MENCOBA
Wanita cantik dengan balutan pakaian sederhana itu segera bergegas menuju ke kamar sang putri tirinya. Disetiap langkahnya menuju ke kamar gadis berusia 19 tahun itu, Irie tak berhenti menghafalkan dialog yang akan dia ucapkan ketika berhadapan langsung dengan Alina.
Sesampainya di depan pintu kamar. Irie menarik napas dalam-dalam seraya tersenyum yakin, jika dia gagal dalam waktu seminggu, maka Arky akan menghukumnya membersihkan halaman belakang yang luasnya bukan main-main.
Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu yang dibuat oleh Irie, terdengar santai. Tidak ada jawaban dari dalam kamar sehingga wanita bermata hazel itu kembali mengetuk pintunya sekali lagi dan sekali lagi hingga tiga kali lipat.
“A-Alina!” panggil Irie selembut mungkin. Bukannya mendengar jawaban dari seseorang, Irie malah tersentak kaget mendengar bantingan pintu di dalam kamar— bukankah itu tandanya Alina sudah menjawabnya dengan jawaban yang kasar.
Irie menatap pintu yang masih tertutup itu dengan sendu. Tak ingin memaksa, apalagi ini masihlah pertama kali untuknya, Irie memilih pergi dari sana.
Melihat kedatangan Irie tanpa Alina, Jolie sudah faham dan hanya tersenyum tipis melihat wanita malang yang kini menatapnya dengan wajah malu akan kegagalannya membawa Alina ikut sarapan.
“Aku lupa memberitahumu. Ini!” wanita tua itu memberikan sebuah kunci, entah kunci apakah itu? Namun kini kunci tersebut sudah ada di tangan Irie saat ini.
“Ini kunci cadangan kamar Alina. Kapan-kapan, jika kau membangunkannya dan gadis itu tidak mau membuka pintunya, kau langsung masuk saja.” Jelas sang nenek sekaligus sang ibu bernama Jolie tersebut.
Irie sedikit terkejut sehingga dia membulatkan matanya. “Tapi, bagaimana jika Alina bertambah marah?” tanya Irie. Melakukan hal seperti itu bukankah itu tidak sopan, masuk ke kamar orang tanpa izin.
Jolie mengusap lengan Irie sambil tersenyum. “Terkadang kita harus sedikit tegas padanya. Aku sangat yakin kau bisa melakukannya!” ujarnya.
Irie menjadi tersenyum dan kembali percaya diri. Seseorang membuatnya percaya diri kembali, meski semua itu akan sulit, tetapi Irie akan melakukannya sebisa mungkin. Dan ngomong-ngomong, dia baru ingat ketika pernikahan nya semalam, Jillian dan Ken tidak datang.
.
.
.
Saat ini Arky tengah berada di kantornya, kantor yang sangat dia cintai sehingga membuatnya menjadi pria yang gila kerja.
Dengan sangat fokus pria itu mencoba menghilangkan rasa kesalnya terhadap istri barunya itu. Mengingat pernikahannya semalam saja sudah membuatnya muak akan kehidupan. Jika saja bukan karena paksaan dari sang ibu dan juga melihat keadaan Alina, mungkin dia sudah membuang jauh-jauh wanita bernama Irie itu.
“Hah~” Arky mengusap kasar wajahnya, mencoba menenangkan dirinya.
Di sisi lain, tepatnya di rumah Jillian— Bukan, tetapi rumah keluarga Bliss. Ken yang sudah siap berangkat bekerja, tiba-tiba saja dihadang oleh Jillian. Pria bernama Ken itu mengerutkan keningnya, dia sudah muak semalaman karena Jillian terus saja membicarakan soal pernikahan Irie dengan pria bernama Vernandez. Seperti saat ini.
“Jika bertemu Irie di kantor, kau jangan macam-macam Ken.” Ucap Jillian memperingati keras pria itu. Ken mendengus lelah dengan pembicaraan seperti itu.
“Sudah aku katakan, Jillian! Marga Vernandez bukan cuman milik bos ku. Banyak diluar sana yang memakainya. Kenapa kau— ” Ken mengurut keningnya sembari memejamkan matanya, lalu memegang kedua lengan wanita paruh baya itu dan menatapnya dengan lekat.
“Dengarkan aku. Meski aku bertemu dengannya, aku tidak akan pernah mau dengan wanita sepertinya. Dan aku hanya mencintaimu seorang!” dengan kata-kata manisnya, pria itu menjerat Jillian.
Wanita mana yang tidak suka mendapatkan perlakuan lembut seperti Ken. Mendengar rayuan seperti itu, Jillian tersenyum malu.
“Apa sekarang kau tidak mau memberikan ciuman selamat pagi?” tanya Ken berharap.
Tanpa ras malu, Jillian mengalungkan kedua tangannya di leher kekasihnya, sementara kedua tangan Ken melingkar di pinggang kecilnya hingga bibir mereka saling bertemu dan bergerak saling melumat untuk beberapa menit.
“Aku pergi bekerja dulu!” pamit Ken setelah mereka puas dengan ciuman tersebut.
...***...
Jam menunjukkan pukul 09:00 AM. Setelah melakukan sarapan bersama, lalu membantu membersihkan meja makan, kini Irie bisa bersantai dengan duduk di sofa, sementara ibu Jolie baru saja pamit keluar ke swalayan bersama Puput sang pembantu setianya.
“Sangat melelahkan, tapi aku menyukai kehidupan sekarang. Setidaknya aku tidak bertemu dengan mereka lagi.” Ucap Irie pada diri sendiri. Mengingat kejahatan yang ibu tirinya lakukan terhadap ayahnya membuat Irie sangat marah dan sedih.
Namun ada sesuatu yang harus dia pikirkan saat ini. Hutang! Irie langsung lemas hingga bersandar di punggung sofa dengan wajah lesu. “Aku harus bagaimana??? Jika aku meminta hadiahku ke ibu Jolie, itu tidak mungkin.... Aku akan menunggunya sampai dia ingat. Tapi— hutangnya bagaimana?? Bagaimana jika debkolektor itu datang lagi?” dengus lelah Irie tak tahu harus melakukan apa. Jika dia meminta uang ke suaminya, itu malah tidak mungkin. Arky tidak mungkin memberikannya.
Saat bingung dengan pikirannya yang kacau, Irie mulai melihat Alina turun dari tangga, seketika dia berdiri tegak dan terus memandangi gadis yang saat ini menatapnya sekilas. Tak lupa juga Irie tersenyum manis ke arahnya.
“Selamat pagi! Kau mau sarapan? Aku bisa menyiapkannya sekarang juga! Atau... Kau mau aku membawakan bekal untukmu?!” sebisa mungkin Irie mengajak gadis yang kini menjadi putrinya itu.
Mendengar celoteh Irie, seketika langkah Alina berhenti seraya mendongak kesal lalu berbalik menatap Irie dengan ketidak sukaan.
Sementara Irie sendiri masih ramah senyuman. Wanita itu tak segan jika harus tersenyum 24 jam sehari.
“Aku tidak memerlukan mu. Jadi jangan pernah mengajakku bicara ataupun berpura-pura baik padaku, karena aku tidak menyukaimu.” Ketus Alina, setelah mengatakan ucapan yang sangatlah menyakitkan.Gadis itu pergi begitu saja setelah berhasil menghilangkan senyuman di wajah Irie yang merupakan ibu sambungnya.
“Kau harus sabar Irie. Dia masih menganggap mu asing!” sambil mengelus lembut dadanya. Irie mencoba menenangkan dirinya sendiri, karena dia juga seperti itu waktu sang ayah menikahi Jillian, meski tak terlalu kasar seperti Alina saat ini.
Sore harinya, lagi dan lagi Irie hanya makan malam bersama Jolie saja. Arky maupun Alina masih berkeliaran di luar sana. Mereka berdua sudah menunggu kedatangan kedua kulkas dingin itu datang, namun sudah satu jam lewat mereka masih belum datang sehingga Jolie dan Irie terpaksa makan malam berdua saja.
“Maaf ya Irie! Mungkin kau kesulitan menghadapi anak dan cucuku.” Tanpa melihat waja sang wanita, Jolie mengatakannya dari dalam lubuk hatinya.
“Tidak, Ibu Jolie. Aku menerima pernikahan ini, itu berarti aku juga menerima konsekuensinya! Aku masih orang baru untuk mereka, tapi percayalah, suatu saat mereka akan merubah cara pandang mereka!” jelas Irie. Itulah yang Jolie sukai dari menantu barunya. Irie selalu bersikap positif meski sebenarnya hatinya berkata lain, namun wanita itu tidak pernah menunjukkannya.
“Oh, iya! Apa ibumu datang ke pernikahan?” tanya Jolie tiba-tiba.
Irie terdiam setiap kali ada yang bertanya soal ibu tirinya itu. “Mungkin tidak.” Jawabnya singkat. Jolie masih belum tahu bahwa ibu tiri Irie lah yang bersalah dalam semuanya hingga Irie menjadi gelandangan.
...°°°...
HAI GUYSS!!!!! MAAF YA, CERITANYA NGEBOSENIN YAAA??? AKU JUGA MERASA BEGITU 😔 SANGAT BINGUNG SEKALI SAAT MEMIKIRKAN ALUR CERITA, JADI... MOHON DIMENGERTI 🙏😁
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK SEMANGATNYA
THANKS AND SEE YA ^•^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
2024-11-07
0
Bzaa
cerita nya bagus tor... jdi semangat 💪💪
2024-07-16
2