau order, sekitar semingguan lagi baru datang. Mau gak ya?" tanya Raina pada ibunya.

"Mau kayaknya, nanti ibu tanyakan lagi. Soalnya dia suka lihat tas yang ibu pakai arisan bulan lalu. Tas yang kamu kasih itu loh, nah kan sama mereknya cuma beda modelnya aja." kata Bu Vivi.

"Kayaknya arisan kemarin ibu jadi sales marketing nya online shop Iin ya? Top banget ibu."kata Raina sambil menghancurkan kedua jempolnya pada Bu Vivi.

"Eh, gimana ceritanya Rayyan bisa ikut kamu?" tanya ibu penasaran.

Raina melihat ibunya sudah selesai memasak dan mematikan kompornya.

"Ketemu di tempat makan Bu, gak sengaja nabrak Iin terus waktu jatuh, Rayyan malah minta gendong terus gak mau lepasin Iin. Sampai akhirnya mas Iyan nitip Rayyan ke Iin buat antar pulang ke rumah Tante Dewi. Eh sampai sana rumahnya kosong, Tante Dewi lagi keluar."kata Raina menjelaskan pada ibunya.

"Heran, anak itu biasanya gak mau ikut orang lain loh. Sama ibu yang sering ketemu aja dia jarang mau didekati. Kok bisa sama kamu malah lengket begitu?" tanya ibunya heran.

Raina hanya mengangkat bahunya dan menutup buku kecil milik ibunya.

"Bu, Rayyan belum bisa bicara ya Bu?" tanya Raina dengan pelan

Ibunya pun mengangguk dan menghela nafas panjang.

"Kasihan anak itu, dari bayi udah ditinggal ibu kandungnya yang meninggal dunia. Kamu ingat sama Mala? Teman SMP kamu? Dia ibu kandung Rayyan." kata Bu Vivi.

Mata Raina membulat mendengar informasi yang baru diketahuinya. Ternyata Rayyan anak dari Rahardian dan juga Nurmala, teman sekelasnya saat SMP.

"Dia meninggal karena kanker otak, ketahuannya waktu hamil. Rayyan juga lahirnya prematur, seminggu Rayyan lahir Mala meninggal."

"Rayyan waktu lahir sangat memprihatikan, bahkan beratnya jauh dari normal karena dia harus dilahirkan sebelum waktunya, Mala udah keburu kritis saat itu." Bu Vivi menyekap sudut matanya mengingat kemalangan bayi mungil itu.

"Beberapa bulan setelah Mala meninggal, ibu tirinya Mala memaksa Iyan buat menikah sama adik tirinya Mala. Alasannya supaya ada yang mengurus Rayyan dan menurut keluarga Almarhum Mala, Iyan harus turun ranjang dengan adik tirinya Mala." Bu Vivi berjalan mendekati Raina dan duduk di kursi sebelah Raina.

"Tujuh bulan setelah meninggalnya Mala, Iyan menikah sama Arumi adiknya Mala. Tapi ternyata bukannya mengurus, Rumi malah tak perduli pada Rayyan. Yang paling parah dia mencoba mencelakai Rayyan, untungnya saat itu Dewi datang ke rumah Iyan dan melihat Rumi yang mencoba mendorong Rayyan. Anak itu baru belajar berdiri, bisa kamu bayangkan kesakitannya Rayyan saat itu?" kata Bu Vivi sambil menghapus air matanya.

"Rayyan sempat diopname, karena terbentur cukup keras tapi ternyata anak itu mengalami trauma yang membuat dia tak mau komunikasi dan ketakutan saat melihat orang lain. Menurut ART di rumah Iyan, Rumi memang sering memaki atau mencubit Rayyan ketika menangis atau sedang rewel." kata Bu Vivi menceritakan penyebab Rayyan yang tak mau bicara.

"Lalu dimana perempuan gila itu, Bu?" tanya Raina dengan geram. Dia yang bertahun-tahun menanti buah hati rasanya tak bisa menerima jika anak sekecil itu diperlakukan seperti itu.

"Entahlah, Dewi dan Iyan membuat Arumi dan keluarganya pergi dari kota ini setelah Iyan menceraikan Arumi." kata Bu Vivi.

"Kenapa gak dilaporkan ke polisi saja Bu, biar tau rasa perempuan kejam itu." kata Raina sambil menggelengkan kepalanya mendengar jika perempuan itu lolos begitu saja.

"Saat itu karir Iyan lagi bagus dan mau naik pangkat. Kalau sampai ada kasus, takutnya malah berantakan. Jadi Iyan meminta mereka pergi sebagai ganti Rumi tak dilaporkan ke polisi." kata Bu Vivi lagi

"Egois banget tu bapak. Anaknya dianiaya malah dibiarkan saja pelakunya pergi cuma gara-gara karir." kata Raina dengan kesal.

"Hus gak boleh gitu, itu urusan rumah tangga orang. Kita juga gak tau kan kenapa Arumi senekat itu." tegur Bu Vivi.

Terdengar suara tangisan dari dalam kamar Raina yang sengaja dia buka pintu kamarnya agar terdengar suara Rayyan jika dia terbangun.

"Iin mau lihat Rayyan dulu ya Bu, kayaknya sudah bangun." kata Raina pada ibunya.

"Nanti sekalian diajak makan, kasian dia pasti belum makan."kata Bu Vivi

Raina mengangguk sebelum memasuki kamarnya.

Dan benar saja, balita lucu itu sedang menangis ketakutan karena berada di kamar Raina yang asing baginya.

"Halo sayang, udah bangun. Jangan nangis ya, ini Tante Iin." kata Raina pada Rayyan.

Rayyan melihat Raina lalu mengarahkan tangannya pertanda minta digendong.

Raina pun menggendong Rayyan, seketika tangisan Rayyan pun lenyap.

Raina menatap cermin, menatap bayangannya menggendong seorang anak. Seperti impiannya selama ini.

'Apakah seindah ini rasanya menjadi seorang ibu.' batin Raina sambil mengelus lembut kepala Rayyan yang bersandar di bahunya.

Terpopuler

Comments

Hj. Raihanah

Hj. Raihanah

semoga kebahagian segera datang buat Raina

2024-04-13

0

aca

aca

sempet nikah ma adek iparnya sempet di anu gk adek iparnya klo ia waduhhh bekas adek ipar aduh

2024-04-08

0

V-hans🌺

V-hans🌺

revisi lagi ya kata" nya

2024-04-08

0

lihat semua
Episodes
1 Pulang ke Kampung Halaman
2 Menyesal Pun Tak Ada Gunanya
3 Mencoba Bangkit Walaupun Sakit
4 Rasa Syukur Raina
5 Bertemu Kembali
6 Titip Anakku
7 Rasanya Jadi Ibu
8 Tak Akan Kubiarkan Dia Tersakiti Lagi
9 Raina Wanita Kuat
10 Janji Tulus Seorang Pria
11 Tatapan Rindu
12 Diantar Ke Kampus
13 Raina Sudah Ada Yang Memiliki
14 Raina Takut
15 Jangan Coba Menghindariku
16 Tangisan Raina
17 Suara Wanita di Seberang Telponnya
18 Rain Itu Mbak Ku
19 Sakit Kan??
20 Mama Rain
21 Syarat Sidang Skripsi
22 Sayang
23 Lamar lah aku dengan layak
24 Kebahagiaan Rayyan
25 Status Di KTP
26 Kabar Si Mantan
27 Pesan dari seberang pulau
28 Bukan Raina Yang Dulu
29 Kedatangan Bayu
30 Cara Rahardian
31 Dikira Sultan, Taunya.....
32 Bayu Hanya Mencintai Dirinya Sendiri
33 Aku Sangat Rela, Mas
34 Biar Mbak Yang Membalasnya
35 Penipu Tak Tau Malu
36 Demi Tiga Buah Hati
37 Kekesalan Rahardian
38 Sampah
39 Pingitan
40 I love you, my wife
41 Zaki, Si Raja Modus
42 Gara-gara Jamu Ibu
43 Suasana Rumah Yang Dirindukan
44 Rela Jadi Gembel
45 Dulu, Sekarang dan Nanti
46 Butuh Lelaki Seperti Rahardian
47 Dihubungi Mantan
48 Kepengen Dicemburui
49 Bayu...Oh...Bayu
50 Rumah Untuk Raina
51 Jodoh Buat Bayu
52 Iyan Rese
53 Dugaan
54 Dua Garis
55 Rasa Bersalah Zaki
56 Awal Pertemuan Bayu Raina
57 Kebohongan Raina
58 Siapa Yang Salah?
59 Mimpi Buruk
60 Zaki...Zaki...
61 Yang Tua Itu Lebih Menggoda
62 Hasil Observasi Lapangan Zaki
63 Bawaan Hamil
64 Dua Lelaki Super Protektif
65 I love you
66 Teman Berbagi
67 Lapor-Laporan
68 Mas Rahardian
69 Home Sweet Home
70 Maju kena, mundur kena
71 Selesaikan di atas ranjang
72 Saya Istri Sahnya
73 Hukuman Buat Rahardian
74 Raina Yang Sekarang
75 Info Dari Tari
76 Kece Atau Kere
77 Obrolan Pagi Tiga Penghuni Rumah
78 Ke Tempat Silvi
79 Pasangan Muda
80 Amat oh Amat
81 Kegaduhan Di Pagi Hari
82 Utang Dan Bunganya
83 Kena Batunya
84 Obrolan Double Z
85 Pegawai Baru
86 Gara-gara Dia
87 Cerita April
88 Punya Anak Berapa?
89 Zaki Galau
90 Zaki VS Raina
91 Raina Opname
92 Penyesalan Para Penjaga Raina
93 Ada CCTV
94 Banyak Jalan, Banyak Cara
95 Info Tentang Sonya
96 Aku langit, kamu matahari
97 Balik Settingan Awal
98 Matahari, tolong abang
99 Alasan April
100 Curhatan Zaki
101 Flashback April
102 Restu Ibu
103 Zaki Bucin
104 Kemunculan Bayu
105 Kekesalan April
106 Bakalan Jadi Tetangga
107 Cara Rahardian
108 Segera melamar
109 Diterima
110 April Wanita Kuat
111 Getar
112 Pelukan pertama
113 Pawang Duo Rusuh
114 April Cemburu
115 Menjaga Hati
116 Latihan Jadi Suami Siaga
117 Ganteng tapi jorok
118 Virus April
119 OTW Upgrade Status
120 Masa Lalu Yang Mulai Mengganggu
121 Masalah Membawa Berkah
122 Belanja
123 Si Paling Beruntung
124 Rahardian Gak Mau Pisah
125 Penasarannya Raina dan Rencana Zaki
126 Surprise Untuk Raina
127 Zaki Semakin Menjadi
128 Mengantar Undangan
129 Mendekati Hari H
130 Akhirnya Nikah
131 Gara-gara Teman Tapi Mesra
132 Malam Pertama Zaki
133 Baby R (Rese)
134 April Korban Kejahilan Zaki
135 Kegiatan Yang Tertunda
136 Jalan Bareng, Jodoh Belum Tentu
137 Kekesalan April
138 Menidurkan Jeki
139 Bayi Besar
140 Posesifnya Zaki
141 Sayang No To Pelakor
142 Raina, Si Kakak Sulung
143 Wanita-wanita Pilihan
144 Kapan Lebaran?
145 Nama Baby R
146 Hatiku Yang Mendidih
147 Ditunggu Jandanya
148 Si Dedek
149 Aksi panas dua pasangan
150 Warning Dari Zaki
151 Pamit
152 Zaki Aneh
153 Kamu ngidam, Ki?
154 Calon Ayah
155 Ibu Hamil, Ayah Ngidam
156 Spill Karya Baru
157 Ngidam Yang Merepotkan
158 Kelahiran Si Junior
159 Alif, anak ayah Zaki
160 Si duda basi
Episodes

Updated 160 Episodes

1
Pulang ke Kampung Halaman
2
Menyesal Pun Tak Ada Gunanya
3
Mencoba Bangkit Walaupun Sakit
4
Rasa Syukur Raina
5
Bertemu Kembali
6
Titip Anakku
7
Rasanya Jadi Ibu
8
Tak Akan Kubiarkan Dia Tersakiti Lagi
9
Raina Wanita Kuat
10
Janji Tulus Seorang Pria
11
Tatapan Rindu
12
Diantar Ke Kampus
13
Raina Sudah Ada Yang Memiliki
14
Raina Takut
15
Jangan Coba Menghindariku
16
Tangisan Raina
17
Suara Wanita di Seberang Telponnya
18
Rain Itu Mbak Ku
19
Sakit Kan??
20
Mama Rain
21
Syarat Sidang Skripsi
22
Sayang
23
Lamar lah aku dengan layak
24
Kebahagiaan Rayyan
25
Status Di KTP
26
Kabar Si Mantan
27
Pesan dari seberang pulau
28
Bukan Raina Yang Dulu
29
Kedatangan Bayu
30
Cara Rahardian
31
Dikira Sultan, Taunya.....
32
Bayu Hanya Mencintai Dirinya Sendiri
33
Aku Sangat Rela, Mas
34
Biar Mbak Yang Membalasnya
35
Penipu Tak Tau Malu
36
Demi Tiga Buah Hati
37
Kekesalan Rahardian
38
Sampah
39
Pingitan
40
I love you, my wife
41
Zaki, Si Raja Modus
42
Gara-gara Jamu Ibu
43
Suasana Rumah Yang Dirindukan
44
Rela Jadi Gembel
45
Dulu, Sekarang dan Nanti
46
Butuh Lelaki Seperti Rahardian
47
Dihubungi Mantan
48
Kepengen Dicemburui
49
Bayu...Oh...Bayu
50
Rumah Untuk Raina
51
Jodoh Buat Bayu
52
Iyan Rese
53
Dugaan
54
Dua Garis
55
Rasa Bersalah Zaki
56
Awal Pertemuan Bayu Raina
57
Kebohongan Raina
58
Siapa Yang Salah?
59
Mimpi Buruk
60
Zaki...Zaki...
61
Yang Tua Itu Lebih Menggoda
62
Hasil Observasi Lapangan Zaki
63
Bawaan Hamil
64
Dua Lelaki Super Protektif
65
I love you
66
Teman Berbagi
67
Lapor-Laporan
68
Mas Rahardian
69
Home Sweet Home
70
Maju kena, mundur kena
71
Selesaikan di atas ranjang
72
Saya Istri Sahnya
73
Hukuman Buat Rahardian
74
Raina Yang Sekarang
75
Info Dari Tari
76
Kece Atau Kere
77
Obrolan Pagi Tiga Penghuni Rumah
78
Ke Tempat Silvi
79
Pasangan Muda
80
Amat oh Amat
81
Kegaduhan Di Pagi Hari
82
Utang Dan Bunganya
83
Kena Batunya
84
Obrolan Double Z
85
Pegawai Baru
86
Gara-gara Dia
87
Cerita April
88
Punya Anak Berapa?
89
Zaki Galau
90
Zaki VS Raina
91
Raina Opname
92
Penyesalan Para Penjaga Raina
93
Ada CCTV
94
Banyak Jalan, Banyak Cara
95
Info Tentang Sonya
96
Aku langit, kamu matahari
97
Balik Settingan Awal
98
Matahari, tolong abang
99
Alasan April
100
Curhatan Zaki
101
Flashback April
102
Restu Ibu
103
Zaki Bucin
104
Kemunculan Bayu
105
Kekesalan April
106
Bakalan Jadi Tetangga
107
Cara Rahardian
108
Segera melamar
109
Diterima
110
April Wanita Kuat
111
Getar
112
Pelukan pertama
113
Pawang Duo Rusuh
114
April Cemburu
115
Menjaga Hati
116
Latihan Jadi Suami Siaga
117
Ganteng tapi jorok
118
Virus April
119
OTW Upgrade Status
120
Masa Lalu Yang Mulai Mengganggu
121
Masalah Membawa Berkah
122
Belanja
123
Si Paling Beruntung
124
Rahardian Gak Mau Pisah
125
Penasarannya Raina dan Rencana Zaki
126
Surprise Untuk Raina
127
Zaki Semakin Menjadi
128
Mengantar Undangan
129
Mendekati Hari H
130
Akhirnya Nikah
131
Gara-gara Teman Tapi Mesra
132
Malam Pertama Zaki
133
Baby R (Rese)
134
April Korban Kejahilan Zaki
135
Kegiatan Yang Tertunda
136
Jalan Bareng, Jodoh Belum Tentu
137
Kekesalan April
138
Menidurkan Jeki
139
Bayi Besar
140
Posesifnya Zaki
141
Sayang No To Pelakor
142
Raina, Si Kakak Sulung
143
Wanita-wanita Pilihan
144
Kapan Lebaran?
145
Nama Baby R
146
Hatiku Yang Mendidih
147
Ditunggu Jandanya
148
Si Dedek
149
Aksi panas dua pasangan
150
Warning Dari Zaki
151
Pamit
152
Zaki Aneh
153
Kamu ngidam, Ki?
154
Calon Ayah
155
Ibu Hamil, Ayah Ngidam
156
Spill Karya Baru
157
Ngidam Yang Merepotkan
158
Kelahiran Si Junior
159
Alif, anak ayah Zaki
160
Si duda basi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!