Tangan seorang gadis melambai memanggil seorang pelayan. Di meja yang ditempatinya sudah ada empat buah piring kosong. Dia baru saja menghabiskan nasi putih dengan iga bakar saos padang, udang krispi dan vegetables salad. Seorang pelayan datang menghampiri salah satu pengunjung café tersebut.
“Saya pesan panacotta.”
“Siap, kak.”
Pelayan tersebut segera bergegas menuju dapur untuk mengambilkan pesanan tamu tersebut. Gadis itu sudah beberapa bolak balik karena pesanannya datang menyicil. Tak lama kemudian dia kembali dengan membawa satu buah panacotta. Setelah meletakkan di atas meja, pelayan tersebut segera berlalu.
Setelah menikmati panacota dan menghabiskan minumannya, tamu café itu bermaksud langsung pergi. Pelayan yang tadi melayaninya bergegas mendekat karena tamu itu belum membayar semua pesanannya.
“Maaf, kak.. ini bill pesanan kakak.”
Gadis itu hanya terdiam saja sambil memandangi bill di tangan pelayan di depannya. Dia kembali duduk lalu dengan gaya angkuhnya dia mengambil bill tersebut. Dilihatnya tagihan yang harus dibayar olehnya, total dua ratus sembilan puluh delapan ribu rupiah.
“Kamu tahu siapa saya?” tanya tamu itu.
“Maaf, saya tidak tahu.”
Gadis itu hanya berdecak saja. Dia mengambil ponselnya, kemudian membuka kanal utube. Tangannya bergerak meminta pelayan itu untuk mengambil ponsel di tangannya. kanal utube tersebut sedang menampilkan video gadis itu sedang memberikan ulasan di salah satu café yang didatanginya.
“Nama saya Brenda. Saya ini vlogger terkenal, kamu lihat kan followers saya banyak?”
“Maaf, kak. Saya kurang up date. Terus hubungannya dengan bill kakak apa ya?”
“Aku ini food vlogger. Setiap café yang saya datangi pasti langsung terkenal dan ramai. Makanan yang saya makan itu ngga sebanding harganya dengan ulasan yang aku kasih. Aku jamin café ini bakalan ramai terus.”
“Terima kasih atas ulasan positifnya. Tapi maaf, kakak harus tetap bayar.”
“Ck.. kamu ngerti ngga sih? Anggap aja makanan yang saya makan itu bayaran untuk ulasan saya!”
“Maaf, kak. Saya ngga punya wewenang untuk memutuskan. Silahkan kakak bicara saja dengan manajer saya.”
“Sana panggil manajer kamu!” kesal Brenda.
Pelayan tersebut segera meninggalkan Brenda. Dia langsung menuju ruangan sang manajer. Tak berapa lama kemudian seorang gadis berhijab datang menghampiri meja Brenda. Matanya menatap gelas, piring dan mangkok kosong di atas meja. Dia mengambil bill dari tangan sang pelayan lalu menaruhnya di atas meja.
“Selamat sore. Perkenalkan nama saya Aiza. Saya manajer di café ini.”
“Jadi kamu manajernya? Pelayan kamu sudah bilang kan apa yang saya katakan tadi?”
“Iya, sudah.”
“Oke, kalau begitu saya pergi dulu. Terima kasih untuk makanannya.”
Baru saja Brenda berdiri, namun gadis itu kembali duduk ketika Aiza menekan pundaknya. Dia terus menaruh tangannya di atas pundak Brenda, membuat gadis itu tidak bisa bangun. Matanya menatap nyalang pada Aiza.
“Silahkan bayar dulu tagihan anda.”
“Heh!! Kamu ngga tahu siapa saya? Saya itu vlogger terkenal! Mau kamu saya bikin bangkrut café ini dengan ulasan negatif saya hah?!”
Ucapan kencang Brenda tentu saja menarik perhatian pengunjung yang lain. Ada yang mengenali Brenda, dan ada juga yang tidak mengenalnya. Aiza hanya melemparkan senyum tipisnya menanggapi ucapan sombong tamunya.
“Bangkrut atau tidaknya café ini, biarkan menjadi urusan kami. Yang harus anda lakukan adalah membayar makanan yang sudah anda makan. Jumlahnya dua ratus sembilan puluh delapan ribu rupiah. Apa anda tidak punya uang untuk membayarnya?”
“Sembarangan! Kalau saya mau, saya bisa beli café ini. Saya ini datang untuk memberikan ulasan positif! Harusnya kalian bersyukur saya mau mengulas café ini!”
“Saya tidak pernah meminta anda melakukannya. Café ini sudah berdiri selama hampir lima puluh tahun. Sampai sekarang pun pengunjungnya tetap banyak, karena kami menyuguhkan makanan dengan cita rasa tinggi, pelayanan yang baik dan fasilitas beragam. Kami tidak butuh ulasanmu. Silahkan bayar tagihannya.”
“Bagaimana kalau saya ngga mau bayar?”
“Oke.. kami tidak akan memaksa kalau anda tidak mau bayar. Kami bukan orang kejam yang memaksa orang yang tidak mampu untuk membayar. Silahkan pergi, anggap saja makanan yang anda konsumsi tadi adalah sedekah kami untuk anda.”
Aiza mengambil bill dari atas meja, kemudian segera meninggalkan meja tersebut. Mendengar kata-kata Aiza, tentu saja membuat Brenda berang. Dia berdiri sambil berteriak kencang. Tangannya menunjuk pada Aiza.
“YAAAAA!!! Dasar sombong!! Makanan dengan cita rasa tinggi? Cih… rasa makanan yang kalian suguhkan itu sama sekali tidak enak. Aku tidak akan merekomendasikan tempat ini pada siapa pun. Lihat saja aku akan memberi ulasan negatif untuk café ini. Siap-siap saja menerima kebangkrutan!!”
Dengan kesal Brenda menyambar tasnya, kemudian segera meninggalkan tempat tersebut. Aiza hanya tersenyum tipis saja. Tadi dia sempat melihat piring dan mangkok di atas meja. Semuanya habis tidak bersisa.
“Nia.. coba kamu data, meja mana saja yang memesan makanan yang sama seperti tamu tadi, lalu berikan padaku. Secepatnya ya.”
“Baik, bu.”
Pelayan bernama Nia itu segera melakukan apa yang dikatakan oleh Aiza. Kurang dari sepuluh menit, dia sudah menyerahkan daftar meja yang diminta Aiza. Setelah menerima daftar, Aiza mendatangi meja tersebut satu per satu.
“Kamu rekam apa yang saya bicarakan. Rekamnya pakai video ya,” titah Aiza pada Nia.
“Baik, bu.”
Aiza mendatangi meja yang dihuni oleh lima orang. Semuanya adalah kawula muda. Kebetulan mereka memesan menu yang sama seperti Brenda. Aiza memberikan salamnya pada pengunjung tersebut.
“Maaf mengganggu waktunya sebentar. Kalau boleh, saya mau tanya. Gimana rasa makanan yang kalian pesan?”
“Aku pesan iga bakar saos padang, rasanya ajib banget. Ada level pedasnya juga. aku pesan yang stadium dua, pas pedasnya.”
“Aku pesan yang stadium empat. Asli pedas banget, tapi aku suka. Jempol rasanya.”
“Aku pesan udang krispi. Udangnya gurih, tepung krispinya juga garing dan renyah dan ada rasanya, ngga hambar.”
“Vegetables saladnya juga enak. Aku suka saosnya.”
“Panacottanya juga lembut banget. pokoknya rekomen banget deh makan di café ini.”
“Terima kasih.”
Setelah mendapatkan testimoni dari meja pertama, Aiza lanjut ke meja dua, tiga sampai enam. Nia terus merekam apa yang mereka katakan. Selesai merekam testimoni pada pengunjung, Aiza mengajak Nia ke ruangannya. Gadis itu kemudian mengunggah apa yang tadi direkamnya ke media social The Citizen, café yang dirintis oleh adik kakeknya, Farhan dan juga Agam.
🍄🍄🍄
“Aiza..”
Langkah Aiza terhenti ketika terdengar suara sang ayah memanggilnya. Gadis itu segera menghampiri Zidan yang duduk di ruang tengah. Zidan adalah anak pertama pasangan Fahri dan Putri. Zidan menikah dengan Deandra, anak dari Vano dan Talitha. Dari hasil pernikahannya, dia mempunyai tiga orang anak, Eraz, Ghazi dan Aiza.
“Ada apa, yah?”
“Ayah dengar kabar ngga baik dari café.”
“Kabar apa, yah?”
Aiza berpura-pura tidak tahu, padahal dia sudah mengerti arah pembicaraan sang ayah. Pasti ada yang sudah mengadukannya. Sudah satu bulan Aiza bekerja di The Citizen membantu Althaf, anak pertama Farhan dan Luna mengelola café. Kadang Aiza juga dibantu oleh Fara, anak bungsu Althaf.
“Kamu tadi berantem dengan pelanggan?”
“Bukan berantem, ayah. Aku cuma negur aja. Lagian tuh pengunjung songong banget. ngaku-ngaku vlogger, ujung-ujungnya minta digratisin makan. Modus banget, kan?”
“Tapi kamu harusnya jangan ngomong kasar kaya tadi. Ada yang videoin apa yang kamu bilang dan diupload ke medsos. Lihat sendiri banyak komentar yang nyudutin kamu.”
“Biarin aja, yah. Anjing menggonggong kafilah berlalu.”
“Tapi.. ngaruh juga ke café akhirnya. Apalagi yang kamu singgung itu anaknya salah satu direktur di Das Archipel.”
“Terus?”
“Takutnya ayah, dia gunain kekuasaan papanya buat menekan om Althaf.”
“Masa sih sampai segitunya?”
“Brenda itu anak manja yang selalu ingin mendapatkan apa yang diinginkannya. Selain manja, dia juga banyak akal bulusnya. Ayah ngga mau aja urusan sepele kaya gini malah jadi panjang.”
“Soal itu gampang, yah. Aku tinggal minta tolong sama bang Bibie aja. Kan bang Bibie kenal sama om Kenan, hihihi..”
“Nah ngomong soal Bibie. Udah waktunya kamu resign dari café. Kamu kerja di Infinity Corp. aja. Kebetulan mereka lagi kekurangan tim promosi. Ayah udah bilang sama Bibie. Dia bilang kamu bisa kerja mulai besok.”
“Hah? Ngga bisa gitu dong, yah. Terus urusan di café gimana?”
“Ada Fara yang urus. Pokoknya kamu besok kerja di Infinity atau kalau kamu ngga mau, kamu jadi asisten Eraz aja.”
“Ngga mau! Aku kerja di Infinity aja.”
Dari pada menjadi asisten kakaknya yang lebih banyak diam dibanding bicara, lebih baik bekerja di Infinity Corp. Walau Irzal memiliki sikap yang sama seperti kakaknya, tapi setidaknya dia akan bekerja di divisi yang berbeda. Tidak harus menempel pada Irzal seperti jika menjadi asisten Eraz.
“Aku ke kamar dulu, yah.”
Aiza segera naik ke lantai atas lalu masuk ke kamarnya. Dia merebahkan tubuhnya sesampainya di kamar. Matanya menatap langit-langit kamar. Terdengar hembusan nafas panjangnya. Besok dia akan menjalani hari baru, sebagai pegawai baru di tempat yang baru. Aiza mengangkat kedua tangannya kemudian berdoa.
“Ya Allah, berikan hamba kekuatan untuk besok. kalau bisa, jangan sampai hamba ketemu bang Bibie. Kalau ketemu, mudah-mudahan dia lagi sakit dan tenggorokan. Jadi hamba ngga usah dengar omongannya yang bikin naik darah dan lihat matanya yang udah kaya mata elang. Uppss.. maaf om Elang, bukan om yang aku maksud. Tapi emang anak om yang onoh suka bikin orang kesal. Lindungilah hamba ya, Allah. Hamba janji akan jadi hamba yang lebih solehah, baik, cantik, kalem, bersahaja dan rajin menabung, aamiin..” Aiza mengusap wajah dengan kedua tangannya.
🍄🍄🍄
Kejar Daku, Kau Kujerat sama seperti Hate is Love ya. Kisah para sepupu Azzam diceritain langsung bersamaan. Kita tinggalin dulu Alden. Sekarang kita ikuti kisah Aiza. Tahu dong Aiza jodoh siapa? Kan udah aku spill di Azzam😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Mur Wati
🤣🤣🤣 doanya ada ada aja
2024-12-10
1
Mur Wati
ya udah beli jgn omdo lah
2024-12-10
1
Siti Cholifah Cholifah
sdh lupa siapa kira2 jodoh Aiza 🤭🤭
2024-10-10
1