Bab 15

Sebuah mobil van berwarna hitam dengan kaca jendela dan body mobil yang anti peluru, sedang terparkir di basement apartemen tempat tinggal Aidan. Mereka adalah para pengawal Natha yang sedang menjalankan misi khusus dari bos nya. Sudah sejak kemarin mobil itu ada di sana untuk mengawasi Aidan. Dan sekarang sudah saatnya.

“Apakah target sudah muncul?” Tanya seorang yang duduk di belakang kepada temannya yang duduk di samping jok kemudi.

“Belum.” Jawabnya singkat sambil terus mengawasi.

Tiba-tiba saja Aidan muncul dengan berjalan kaki dengan pakaian khas bangun tidurnya.

Beberapa orang menggunakan pakaian serba hitam pun segera keluar. Beruntung di sana tidak terlalu ramai. Mereka bisa membawa Aidan dengan lebih leluasa.

“HEH APA-APAAN INI?” Teriak Aidan saat dirinya ditarik paksa.

“DIAM ATAU KAU LEBIH MEMILIH UNTUK KU BUNUH?” Ucap seseorang yang memegang tangan Aidan di belakang.

“SIAPA KALIAN? HELP ME!!!!” Aidan berteriak saat orang-orang itu menyeret Aidan masuk ke dalam mobil. Jarak dari lokasi Aidan menuju mobil van tadi cukup jauh meskipun masih sama-sama di area basement.

“Kau merepotkan sekali.” Ucap salah satunya yang kemudian mengeluarkan obat bius yang sudah dituang pada sebuah kain.”

“HELP.. HE MMMPPHHH!!” Teriak Aidan saat di bekap. Kemudian selang beberapa menit Aidan tak sadarkan diri dan mereka membawanya ke dalam mobil.

“Tuan sudah beres.” Ucap salah satu pengawal menelpon Natha.

“.....”

“Baik tuan.” Jawabnya.

BIP

Ponsel pun langsung di matikan.

“Ayo kita langsung bawa ke villa.”

Mobil pun melaju membawa Aidan ke villa milik Leon yang berada di pegunungan.

*

*

Natha yang mendapat kabar bahwa Aidan sudah di dapatkan pun segera menghubungi Sean.

“Sean, sekarang.” Ucap Natha dengan singkat, padat dan jelas namun dapat di mengerti oleh Sean.

Tak lupa Natha pun menghubungi Leon yang sudah standby di villa nya lebih dulu. Leon pun memerintahkan kepada anak buahnya untuk menyiapkan tali dan kursi di sebuah gudang di belakang villa nya.

Sean sedang bersama Andrew. Saat Sean menerima panggilan dari Natha, mereka berdua langsung berangkat menuju villa milik Leon.

Sean menancap gas dengan kecepatan tinggi. Mobil dengan harga fantastis itu melaju membelah jalanan dan menyalip beberapa kendaraan di depannya.

Satu jam kemudian Sean dan Andrew tiba di villa. Di susul sepuluh menit kemudian dengan kedatangan Natha.

“Dimana si bajingan itu?” Tanya Andrew dengan tidak sabar. Padahal ia baru saja turun dari mobil.

“Mari ikut saya paman.” Ucap Leon.

Leon, Natha, Sean, Andrew dan semua pengawalnya yang sekitar tiga puluh orang berjalan menuju gudang.

“Kalian tunggu di luar.” Perintah Leon kepada seluruh pengawalnya.

Sean, Natha, Leon dan Andrew pun masuk ke dalam gudang. Mereka melihat Aidan sudah duduk di kursi dalam keadaan tubuh, tangan dan kakinya terikat. Serta kepalanya di bungkus kain.

Dengan kasar Andrew membuka bungkusan yang menutupi wajah Aidan.

“Akhirnya kita bertemu Aidan.” Ucap Andrew.

Aidan yang masih menyesuaikan pandangannya berusaha untuk mengenali siapa yang berbicara dengan dirinya. Matanya menyipit agar bisa melihatnya.

“Paman Andrew..” Lirih Aidan. “Pa-paman lepaskan aku. Paman datang untuk menolongku? Oh god terimakasih.” Ucap Aidan dengan sangat percaya diri.

“Ya benar aku akan melepaskan mu. Tapi nanti setelah aku puas memberikan pelajaran kepada mu dasar sialan!” Ucap Andrew dengan emosi yang sudah tidak bisa ia kendalikan.

BUGHH

BUGHH

BUGHH

Andrew berkali-kali meninju di bagian wajah bahkan hingga ke bagian perut. Andrew bahkan menendang Aidan hingga terjungkal bersamaan dengan kursi yang ia duduki.

“Kau memang tidak tahu terimakasih Aidan Foster.” Ucap Andrew.

Andrew kembali membangunkan Aidan agar ia dan kursinya kembali tegak. Dan lagi-lagi Andrew menghabisi Aidan yang wajahnya sudah penuh lebam bahkan darah. Matanya pun membengkak dan membiru terkena pukulan telak dari Andrew.

“Pa-paman.. A-apa yang kau lakukan?” Ucap Aidan dengan kesulitan. Bicaranya pun tercekat karena menahan sakit di sekujur tubuhnya.

“KAU MASIH BERTANYA APA YANG AKU LAKUKAN BAJINGAN?!!” Teriak Andrew tepat di depan wajah Aidan.

“KAU SUDAH MENGHAMILI ANAK KU, KAU TIDAK INGIN BERTANGGUNG JAWAB, BAHKAN KAU TIDAK MENGAKUI BAHWA ITU ADALAH DARAH DAGINGMU, DAN SEKARANG KAU BERTANYA APA YANG AKU LAKUKAN?! KAU BENAR-BENAR ANJING SIALAN, AIDAN!” Andrew sudah sangat kehabisan stok kesabarannya. Ia terus memukuli Aidan dengan sangat brutal tetapi ia masih bisa membatasi. Karena tujuan Andrew bukan untuk membunuh Aidan, melainkan membuatnya tersiksa.

Aidan terkapar di lantai dengan tubuh yang masih terikat di kursi. Ia terbatuk dan memuntahkan darah.

Sean, Natha dan Leon hanya berdiri memperhatikan Andrew yang menyiksa Aidan. Mereka hanya akan menjadi hidangan penutup setelah Andrew puas menyiksanya.

Nafas Andrew terengah-engah. Menyiksa Aidan dengan amarah yang besar cukup menguras energinya.

“Sean selebihnya kau yang atur.” Ucap Andrew sambil mengatur pernafasannya.

“Kau beruntung aku sudah tua Aidan. Jika aku masih seumuran dengan mu, akan ku siksa kau lebih dari ini. Mungkin kau akan ku buang ke kandang singa untuk menu makan siang hewan kesayangan ayah ku.” Ucap Andrew sambil berlalu meninggalkan gudang.

Leon kemudian memangil salah satu pengawalnya. Dan memintanya untuk membangunkan Aidan. Setelah Aidan dan kursinya kembali duduk, ketiga pria tampan tersebut mendekat.

“Wah akhirnya hidangan penutup ini tersaji di meja makan. Aku sudah tidak sabar menunggu giliran. Siapa yang akan lebih dulu?” Tanya Natha kepada ke dua sahabatnya.

Sean pun maju. Ia menggulung setengah lengan bajunya, dan bersiap untuk memberikan pukulan.

“Ini adalah kedua kalinya aku memukulmu anjing sialan.” Ucap Sean.

BUGH

BUGH

BUGH

Tanpa ampun Sean memukuli Aidan.

“Seharusnya waktu itu kau ku bunuh saja Aidan. Kau salah mencari lawan. Ku biarkan kau karena itu perintah Sara. Wanita yang sangat aku cintai dari dulu. Tapi kau sekarang malah menyakitinya. Kau merusak kesempatan yang jarang aku berikan pada semua orang.” Ucap Sean dengan serius.

Natha dan Leon pun bergantian memberikan pukulan telak di wajah Aidan. Saat ini wajah Aidan benar-benar tidak berbentuk.

“Ah satu lagi. Kau tidak boleh membocorkan kehamilan Sara kepada siapapun termasuk media. Dan kau harus bisa membungkam mulut sampah selingkuhan mu itu. Jika tidak, maka kau akan kembali ke tempat ini dan tak akan pernah bisa keluar!” Ancam Sean kepada Aidan.

Leon memangil pengawalnya lagi untuk membawa kembali Aidan ke dalam mobil.

“Bawa lalu buang di jalanan, atau di hutan dimana pun itu terserah kalian.” Ucap Leon memberikan perintah.

“Baik Tuan..” Ucap para pengawal dengan serempak.

Mereka pun melepas ikatan di tubuh Aidan dan menyeret tubuhnya yang lunglai tak berdaya ke dalam mobil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!