Pas malam kemarin, dia mengantarku benar-benar sampai di depan kos-kosan. Mungkin karena kemarin sudah tengah malam.
Sedangkan sore ini dia mengantarku sampai jalan aspal deket kos-kosan saja.
Pasalnya, dari jalan ini masih harus masuk dikit melewati jalan paving.
“Terima kasih” ucapku saat akan turun dari mobil.
Klek- Lagi-lagi dia mengunci pintu mobil.
“Maksudnya?” Tanyaku yang lagi-lagi dibuat kesal.
“Dengar, aku akan menunggu di sini, dan akan kuantar ke tempat kerjamu berikutnya” tersenyum manis.
Ya Allah.... Kenapa orang ini ngintilin aku terus?
“Memangnya kamu tidak ada pekerjaan? Bukankah kamu seorang yang sibuk?” Tanyaku malas.
“Ini sudah 16.30, cepatlah, nanti terlambat” lagi-lagi dia menarik kepalaku dan mengecupnya tepat di kening. Kebiasaan!
Klek- Dia membuka kunci pintu mobil. Aku pun turun. Sebelum menutup pintu, kulihat dia tersenyum.
Seneng banget kek-nya nyiksa orang.
Secepat mungkin aku masuk kamar kos, ternyata Sofia sudah tidak di sini, ada secarik kertas di meja.
[Cantika... Thanks telah nampung gue. Aku balik apartemen karena harus berkemas mo pindahan ke rumah bokap.
Secara.... Penjahatnya udah ketangkep. Jadi aku aman sekarang.
Kamu juga lekas berkemas dan pindah ke rumah ayahku.
Please turuti keinginanku itu]
[Love, Sofia]
Aku tidak ada waktu mikir sekarang. Aku bergegas mandi, gosok Gigi, ganti baju, Shalat Ashar, bedakan, pakai hijab, ambil tas, kunci pintu, cabut.
Kuhampiri mobil Rajendra. Tok tok tok- Kuketuk kaca mobilnya yang setengah terbuka.
“Salah password, pake salam” tampak dia bersendekap.
“Assalamualaikum....” Kataku tersenyum manis terpaksa.
“Wa’alaikum salam” jawabnya. Lekasku masuk ke mobil. Kulirik dia, expresinya biasa aja.
Hem...aman. Dia mengantarku hingga ke depan rumah tempatku mengajar les.
Begitu mobil berhenti. Lekasku tanya makhluk di sebelahku ini, sebelum dia mengunci pintu mobil lagi. “Apa ada pesan, Abang?”
“Sini, nantiku jemput lagi jam berapa? Cup” Nyantainya dia mengecup keningku lagi. Mo gue tabok, ini udah sore, capek.
“Jam 20.00 bang” jawabku.
“Akanku jemput lagi nanti” Lagi-lagi dia menyodorkan tangannya menyuruhku salim. Dan kulakukan saja. Malas aku bertengkar.
-----
“Assalamualaikum... “ Ucapku di depan pintu.
“Wa’alaikum salam Kak cantik” jawab anak perempuan kelas 3 SD bernama Anita. Dia membuka pintu untukku.
“Kakak ndak bawa motor?” Menengoklah dia ke sana ke mari mencari motor aku. Karena memang biasanya aku selalu bawa motor.
“Naik ojek tadi, motornya di bengkel” jawabku bohong. Ndak mungkin juga cerita ma anak kecil aku diantar siapa.
“Ohhh.... Soalnya adek sakit, jadi Cuma Anita saja yang belajar” ucapnya sambil berjalan masuk rumah menggandeng tanganku.
Berarti aku akan pulang lebih awal nanti. Pulang naik apa? Hhhhhh.... Urusan belakangan. Yang penting sekarang kerja dulu.
Satu setengah jam berlalu. Les selesai, aku berpamitan. Saat ini masih jam 18.30.
Saatku buka gerbang depan rumah Anita, kulihat mobil Rajendra sudah standby di sana.
Tidak-tidak, tadi juga ada di sana. Berarti dia menungguku dan tidak pergi ke mana pun.
“Tok tok tok...Assalamualaikum” ucapku.
“Wa’alaikum salam” jawabnya.
“Sudah selesai? Sudah pulang?” Tanyanya.
Nampaknya dia sedang mengerjakan sesuatu. Dia duduk di kursi penumpang belakang sopir sambil memangku laptop.
Saat aku masuk mobil, dia segera menutup laptopnya dan berpindah ke kursi pengemudi. “Abang kerja di sini? Menungguku dan tidak ke mana-mana?” Tanyaku.
“Iya, dan ternyata kamu selesai lebih cepat, bagus bukan aku tak ke mana-mana” jawabnya dan seperti biasa dia akan mengecup keningku.
Tapi aku menghindar. Kutangkap kedua tangannya yang akan menyentuh kepalaku.
“Bang! Bisa Ndak main sok akrabnya udahan? Kita kenal belum 24 jam bang!”
Dia menarik kedua tangannya dan memegang pelipisnya. Mirip orang pening.
“Lalu kenapa? Memangnya ada aturan menyukai, mencintai seseorang itu harus kenal lebih dari 24 jam?” Dia melihatku hanya dengan sudut matanya, karena segera dia menghidupkan mobil.
“Tak ada aturan seperti itu kan? Memangnya cari orang hilang, harus 1 x 24 jam baru boleh lapor polisi?” Sambungnya lagi sambil menyetir.
“Ha ha ha.... Lucu kau bang” cibirku. Memangnya dia sudah suka padaku? Cinta padaku? Tidak secepat itu juga kaleee...
Kuakui, aku berhutang Budi. Pepatah bilang *Hutang budi dibawa mati* Tapi kan.... itu artinya jika suatu saat dia kesulitan dan aku menolongnya, selesai. Budi telah dibalas.
Tapi ini....... masak bayar hutang budinya dipaksa jadi istrinya?
Wah gak bener nih. Ini sih namanya perbudakan.
Jadi istrinya....Artinya harus mengabdi seumur hidup.
Setia mendampingi baik dalam keadaan susah maupun duka.
Dalam keadaan lapang maupun sempit.
Dalam keadaan sehat atau pun sakit.
Hingga maut memisahkan.
Aaaaghhhggg....Klo ndak malu sudah kuacak-acak nih rambut. Memikirkannya saja sudah mo nangis.
Tuhan... Tolong..... Pikiranku semerawut mirip benang kusut.
“Kamu kenapa? Kesal?” Tanyanya.
Iihhh!!! Dianya santai aja gitu? Ya iyalah gue kesal!
Males aku ngobrol. Mungkin dia aneh ngeliat tingkahku yang dari tadi meremas-remas tasku.
“Lhoo lhoo bang, ini mau ke mana? Tinggal kasih tas ama hijabku doang. Lalu antar aku pulang. Aku capek” protesku.
Pasalnya, aku mau nurutin dia hari ini kan agar tasku kembali. Ada surat berharga di sana. KTP, SIM, STNK, ATM. Kalo uang sih....malu, cuman 70.000.
Nah, tas yang kupangku sekarang ini malah isinya lebih mengenaskan. Hhhh....nasib.
Sekarang, mobil ini malah menuju ke arah Surabaya barat. Ya, memang kita tinggal di Surabaya.
“Lapar” jawabnya singkat.
Ish!
Kini mobil memasuki daerah Tandes.
Masuk ke parkiran Food Junction Grand Pakuwon.
“Ayo” ajaknya.
Lagi-lagi dia yang membukakan pintu mobil untukku. Bahkan terus menggandeng tanganku.
Hish! Cuman tangan doang ya, awas Lo ngelunjak nanti!
Ternyata tempat ini begitu indah... Banyak lampu, taman dan ada wahana bermain untuk anak-anak juga, seperti bianglala, trampolin, bom-bom car, kereta kelici.
Yang paling memukau.... ada danau buatan di samping restoran. Ikannya banyak, warna-warni dan besar-besar.
Ada semacam Geladak dari kayu di sekeliling danau. Geladak ini membentuk tangga. Tapi bukan tangga yang sempit. Geladak ini lebar dan asyik buat nongkrong kayaknya.
Tanpa sadar bibirku melengkung ke atas, Aku tak dapat mengendalikan senyum. Kami berjalan di sekitar taman.
Kemudian membeli beberapa makanan dan minuman di tenant yang tersedia di luar restoran.
Dia yang bayar semuanya, kan dia yang ngajak. Lagi pula dia gak mau aku keluar uang.
Yang di kedai kebab tadi sore juga dia yang bayar. Gengsi kali......Secara..... Bawa cewek.
Tapi aku suka tipe cowok begini, yang klo bawa cewek dia bersedia bayarin semua. Bukannya aku matre ya teman-teman. Gak minta yang mewah-mewah juga kali..... Cuma makanan.
Mungkin juga dia ngerti dompetku ilang, yang sekarang ku pegang adalah dana cadangan. Yang pastinya pas-pasan.
Kami membawa makanan dan minuman itu untuk duduk di tepi danau. Makan sambil menikmati pemandangan.
Hari ini cuaca lagi cerah. Di atas sana bintang bertaburan. Kok kesalku jadi ilang ya? Kenapa suasananya bikin bahagia?
Tak disangka ada acara lamaran sederhana di depan sana. Sang pria memakai pakaian formal rapi berlutut di hadapan kekasihnya, yang memakai pakaian sangat indah.
Saat diterimanya lamaran itu, sejumlah teman dan kerabat yang mengelilingi mereka bertepuk tangan. Memberi ucapan selamat.
Karena ada acara spesial, maka ada acara kembang api juga.
Dor! Duar! Pleetak! Pletek! Nguing.... Duar!!
Berisik. Tapi sangat indah.......Kembang api meliuk-liuk dan meledak di udara.
Rajendra menggenggam tangan kiriku. Perlahan membawa ke pelukannya... dan menciumnya.
Hiishhh.....Ngelunjak!
Baru juga kesalku hilang. Sekarang udah buat ulah. Kutarik tanganku tapi tak bisa. Kebiasaan!!!
Mo gue timpuk, kok kayaknya lagi Mello.... Ya udahlah, masak mo ribut. Kasihan ma yang punya acara di depan sana.
Lagi pula satpamnya lumayan banyak wira-wiri, mungkin karena ada acara. Kalo aku ribut sedikit saja, pasti mereka semua pada bereaksi. Tak ingin merusak suasana dengan keributan, aku biarkan saja dia.
Cuek! Padahal sedang bersama dengan orang asing saat ini. Tapi pemandangan di depan sana lagi indah-indahnya.
Aku ingin menikmati suasana yang langka ini. Jarang-jarang bisa nyantai di tempat indah begini. Ada rasa gembira dan bahagia, melihat orang-orang di depan sana juga bahagia.
“Ehem” tiba-tiba dia berdehem.
“Kamu senang aku ajak kemari?” Tanyanya lembut.
“Senang? Ya.... lumayan, di sini sangat indah” Jawabku. Syukurlah tanganku sudah dia lepas.
“Bahagia ya... Punya keluarga seperti mereka” ucapnya lagi.
“Keluargamu?” Tanyaku.
“Tak ada, aku tumbuh besar di panti asuhan” jawabnya pelan.
Aku sedikit terkejut. Tapi tak ingin larut. “Aku punya keluarga juga gak dekat-dekat amat seperti mereka yang di sana itu” jawabku.
“Maksudnya?”
Kepo.
Dan ya...aku pun bercerita.... “Ayahku sudah meninggal. Dan ibuku... Kami tidak terlalu dekat. Dia aneh”
“Hhhhhh.....siang hari sering memarahiku, malam hari sering menangis di samping tempat tidurku. Saat kutanya kenapa? Hanya kemarahan yang kudapat”
Kalo sudah membahas ibuku.... entahlah.
Yang ada ilfill.
“Tapi aku punya seorang kakak perempuan dan seorang adik laki-laki, kami cukup dekat, lumayan....cukup senang juga ada mereka”
“Dan untukmu... Kamu kuat dan sangat tegar ya menghadapi hidup” pujiku.
Karena cukup waoh, seorang anak dari panti asuhan bisa jadi perlente kayak gini. Ku kira tadi kekayaannya hasil warisan. Turun-temurun dari embah-embahnya.
“Sekarang ada kamu di sini, di sisiku, bersamaku, tentunya akan membuat hidupku lebih kuat dan tegar daripada sebelumnya” dia berkata sembari merebahkan badannya bertumpu pada kedua tangan yang disilangkan ke belakang kepala.
What?!!! Maksudnya? Di sisiku? Bersamaku? Hidupku? Kata-kata apa itu? Dihidupnya ada aku?
Mo protes....DUAR!!! Astagfirullah, kaget. Keras banget sih kembang api barusan. Kuelus dada.
Semilir angin yang bertiup terasa sejuk, kebahagiaan di depan sana, kembang api yang meliuk-liuk, ... Kurasa aku terhanyut suasana karena sekilas kulihat wajah Rajendra teduh.
Gak jadi deh. Protesnya.
Sama sekali berbeda dengan sikap saat kami pertama bertemu, saat itu dia dingin, dan kata-katanya menusuk.
Sekarang dia lembut dan Mello......Entahlah, tapi watak seseorang tidak akan berubah secepat itu.
Aku harus tetap waspada. Tapi saat ini biarlah kunikmati apa yang ada, yang bisa membuatku bahagia. Sementara. Paling tidak, suasana di sini bisa menghilangkan sedikit penat.
Saat mengantarku pulang, seperti biasa Rajendra mengecup keningku, menyuruhku salim.
Jengah!
Tapi janjinya ditepati. Dia memberikan hijab dan tasku. Yang aku agak terkejut adalah pertanyaannya sebelum pergi.
Dia bertanya apa aku punya pacar?
Ehem, mo gak dijawab....Tapi tatapannya serius. Takut sih, udah malem banget ini. Gimana klo dia kunci mobil lagi? Merinding ditatap intens.
Mending nurut aja dah.....kujawab sesuai kenyataan saja, bahwa seumur hidup aku tidak pernah berpacaran.
Jangankan pacaran, mikirin diri sendiri aja sesempatnya. Jarang-jarang.
Dia mendengarkan jawabanku tanpa ekspresi. Datar saja. Kemudian pergi dengan mengucapkan salam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 271 Episodes
Comments
Naruto Uzumaki
wow, thor! Gak sabar nunggu karya selanjutnya!
2024-01-29
1