Bab 20

Mobil milik Sara yang di kendarai oleh Sean melaju menyusuri jalanan menuju sekolah. Sean nampak menikmati pagi itu dengan Sophia yang terus mengoceh menceritakan tentang bagaimana dirinya menghajar teman-temannya.

“Uncle, maafkan aku tadi menyebutmu Daddy di depan mommy.” Ucap Sophia mengalihkan pembicaraan.

“Hei it’s oke. Aku sama sekali tidak keberatan.” Jawab Sean sambil tersenyum melirik sebentar ke arah Sophia.

“Aku ingin tahu bagaimana rasanya disayang daddy. Selama ini hanya ada mommy di sisiku.” Kata Sophia.

“Kau boleh memanggilku daddy, princess.” Jawab Sean.

Sophia menggeleng lemah sambil mengerucutkan bibirnya.

“Aku takut mommy marah.”

“Never, aku akan menikahi mommy mu dan aku akan menjadi daddy mu. Bagaimana?”

“Benarkah??” Mata Sophia berbinar melihat ke arah Sean.

“Tentu saja.” Jawab Sean dengan senyum yang melebar.

“Baiklah aku akan memanggilmu daddy mulai hari ini dan seterusnyaa!!!” Sophia berteriak kegirangan sambil tertawa bahagia.

Sean yang melihat hal itu ikut tersenyum lebar menampilkan deretan giginya yang rapi. Di saat Sean dan Sophia merayakan kebahagiaan mereka, ponsel Sean yang digunakan sebagai maps dan ditaruh di depan pun berdering. Terlihat nama Rio di layar ponselnya. Sean yang sejak tadi sudah memasang earphone bluetoothnya pun segera mengangkat panggilan dari Rio.

“Ya..” Ucap Sean.

“Tuan sebentar lagi klien kita akan segera tiba di lokasi proyek.” Ucap Rio di sebrang sana.

“Hmm sebentar lagi aku akan ke sana. Aku sedang mengantar putriku ke sekolah.” Jawab Sean dengan dingin.

Sean pun memutus panggilannya.

“Siapa dad?” Tanya Sophia.

“Dia sekretaris daddy. Yang tadi membawakan koper ke rumah mommy mu.” Jawab Sean.

Sophia hanya ber oh ria.

Beberapa menit setelah percakapan tadi mereka pun sampai di parkiran sekolah. Sean pun mengantar Sophia sampai ke dalam kelas. Sophia terus menggenggam tangan Sean seakan-akan ingin membuktikan kepada temannya terutama Minho bahwa Sophia memiliki daddy.

Sean menjadi pusat perhatian karena wajahnya yang sangat tampan dan juga ukuran tubuhnya yang sangat tinggi. Saat mereka sampai di depan kelas, Sean berjongkok menghadap Sophia.

“Sayang belajar yang baik. Jika ada yang menyakitimu kau boleh membalasnya.” Ucap Sean sambil memegang bahu Sophia.

“Waah daddy sangat berbeda dengan mommy. Mommy tidak pernah mengizinkan itu padaku.” Ucap Sophia.

“Hei Sophia, siapa dia? Apakah sekarang mommy mu menjadi simpanan?!”

Sophia sudah mengenal suara itu ia pun menengok ke arah kiri dan melihat Lee Minho sedang berjalan nenuju ke arah Sophia.

“SHUT UP!” Sophia berlari ke arah Minho dan mendorong Minho hingga ia terjungkal ke belakang.

Sean masih memperhatikan Sophia dan anak lelaki yang sedang bertengkar di hadapannya. Sean mengakui bahwa ucapan Lee minho sangat keterlaluan dan patut untuk dibalas.

Lee Minho bangun dengan wajah yang memerah karena malu dan marah.

“Dasar perempuan bar bar!” Ucap Minho yang sudah terbangun dan hendak membalas Sophia dengan mendorongnya.

Dengan sigap Sean menarik dan mengangkat tubuh Sophia, hal itu malah membuat Minho jatuh tersungkur ke lantai dan membuat hidungnya berdarah.

*

*

Sara sedang sibuk membersihkan rumahnya, tepatnya di bagian dapur. Sean benar-benar mengacaukan dapurnya meskipun sebenarnya dalam hati Sara ia merasakan sedikit kehangatan.

Setelah selesai Sara pun bergegas mandi dan akan pergi ke toko kue nya. Baru saja Sara keluar dari rumahnya, ponselnya berdering. Tak ada nama penelpon di layarnya.

“Ya halo.”

“Nyonya Sara, bisakah anda datang ke sekolah? Ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan anda.” Ucap seseorang di sebrang sana.

“Ah ya baiklah. Aku akan segera ke sana.”

‘Sophia apa lagi yang kau perbuat di minggu pertama sekolahmu.’ Sara membatin.

Sara bergegas menuju sekolah menggunakan taxi. Ia berpikir Sean menggunakan mobilnya untuk ke lokasi proyek yang akan ia tinjau hari ini.

Sesampainya di sekolah Sara langsung menuju ruangan guru konseling. Di sana sudah ada Minho beserta kedua orang tuanya dan Sophia bersama Sean.

Sara nampak kebingungan kenapa Sean masih berada di sekolah.

“Silakan duduk nyonya.” Ucap guru konseling tersebut.

“Ada apa Miss? Apakah anak saya berbuat ulah?” Tanya Sara.

“MOM!” Sophia tak terima mendengar ucapan Sara.

“Bukan Sophia sayang, tapi anak tengil itu.” Sean menengok ke arah Minho dan memberikan tatapan tajam kepada bocah tengil itu.

Sara masih kebingungan ia pun meminta guru konseling tersebut untuk menjelaskan semuanya. Mengalirlah cerita yang sebenarnya dengan bukti berupa video cctv.

“Tuan Lee Jae Yeol, putra anda sudah sangat keterlaluan. Astaga bahkan dia memanggil istriku simpanan? Andai saja aku tahu dari awal bagaimana perlakuan anakmu terhadap keluargaku, aku akan menolakmu bekerja sama dalam proyek kali ini.” Ucap Sean dengan sangat mudah.

“Maafkan aku dan anak ku Tuan Sean. Ini salahku, aku gagal dalam mendidiknya.” Jawab ayah Minho sambil menundukkan kepalanya khas orang Korea.

“Ayo minta maaflah nak.” Ucap Jae Yeol kepada anaknya.

Minho terlihat sangat kesal, meski begitu ia harus tetap meminta maaf kepada Sara dan Sophia.

“Ahh seharusnya kita bertemu di lokasi proyek hari ini. Tapi aku tidak menyangka kita akan bertemu di sini.” Ucap Sean sambil menyilangkan kedua kaki dan tangannya.

“Ingat Tuan Jae Yeol, aku tidak akan segan-segan membatalkan kerja sama kita. Aku tak akan rugi sepeser pun. Dan kau anak nakal, jangan sekali-kali kau berani mengganggu putriku lagi. Ingat itu!” Sean memberikan penekanan terhadap semua ucapannya.

Sara hanya diam bergeming mendengar ucapan Sean yang menyebut Sophia dengan kata putriku

Sean pun pergi meninggalkan ruangan guru konseling dengan menggamit lengan Sara dan Sophia untuk mengajak keduanya pergi. Ketiganya langsung memasuki mobil dan lebih memilih untuk memindahkan Sophia dari sekolah tersebut.

“Sophia, kau harus bisa ilmu bela diri. Hidup di dunia itu memang keras. Sewaktu-waktu kau pasti akan membutuhkannya.” Ucap Sean sambil fokus menyetir.

“Sean dia anak perempuan. Jangan mengajarinya seperti laki-laki!” Jawab Sara tak terima.

“Sayang, ini sangat penting.”

“Sean cukup! Dia anakku, kau tidak berhak mendiktenya harus seperti apa!” Jawab Sara dengan kesal. Tapi Sean selalu santai dalam menanggapinya.

“Aku akan menikahimu agar Sophia bisa menjadi anakku.”

Sara hanya melirik ke arah Sean dan memberikan tatapan tajam. Sophia yang duduk di belakang dan mendengarkan perdebatan antara Sara dan Sean hanya diam dan memasang wajah tak pedulinya.

‘Whatever’ ucap batin Sophia.

Sean nampak mengutak-atik layar ponselnya kemudian melakukan panggilan kepada sekretarisnya, Rio.

"Ya halo, Rio. Hari ini kita tidak jadi bertemu klien. Kau bisa libur untuk sementara dan gunakan waktumu untuk berjalan-jalan. Aku hanya memberikanmu libur untuk hari ini saja." Ucap Sean.

Belum sempat Rio menjawab, Sean sudah memutus panggilannya secara sepihak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!