Aku bercerita pada Sofia dan Rajendra bahwa aku berteriak karena melihat hantu nenek tua yang akan menusukkan kuku panjangnya ke ubun-ubun Rajendra.
Sofia tampak terkejut.
“Sudah aman sekarang, udah kapok tuh setan” kuusap tangannya pelan
“Ohhh syukurlah tidak ada yang terluka” kata Sofia lega. Tentu saja dia tidak mau kalo sampai ada masalah saat perhelatan acara besarnya.
Kemudian, seorang pelayan datang memanggil Sofi karena ayahnya mencarinya untuk menemui para undangan.
“Baiklah aku tinggal dulu. Kalian nikmati pestanya juga, jangan terpaku dengan kejadian ini saja” pamit Sofia.
“Iya” jawabku.
Sedangkan Rajendra hanya menjawab dengan......”Hem”
Tanpa melihat Sofia sedikit pun. Huh, Sikap macam apa itu?
Sebenarnya saat Sofi pergi untuk kembali menemui para tamu undangan aku juga ingin ikut bersamanya.
Tapi Rajendra tidak begitu saja membiarkanku pergi. Dia menggenggam tangan aku erat, seakan menyatakan kepemilikannya, tapi juga seperti memohon agar aku tidak meninggalkannya.
Hish. Maksa.
Sofi sempat berpesan agar Rajendra bersikap sopan padaku, lalu terpaksa pergi karena Ayahnya sudah menunggu.
Setelah Sofia pergi. Aku dan Rajendra diam membisu sambil duduk di kursi taman itu bersisian. Tak tahu harus mulai bicara dari mana.
“Kamu benar benar istimewa Cantika, Aku percaya. Tapi masalahnya, gelang itu hadiah dari sahabatku. Dia baru pulang dari luar negeri. Dan itu oleh-oleh untukku, bagaimana mungkin....” Rajendra tidak melanjutkan ucapannya.
“Itu makhluk jahat, dan dia bukan hantu mancanegara. Itu hantu domestik. Made in Indonesia. Semacam kuntilanak” kataku menjelaskan.
Rajendra tergelak tawa atas istilah yang kupakai untuk menggambarkan makhluk itu.
“Made in Indonesia? Hahaha...” Dia masih tertawa.
“Hati-hati terhadap sahabatmu itu, isi hati orang kadang menyeramkan”
“Begini, sebisa mungkin jaga jarak darinya, maaf aku jadi terkesan mengatur. Kalo bisa jangan makan atau minum apa pun pemberiannya. Karena orang seperti itu biasanya juga merapalkan mantra-mantra” sambungku.
Rajendra malah tersenyum melihat kepedulianku pada dirinya.
“Apa?” Dengusku sebal.
Kemudian dia tiba tiba terdiam, seperti sedang memikirkan sesuatu yang serius. Aku merasakan ada hawa misterius berasal dari tubuhnya. Hawa misterius tapi tidak berbahaya.
“Mengapa kamu bisa melihat makhluk itu?” Tanyanya serius.
“Bagaimana kamu bisa tau benda tempatnya bersemayam?” Dia melihat ke arahku
Aku pun menatap netranya. “Ya.... karena kelihatan bang” jawabku asal.
“Apalagi yang bisa kamu lihat?” Dia balas menatap serius.
“Apa sih bang, banyak banget pertanyaannya. Berasa diwawancara” aku memalingkan wajah.
“Cantika... jawab saja” dia memegang kedua bahuku, tapi nada suaranya lembut.
Roman-romannya aku terpojok lagi nih. Kalo Ndak dijawab dia bakal maksa. Kebiasaan!!
Kutarik nafas panjang....
“Aku bisa melihat seseorang yang mempunyai niat jahat bang. Wajahnya akan berubah buruk mirip setan. Kadang matanya berubah putih semua. Kadang hitam semua. Kadang berubah merah semua. Kadang bertanduk. Kadangnya retak-retak. Kadang bertaring. H..HH..hhh...hhh...”
Kujawab dengan satu tarikan nafas. Sampai aku tersengal karena kurang oksigen. Aku menunduk memegang dada, terengah-engah.
Ehhh dianya malah menyentak bahuku pelan agar menatapnya. Dia melihatku lekat-lekat dan bertanya.....
“Siapa kamu sebenarnya?”
Nah loohhh.... Kemarin semangat banget mo njadikan aku istrinya. Padahal belum saling kenal. Sekarang.... Bertanya-tanya kan kamu.... siapa diriku?
“Ya oranglah bang, masak alien?” Kutepis tangannya agar tidak terus memegang pundakku.
“Harusnya Cantika yang tanya, Abang orang apa bukan sih? Kenapa bisa menemukanku di sini?” Kataku kesal.
Dia malah menggenggam tangan kananku.
“Berasa dipegang orang apa setan?” Tanyanya ngeselin.
Kutarik tanganku. Tapi tak bisa. Kebiasaaaan!!!!!!
Memang nih orang ya, pengennya nyentuh aku terus. Nyesel rasanya aku tak pernah belajar bela diri.
Kalo aku bisa kungfu, pasti aku bisa membebaskan diri darinya. Entah itu kungfu panda, kungfu Shaolin atau kungfu hustle, Kungfu Boboho juga boleh. Sayangnya aku tak pernah belajar. Bela diri paling basic pun aku tak bisa.
Tapi apa iya kalo aku belajar bela diri bisa ngalahin dia yang berbadan besar dan tegap gitu?
“Kenapa marah terus sama Abang?” Dibawanya tanganku ke pipinya. Dikecup pula. Rasanya kudukku meremang gara-gara bulu halus di wajahnya mengenai kulit tanganku.
“Abang jangan keterlaluan bang. Lepasin. Aku teriak nih” kudorong dadanya.
Astaga.... Dia malah memegang kedua tanganku. Mengamatinya.
“Tangan ini yang mengalahkan makhluk tadi? Sulit dipercaya. Tangan yang lemah ini?” Dilepasnya tanganku perlahan lalu dia bersandar.
“Abang bisa melihat makhluk tadi?” Ish.... Ngapain sih aku kepo?
“Bisa” singkat banget jawabannya. Padat dan Jelas.
“Lalu kenapa..... kenapa.....emmm.....” mendadak aku ngeblank.
“Kenapa abang cinta sama kamu?” Sahutnya jail.
Aku kehilangan konsentrasi karena kulihat ada monyet merah kecil keluar dari semak di depan situ.
Monyet kecil berekor panjang. Kayak yang di kebun binatang. Hanya ini merah seluruh tubuhnya. Jadi inget Hellboy. Tapi matanya cute mirip boneka.
Monyetnya kelihatan lucu. Pada awalnya, tapi saat dia meringis giginya taring semua. Aku kaget, berdiri dan beranjak pergi.
Ahg!!- Tapi tersendat.
Apalagi ini? Nih cowok bener-bener! Sekarang dia mencegahku pergi dengan menggenggam tanganku. Kok ada banget ya adegan film India di dunia nyata?
“Dia Cuma minta coklat” Rajendra berdiri, merogoh kantong jasnya. Mengambil sebuah coklat kubus kecil, membuka bungkusnya, berjongkok dan memberikan pada monyet kecil itu.
Tuh monyet meringis lagi tanda terima kasih yang menyeramkan. Tapi dia tidak langsung pergi. Malah makan di tempat. Padahal aku tadi doa, agar dia Drive thru.
“Ada pertanyaan?” Rajendra kembali berdiri dan melihatku geli.
“Sebenarnya tadi coklatnya buat kamu. Karena jutek, gak jadi”
Dia menoleh pada monyet itu, memberikan beberapa potong coklat lagi dari kantung jasnya.
“Dah habis, itu sudah semua. Sana, jangan lupa buang bungkusnya di tong sampah”
Hahahaha..... Lucu aku melihatnya. Setan diajari buang sampah pada tempatnya.
Tapi.....Cokelat itu tadinya buat aku? So sweet....
So sweet sebenernya kalo dia lebih sopan dan gak ngeselin.
Tapi sudah terlanjur. Dari awal pandanganku buruk padanya. Ke kurang ajaran yang disengaja memperburuk citranya.
Apa sikapnya padaku dia lakukan juga pada semua wanita? Play boy ndak sih dia? Tapi kalo melihatnya merona saat kuberikan perhatian kecil. Kayaknya gak bisa bohong. Dia masih belum berpengalaman.
Sekilas dingin. Kemudian malu-malu. Intens menyerangku. Lalu Mello. Selanjutnya tak tahu malu. Hish!
“Mikirin aku?” tak kusadari dia menggenggam jemariku.
“Kita masuk sayang. Lapar” dia mengamit tanganku. Langsung berjalan cepat menuju aula.
“Aku di sini kerja bang. Mendampingi Sofi, HH HH HH...” nafasku sampe terengah, cepat banget sih langkah kakinya. Dah laper banget apa nih orang?
“Auw!” Aku terpekik karena dia tiba-tiba berhenti. Untung gak terjungkal. Karena dia menahan tubuhku.
“Jam kerja sudah selesai, temani calon suamimu ini saja”
“Bang, malu bang” tolakku saat dia kembali membawaku berjalan.
Syukurlah ternyata dia hanya menggertak. Saat di pintu masuk dia melepaskan tanganku sambil tersenyum. “Sana kerja” ucapnya pelan nyaris tanpa suara.
Ohhh dasar!....Gak kebayang kalo tadi dia tetap mengamit tanganku di hadapan tamu undangan. Pastinya kolega dan teman-temannya punya banyak pertanyaan.
Alhamdulillah, acara sudah mau selesai. Tinggal ramah-tamah dan makan ala prasmanan saja.
Tapi kok tiba-tiba hawanya beda ya? Tiba-tiba terasa panas. Padahal AC besar dan Floor standing di mana-mana. Semua tamu nyaman-nyaman saja. Mereka makan minum sambil berbincang dan tertawa. Tapi aku kok kegerahan?
Karenanya, aku yang tadinya mendampingi Sofia beserta Ayah dan ibu tirinya berkeliling menemui tetamu, melipir sebentar ke meja besar prasmanan. Bermaksud mengambil minum.
Saat hawa kurasa semakin gerah, sayup kudengar suara geraman di atasku. Sontak aku mendongak. Untung tidak berteriak.
Sesosok makhluk hitam besar berjubah panjang sedang melayang layang di sekitar kepalaku. Aku tak tahu makhluk apa itu? Berasa melihat – Dementor –
Kalian ingat Dementor yang di film Harry Potter? Bedanya makhluk ini tidak menghisap kebahagiaan. Dia menyebar hawa intimidasi yang kuat.
Mau apa sih nih makhluk? Aku tidak dapat melihat matanya. Semua hitam gelap. Membuatku tak dapat komunikasi atau pun mengetahui dia ingin apa?
Dia terus berputar pelan, melayang di atas kepalaku. Keringatku bercucuran. Apa aku lari saja? Ya, aku akan pergi dari sini.
Saat akan pergi, Rajendra menghadangku. Aku hendak jalan ke kanan dia ke kanan. Aku hendak jalan ke kiri, dia ke kiri.
Kutatap dia kesal. Astagfirullah.... Aku dalam bahaya ini. Bisa gak sih, becandanya udahan?!!! Mo ngomong ini, tapi hanya bisa di dalam hati. Karena banyak orang di sekitar kami.
“Bang...” Ucapku sepelan mungkin di dekatnya.
“Dia makhluk yang sangat tua, penjaga aula ini. Dia tidak suka dengan pancaran energi kamu. Itu mengganggunya. Diamlah sejenak” bisik Rajendra.
Aku hanya bisa mengambil nafas dalam. Kulihat Rajendra berjalan mengitariku satu kali, dan...
Cup- Aku mendelik, bisa-bisanya, dia mengecup kepalaku yang tertutup hijab. Di depan semua orang?
“Sudah” ucapnya kemudian menjauh.
Apa itu tadi? Aku menoleh ke kanan dan ke kiri. Takut ada orang yang melihat adegan tadi.
Kurasakan tubuhku tidak panas lagi. Tidak kegerahan. Bahkan terasa sejuknya pendingin udara sangat nyaman. Kulihat ke atas, makhluk hitam sudah tidak ada lagi.
Harusnya aku merasa lega dan aman. Tapi kenyataannya, aku ketakutan lebih dari ancaman makhluk tadi. Hingga tubuhku limbung, untung ada meja untuk bertahan.
Hatiku terasa nyeri. Apa yang dilakukan Rajendra membuatku berasa ketemu PAWANG.
Aku takut terjebak seumur hidup dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 271 Episodes
Comments