"Rayyan, sini ikut papa." kata Rahardian membujuk putranya yang memeluk Raina dengan erat.
"Ck, ayo Rayyan papa udah telat ini." kata pria itu lagi kali ini dengan nada yang agak keras.
Bocah laki-laki itu hanya memandang papanya lalu menggelengkan kepalanya dan memeluk leher Raina kembali.
"Kamu jangan bandel begitu, Rayyan. Nanti gak akan papa bawa kamu jalan-jalan lagi kalau kamu gak mau dengerin papa." kata Rahardian yang terlihat sangat kesal.
Bukannya melepaskan rangkulannya, justru Rayyan malah semakin erat memeluk Raina.
Hati Raina yang lembut itu pun tak tega, apalagi pada anak kecil yang terlihat ketakutan dan seperti meminta perlindungan pada Raina.
"Udah mas, Rayyan biar sama aku dulu. Mas kalau mau pergi gak apa-apa. Nanti aku antar Rayyan pulang ke rumah mas. Kasih tau alamatnya saja mas." kata Raina akhirnya.
Awalnya Raina malas berurusan dengan laki-laki di depannya, karena jujur saja Raina merasa malu dan agak sungkan.
Apalagi setelah apa yang Raina lakukan padanya di masa lalu.
"Kamu pakai apa? Motor? Dia gak biasa dibonceng pakai motor apalagi tadi dia gak tidur siang. Nanti malah bahaya kalau dia tidur di jalan." kata Rahardian dengan wajah angkuhnya.
"Iya mas, aku pakai motor. Tapi berdua sama Zahra. Nanti biar Zahra yang pegangin Rayyan di belakang." kata Raina.
"Ck, ya sudah. Saya juga gak ada pilihan lain sekarang. Saya harus kembali ke kantor. Nanti antar saja ke rumah orang tua saya." kata Rahardian akhirnya.
"Iya mas." kata Raina sambil menunduk tak berani menatap wajah Rahardian yang terlihat semakin tampan dengan tubuhnya yang terlihat gagah.
Bohong jika Raina tak gugup bertemu dengan Rahardian yang sekarang terlihat lebih matang dan dewasa.
"Ini tas Rayyan, dia masih buang air pakai pampers. Juga ada susunya yang baru diminum separuh. Kalau dia rewel kasih aja dia minum susu." katanya memberikan perintah pada Raina seperti Raina ini adalah babysitter anaknya.
"Iya mas." kata Raina saat menerima tas berwarna biru berbentuk kereta api yang memiliki mata dan mulut itu.
"Saya pergi dulu ya, oh iya mana hape kamu?" tanya Rahardian sebelum pergi.
Raina mengeluarkan ponselnya dari dalam saku gamisnya dan memberikan pada Rahardian.
"Password nya?" tanya pria itu.
"54321" kata Raina.
"Ck, masih aja pakai password kayak begitu. kalau nggak ya 12345. Gampang dibobol kalau password kamu begitu semua." gerutu Rahardian tapi tangannya tetap memencet tombol-tombol di ponsel Raina.
Kemudian Rahardian mengembalikan ponsel Raina yang masih bingung dengan Rahardian.
"Saya sudah save no kontak saya di ponsel kamu. Nanti kamu hubungi saya kalau ada apa-apa." kata Rahardian sebelum pergi.
Raina sempat kaget dan mundur selangkah saat Rahardian mengulurkan tangannya dan mengelus kepala putranya dengan lembut dan menundukkan kepalanya mendekati Raina.
"Mas pergi dulu Rain. Jaga anakku jangan sampai lecet." kata Rahardian dengan nada yang cukup rendah di dekat telinga Raina.
Jantung Raina berdetak sangat kencang, dan akhirnya dia menghembuskan nafas leganya setelah laki-laki itu pergi.
"Bikin jantungan aja tu orang." kata Raina kemudian berjalan menuju mejanya. Zahra pasti sangat khawatir karena Raina pergi cukup lama.
"Kamu ikut Tante Iin dulu ya, sayang." kata Raina menatap wajah Rayyan yang terlihat senang.
Rayyan tak menjawabnya, hanya mengangguk dan bertepuk tangan.
Sebenarnya terbesit suatu pertanyaan di hati Raina melihat Rayyan yang tak mau menjawab pertanyaan orang lain dengan ucapan. Bocah kecil itu hanya mengangguk dan menggelengkan kepalanya untuk merespon.
Zahra menatap Raina dengan heran, kakaknya datang dengan menggendong anak kecil. Dia tadinya cukup khawatir karena kakaknya terlalu lama pergi hanya untuk mencuci tangan. Makanan mereka saja sudah datang dan tersaji di meja.
"Loh, Rayyan?? Kok bisa ikut mbak?" tanya Zahra ketika melihat wajah bocah yang ku gendong itu.
"Ketemu di tempat cuci tangan tadi, minta gendong habis itu gak mau lepasin mbak. Sampai bapaknya kesel dan akhirnya mbak bilang biar ikut kita saja dulu. Nanti kita antar pulang ke rumah Tante Dewi." kata Raina menjelaskan garis besar kejadian tadi.
Raina pun paham jika ibunya masih sering bertemu dengan Tante Dewi. Buktinya Zahra saja mengenal Rayyan.
"Padahal biasanya dia gak mau ikut orang loh, mbak. Paling susah kalau mau di gendong, nolak terus kalau digendong orang lain selain mas Iyan sama Tante Dewi." kata Zahra yang sudah mulai mencomot ayam goreng berlumuran sambal yang super pedas.
Raina menahan air liur yang hampir menetes saat melihat makanan yang tersaji di depannya.
Namun, bocah kecil bernama Rayyan itu masih saja duduk sambil memeluk Raina dengan erat.
"Rayyan, Tante mau makan dulu ya. Rayyan duduk di sini aja ya." bujuk Raina setelah mengambil kursi di meja belakangnya dan meletakkan di sebelah kursinya.
Rayyan mengangguk patuh, namun tangannya tetap saja memegang gamis Raina. Seolah-olah anak itu takut ditinggal Raina.
Raina tersenyum sambil mengelus lembut kepala bocah imut itu. Raina pun mulai makan setelah Rayyan tenang dan bisa dikondisikan setelah diberikan botol susu yang masih ada isinya.
"Cocok jadi anak mbak, tuh. Dia gak se anteng itu loh mbak kalau di tempat ramai." kata Zahra
"Kamu itu sok tau aja, Ra." kata Raina kemudian meraih es jeruknya yang menggoda. Rasa sambal pada ayam goreng itu memang nikmat. Pantas saja tempat ini sangat ramai.
"Ish, mbak ini, Ara bilangin gak percaya. Beneran mbak. Udahlah nikah sama mas Dian aja, udah bisa jadi ibunya si Rayyan."
"Kamu Ra, nanti kalau ibunya Rayyan dengar gimana? Bikin gak enak aja kamu."
"Lah, kan ibunya udah gak ada. Dari lahir mbak. Mas Iyan duren." kata Zahra dengan suara rendah dan memberikan kode.
Akhirnya aku paham maksud Zahra. Kupandangi bocah kecil yang duduk di sebelahku itu sedang meminum susunya. Kata ayahnya, Rayyan lebih anteng saat meminum susu dan ternyata itu benar.
"Cie.... Jendes ketemu dudes, udah mbak jadian aja sama mas Iyan. Balikan kayak dulu, kayaknya memang kalian itu jodoh yang tertunda." kata Zahra asal.
"Kamu kalau masih mau ngoceh lagi, nggak akan mbak ajak jalan lagi ya." ancamku pada Zahra.
Dan Zahra pun meringis sambil mengatupkan kedua telapak di depan dada sebagai tanda permintaan maaf.
Kamu pun segera menyelesaikan acara makan kami karena ingin segera pulang mengantar Rayyan ke rumah Tante Dewi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Lilik Juhariah
jodoh yg berliku rain ma dian
2024-05-27
0
Sandisalbiah
jd papa nya Rayyan dulu pernah di kecewakan Rain krn lebih memilih Bayu kamprett...
2024-03-31
2
👏mBhem🖤²²¹º
zahra jujur itu rain🤭
2024-03-26
0