Kejar Daku Kau Kujerat
Alden membuka pintu lemari, lalu memilih dan mengeluarkan beberapa pakaian dari dalamnya. Saat tengah melakukan itu, pintu kamarnya terketuk. Dari arah luar, masuk Alisha. Mata Alisha langsung tertuju pada pakaian sang anak yang ada di atas kasur. Di sebelahnya terdapat koper yang masih kosong dan dibiarkan terbuka.
“Belum selesai, Al?”
“Baru juga mulai beres-beres ma, hehehe..”
“Sini mama bantu.”
Alisha membantu melipat pakaian dan memasukkannya ke dalam koper. Alden baru saja menyelesaikan kuliahnya dan menyandang gelar Sarjana Hukum. Dia langsung mengikuti seleksi sebagai CPNS di Kejaksaan RI dengan formasi sebagai jaksa. Berkat otak encernya, dia berhasil diterima dan sekarang harus mengikuti pendidikan Jaksa Penuntut Umum di Jakarta. Pria itu akan berada di sana, antara delapan bulan sampai satu tahun. Alden yang sejak duduk di bangku SMA bercita-cita sebagai Jaksa, perlahan mulai mencapai impiannya.
Viren sudah menyiapkan satu unit apartemen untuk anaknya tinggal selama di Jakarta. Juna juga sudah menyiapkan satu buah mobil untuk aktivitas cucunya. Sepenuh hati Juna mendukung keinginan cucunya yang ingin bercita-cita menjadi abdi negara, seperti Azzam. Kevin yang awalnya tidak setuju, akhirnya merelakan cucunya menjalani pilihannya.
“Kalau libur, jangan lupa pulang.”
“Iya, ma. Kan Bandung – Jakarta ngga jauh.”
“Pokoknya harus sering-sering kasih kabar.”
“Iya, mamaku sayang.”
Alden menghentikan apa yang dilakukannya, kemudian memeluk wanita yang sudah mengandung dan melahirkannya. Wajar saja kalau Alisha terus mengingatkan anaknya untuk memberi kabar atau pulang di saat libur, wanita itu belum pernah berpisah lama dari anak bungsunya ini.
Selesai membantu Alden mengurus barang bawaannya, Alisha mengajak anaknya keluar kamar. Dia juga sudah menyiapkan makanan yang bisa dibawa Alden ke Jakarta nanti. Vanila juga menyempatkan diri membuatkan makanan untuk adiknya. Alden menuju ruang tengah. Di sana, Juna dan Nadia tengah duduk sambil menonton televisi. Pria itu duduk di antara kakek dan neneknya.
“Persiapanmu sudah selesai?” tanya Juna.
“Sudah, grandpa.”
“Baik-baik ya, selama di Jakarta. Jaga pergaulan, jangan sampai terbawa pergaulan yang tidak baik.”
“Iya, grandma sayang.”
“Teman satu kampusmu, siapa saja yang ikut ke Jakarta?”
“Cuma Yonas aja.”
“Dia tinggal di mana selama di Jakarta?”
“Belum tahu.”
“Kalau dia belum punya tempat tinggal, ajak saja tinggal bersamamu.”
“Iya, grandpa.”
Alden memang berencana mengajak Yonas tinggal bersamanya. Uang untuk biaya sewa selama tinggal di Jakarta bisa digunakan untuk keperluan lain.
“Jangan lupa, pulang dari Jakarta, bawa calon istri,” sambar Vanila yang baru saja datang. Wanita itu mencium punggung tangan Juna dan Nadia bergantian kemudian mendudukkan diri di samping Nadia.
“Ck.. gue ke Jakarta buat belajar ya, bukan cari jodoh.”
“Ya sambil menyelam nangkep ikan, emangnya ngga bisa? Atau jangan-jangan lo ngga laku ya.”
“Sembarangan. Kaga lihat muka gue ganteng?’
“Ya ganteng lah, lo kan laki. Kalau cantik berarti perempuan.”
Alden hanya berdecak saja. Kakak satu-satunya ini tidak pernah mau mengakui kegantengannya. Walau sampai sekarang dia masih berstatus jomblo, tapi bukan berarti tidak ada perempuan yang mau padanya. Hanya saja pria itu sekarang tengah berkonsentrasi meraih cita-citanya.
“Tenang aja, kalau pulang dari Jakarta dia masih jomblo, grandpa dan kakek Abi siap mencarikan jodoh buat dia.”
“Oh iya, sampai lupa. Grandpa sama kakek Abi kan udah buka biro jodoh, hihihi..”
Vanila terkikik sendiri mendengar ucapannya. Sejak pensiun, aktivitas pandawa lima berubah haluan. Dari yang semula adalah pengusaha, menjadi pak comblang. Sudah banyak pasangan yang berhasil disatukan oleh mereka. Tapi tentu saja, klien mereka adalah cucu sendiri.
🍄🍄🍄
Keesokan paginya, Alden sudah bersiap untuk berangkat ke Jakarta. Barang-barang pria itu sudah semuanya masuk ke dalam bagasi, termasuk bekal makanan yang sudah disiapkan oleh Alisha juga sudah masuk. Alden hanya tinggal menunggu Yonas yang masih dalam perjalanan. Rencananya pria itu akan pergi bersama dengan Yonas.
Tak butuh waktu lama, orang yang ditunggu muncul juga. Yonas turun dari taksi online yang ditumpanginya. Dia membawa sebuah koper berisi pakaian, tas ransel berisi keperluannya yang lain dan juga tas berisi laptop. Alden segera membukakan bagasi untuk barang-barang temannya itu.
“Sudah siap semua? Tidak ada yang ketinggalan?” tanya Alisha.
“Ngga ada, ma.”
“Hati-hati di sana, Al. Belajar yang benar. Pilih teman yang bisa membawamu pada kebaikan.”
“Siap, pa.”
Satu per satu Alden menyalami Alisha, Viren, Juna dan Nadia. Yonas pun ikut menyalami keluarga dari temannya itu. Dia beruntung Alden menawarkan tempat tinggal selama di Jakarta. Dengan begitu dia bisa mengirit pengeluaran. Alden mendekati Vanila yang sengaja datang untuk melepaskan kepergiannya.
“Kak, gue pergi dulu, ya.”
“Hati-hati, Al. Jangan lupa makan dan jaga kesehatan.”
“Iya, kakak juga. Jangan terlalu capek.”
Alden memeluk Vanila. Hubungan keduanya memang dekat. Walau kadang keduanya sering terlibat perdebatan, namun nyatanya keduanya saling menyayangi. Alden melepaskan pelukannya, kemudian menghampiri Rakan yang juga ikut mengantarnya pergi. Rakan memeluk adik iparnya itu seraya menepuk pelan punggungnya.
“Sukses buat karirmu. Kalau abang ke Jakarta, abang sempatkan untuk menengokmu.”
“Iya, bang. Makasih. Aku titip kak Ila.”
“Iya, tenang aja.”
Dari arah rumah Abi, nampak Gilang datang mendekat dengan keranjang yang sudah dibungkus kertas kado transparan. Sambil melemparkan cengiran khasnya, pria itu mendekati Alden yang sudah bersiap untuk pergi.
“Bang.. udah mau pergi?” tanya Gilang.
“Iya.”
“Weh ada studio foto,” Gilang melihat pada Yonas yang nampak mengernyitkan keningnya.
“Studio foto?” tanya Yonas.
“Yoi.. nama abang kan sama kaya nama studio foto di jalan Banda, hahaha..”
“Asem.”
Gilang tertawa puas melihat kekekian di wajah Yonas. Kemudian pria itu menyerahkan bingkisan yang sedari tadi berada di tangannya pada Alden.
“Apaan ini?”
“Bekal dari gue, bang.”
Alden memandangi keranjang buah yang isinya hanya jagung rebus sebanyak lima buah.
“Lo kaga niat banget ngasih gue beginian.”
“Eh jangan salah. Itu jagung rebus bisa buat ganjel perut. Bisa digerogotin sambil nyetir. Udah gitu ini makanan ngetop, sampe ada lagunya.”
“Oh yang liriknya bikin salfok,” ceplos Yonas.
“Ketika dibuka bajunya, kelihatan bulunya. Idiih.. idiih.. terlihat pula bijinya. Bentuknya ada yang panjang, juga ada yang pendek. Idiih.. idiih… tapi banyak yang suka.”
Gilang menaruh kepalan tangan di depan mulutnya. Dia menyanyikan lagu jagung rebus yang liriknya sukses membuat orang yang mendengarnya traveling otak. Alden hanya menggelengkan kepalanya saja melihat tingkah saudara sepupunya yang gilanya tidak ada obatnya.
“Ma, pa, grandpa, grandma, kak Ila, bang Rakan aku pergi dulu. Assalamu’alaikum.”
“Waalaikumsalam. Hati-hati sayang,” seru Alisha.
“Sama gue kaga pamit, bang?” protes Gilang.
“Males.”
Alden segera masuk ke dalam mobil bersama dengan Yonas. Pria itu menurunkan kaca jendela setelah menyalakan mesin mobil. Sambil melambaikan tangannya pria itu menjalankan kendaraan roda empatnya. Dia sudah siap merantau ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan sebagai langkah awal untuk mencapai cita-citanya sebagai Jaksa.
🍄🍄🍄
Haiii.. Cerita baru sudah hadir. Kisah sepupu Azzam yang masih menjomblo pada jamannya. Jangan lupa like, komen dan rate bintang 5 ya.
Karena masih bingung dengan sistem retensi NT. Berdasarkan pengalaman Azzam, aku akan libur per 4 hari ya. Ini salah satu cara yg aku pakai biar retensi nya sampai target. Terima kasih🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Hilmiya Kasinji
ijin baca kak
2025-04-24
1
sakura hanae @ mimie liyana❤️
Aku baru mampir kerana penasaran kok ga ada kelanjutan Azzam? Lahhh rupanya malah ketinggalan kereta😢...... Berarti ngebut nih aku bacanya😅
2024-08-15
2
¢ᖱ'D⃤ ̐🔵⏤͟͟͞R𝔞shqι🐬𝐀⃝🥀
Wah yang Ini Edisi Cucunya Juna ya Bund. Sukses ya Alden. Semoga Menyusul Kesukssan Saudara Lainnya
2024-05-17
1