Bab 9

Sara terbangun dari tidurnya. Ia mengecek ponselnya dan melihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Sara melihat Sean masih tertidur di sampingnya dan lengan kekarnya masih melingkar di atas perut Sara.

‘Tidak, ini salah. Aku tidak boleh seperti ini. Aku sedang mengandung anak Aidan dan aku seharusnya tidak boleh tidur dengan pria lain selain Aidan’ dewi dalam batin Sara berucap.

Sara memutuskan untuk beranjak dari ranjang. Perlahan ia melepaskan lengan kekar Sean. Kemudian Sara berjalan menuju sofa di dekat balkon kamar. Ia duduk di sana dan mengscroll layar ponselnya, berharap ada pesan masuk dari Aidan. Tapi sayang, tak ada notifikasi apa pun dari Aidan.

Sara menekan tombol kontak, ia ingin menelpon Chris dan meminta izin agar jadwalnya hari ini dibatalkan. Sara bahkan siap jika harus mengganti rugi semuanya. Bukan hal sulit untuk Sara.

Saat ini Sara masih menunggu kabar dari Aidan. Ia harap-harap cemas dengan keputusan Aidan. Apakah ia akan bertanggung jawab atau tidak? Aidan terus mengulur waktu dan terus meminta Sara untuk menggugurkan janinnya. Tapi Sara tidak bisa, ia tidak mau.

Aidan mengancam jika Sara tidak menggugurkan kandungannya, ia akan meninggalkan Sara. Tentu saja Sara tidak bisa hidup tanpa Aidan. Sara berpikir keras untuk keputusan yang akan ia ambil. Apa memang seharusnya ia menggugurkan kandungannya? Agar hidup Sara dan hidup Aidan bebas kedepannya tanpa banyak orang yang mengetahui bagaimana aib mereka?

Akhirnya Sara mencoba untuk menghubungi Aidan. Tapi sayang, berkali-kali Sara menelponnya ponsel Aidan tidak bisa dihubungi sama sekali.

“Oh For God Sake, aku harus bagaimana?” Sara mondar-mandir sambil meremas rambutnya frustasi. Tangisnya kini perlahan keluar membasahi pipinya. Hatinya tidak tenang, ia benar-benar cemas.

Tiba-tiba saja rasa mual kembali muncul dan benar-benar tidak bisa ditahan. Sara berlari kecil menuju kamar mandi kemudian berjongkok di depan toilet duduknya.

Hoeeek

Sara berusaha mengeluarkan semua isi perutnya. Namun sayang, hanya cairan bening yang bisa ia keluarkan. Ah rasanya morning sickness ini benar-benar menyiksanya. Saat Sara masih terduduk di depan toilet, tiba-tiba saja Sean sudah berada di samping Sara.

“Sara kau tak apa?” Tanya Sean dengan lembut.

“Aku tak ap-“

Hooeeek

Lagi, belum sempat Sara menyelesaikan ucapannya rasa mual itu kembali datang. Sean memegangi rambut Sara menggunakan tangan kirinya, dan tangan kanannya ia gunakan untuk memijat tengkuk Sara. Mereka nampak seperti pasangan suami istri yang harmonis.

“Aku tak apa Sean.” Ucap Sara sambil berdiri kemudian berjalan menuju wastafel untuk membersihkan mulutnya dan membasuh wajahnya.

“Apa hal ini biasa terjadi pada wanita hamil?” Tanya Sean dengan penasaran sambil terus mengekori kemana pun Sara melangkah.

“Ya. Sebagian besar wanita hamil akan mengalami ini.” Jawab Sara. “Pergilah Sean. Aku ingin beristirahat di sini tanpa ada siapapun.” Pinta Sara kepada Sean.

“Aku tak mungkin meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini Sara.”

“Sean ku mohon.” Jawab Sara.

Sean menghembuskan nafasnya gusar. Mau tidak mau ia harus melakukannya.

“Baiklah, kabari aku jika terjadi sesuatu.” Ucap Sean. Sara menjawab dengan anggukan dan senyuman.

**

Derap langkah terdengar cukup nyaring. Bunyi dari sepasang stiletto yang menyentuh lantai membuat sekretaris Sean yang sedang berkutat dengan pekerjaannya pun tidak fokus.

“Apakah Sean ada di dalam?”Tanya wanita tersebut kepada sekretaris Sean.

“Ada di dalam nona.” Jawab Dania.

Wanita itu pun kembali melanjutkan langkahnya kemudian langsung menarik handle pintu ruangan Sean.

“Sebuah keajaiban kau ingin menemuiku sayang.” Ucap wanita itu sambil mendaratkan bokong sintalnya di atas sofa yang berada di depan meja kerja Sean. “Kau ingin mencobanya denganku kali ini?” Tanya nya lagi.

“Turunkan sedikit kepercayaan dirimu itu, Clara. Kau tidak semenarik itu untuk ku coba.” Jawab Sean sambil merapikan berkas-berkas yang baru selesai ditanda tangan olehnya.

“Ck, naif sekali. Padahal semua pria menyukainya.” Sahut Clara.

“Aku memintamu datang kemari karena ada satu hal yang ingin aku bicarakan.” Ujar Sean sambil berjalan mendekat ke arah Clara dan duduk di bagian sofa yang lainnya.

“Apa itu?” Tanya Clara sambil menyilangkan tangan dan kakinya.

“Ada hubungan apa kau dengan ayahku?” Tanya Sean to the point.

“Hubungan? Maksudmu?”

“Aku tahu, ayahku membayar mahal untuk menutup kasusmu agar kau tidak terkena tuntutan dan karirmu tetap cemerlang. Aku yakin kalian terlibat sesuatu.” Sahut Sean sambil menaikan sebelah alisnya.

“Mungkin ayahmu menyukaiku. Alasan apalagi yang sekiranya lebih masuk akal dari ini?” Ucap Clara dengan simple.

“Sayangnya aku tidak percaya jika kau tidak memanfaatkan harta keluargaku, Clara. Kau simpanan ayahku?” Tanya Sean lagi.

“Oh demi tuhan Sean. Aku tidak sefrustasi itu karena tidak bisa mendapatkanmu. Dan satu hal lagi, aku tidak menyukai pria tua keriput.” Bantah Clara dengan ekpresi kesalnya.

Sean terdiam sambil menyipitkan matanya. Menurutnya ini aneh dan janggal sekali. Untuk apa ayahnya mengeluarkan uang sangat fantastis hanya untuk seorang wanita yang sama sekali bukan simpanannya. Ini aneh, gumam Sean dalam hatinya.

“Sudah ya, aku pergi dulu. Jika aku terlalu lama di sini rasanya aku ingin segera menerkam mu.” Ucap Clara sambil berlalu meninggalkan Sean.

“Dasar wanita gila.” Sahut Sean.

Sesaat setelah kepergian Clara, Sean teringat akan Sara. Ia langsung menghubungi Sara lewat telpon untuk menanyakan kabarnya.

“Sara kau sudah makan? Atau kau ingin sesuatu? Biasanya wanita hamil selalu menginginkan yang aneh-aneh.” Ucap Sean.

“Aku sudah makan, Sean. Dan aku tidak menginginkan apapun.” Jawab Sara sekenanya. Ia berusaha untuk menjaga jarak dengan Sean.

“Baiklah, nanti sepulang dari kantor aku akan mampir ke apartemenmu.”

“Tidak usah Sean. Aku tidak apa-apa.” Sara menolak kedatangan Sean, ia takut ini akan menjadi permasalahan baru antara dirinya dan Aidan.

Sean hanya mengiyakan ucapan Sara. Ia pun harus menghargai Sara. Sean cukup tahu diri, mungkin Sara butuh waktu untuk sendiri dan memikirkan semuanya.

Sean memutuskan panggilannya kemudian kembali bekerja.

**

Sara termenung. Sejak tadi ia hanya diam dan melamun. Aidan sama sekali tidak ada kabar sejak kemarin malam hingga saat ini. Sara tak henti menangis meratapi nasibnya. Ia pun masih belum memberitahukan hal ini kepada mommy dan daddy nya. Sara bingung bagaimana cara menyampaikannya.

“Apa aku datangi saja apartemen Aidan?” gumam Sara.

Tanpa pikir panjang lagi Sara segera bersiap-siap mengganti pakaiannya dan pergi menuju apartemen Aidan. Ia berharap Aidan ada di sana dan ia berah pikiran.

Mobil melaju dengan cepat, beruntung jalanan sedang lengang. Sara bisa lebih leluasa untuk mengendarai mobilnya.

Saat sampai di apartemen Aidan, Sara cukup terheran karena pintu apartemennya ternyata tidak tertutup rapat. Ada sandal yang menghalanginya. Dan yang lebih herannya lagi sandal itu adalah sandal wanita.

Jantung Sara berdegup dengan sangat kencang. Otaknya sudah tidak bisa diajak bekerja sama untuk berpikir positif.

Sara membuka pintunya kemudian perlahan masuk tanpa mengeluarkan suara langkah kaki. Sara berjalan mengendap menuju kamar Aidan dan ternyata pintu kamarnya terbuka sedikit.

Sara perlahan membuka pintu kamarnya, tangannya sedikit bergetar karena takut yang ada di pikirannya saat ini benar-benar terjadi.

Dan ternyata..

“AIDAN!” Sara berteriak memanggil Aidan yang sedang sibuk berbaring menikmati sebuah goyangan dari seorang wanita.

Aidan dan wanita itu terkejut. Keduanya menoleh ke arah suara. Dan ternyata wanita itu adalah..

“ASTAGA CELINE!” Pekik Sara sambil menutup mulutnya menggunakan tangannya.

Celine segera turun dari atas tubuh Aidan, kemudian ia menutupi tubuhnya menggunakan selimut berwarna putih. Dengan tergesa-gesa Aidan menggunakan celananya.

“Sara ini tidak seperti yang kau bayangkan.” Ucap Aidan melakukan pembelaan.

“Sara, maafkan aku. A-aku khilaf.” Ucap Celine tak tahu diri.

Sara terdiam berusaha untuk mencerna semuanya. Sara menahan tangisnya agar tidak pecah saat itu juga. Sara menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya.

“Maaf mengganggu aktivitas kalian. Tadi pintu apartemennya terbuka sedikit. Jadi aku langsung masuk.” Ucap Sara berusaha tegar.

“Tadinya aku kemari hanya ingin memastikan apakah Aidan ada di apartemen atau tidak. Karena sejak tadi pagi ia sulit di hubungi. Dan rasanya aku tidak perlu khawatir. Karena sekarang Aidan sudah menemukan barang baru yang lebih murah bukan?” Ucap Sara dengan sangat elegan.

“Barang murah? Kau menyebutku barang murah? Apa kau tak sadar? Kau pun sama murahnya denganku. Kau hamil di luar nikah, bahkan ayah biologisnya saja tidak percaya bahwa ini anaknya. Miris sekali Sara.” Sahut Celine berapi-api.

Sara mengepalkan tangannya dengan kuat. Sara berjalan mendekat ke arah Celine dan menamparnya.

PLAAKK

“Setidaknya aku tidak pernah merebut milik orang lain, bitch!” Sara sangat puas telah menampar sahabatnya. Oh ralat, mantan sahabatnya. “Ku kira kau adalah sahabat terbaik dalam hidupku. Tapi ternyata kau tak lebih dari wanita yang kehausan kasih sayang dari pria milik sahabatnya.”

“Sa-sayang, ini hanya salah faham.” Kini Aidan berjalan mendekat ke arah Sara.

PLAAK

Pipi Aidan pun tidak menjadi pengecualian untuk di tampar oleh Sara.

“Terimakasih Aidan, sekarang aku tidak ragu untuk meninggalkanmu. Tinggal menunggu waktu untuk kehancuran kalian berdua.” Sahut Sara sambil tersenyum licik.

Sara pun berlenggang pergi meninggalkan Aidan yang masih terus berusaha untuk menjelaskan semuanya. Dan Celine, ia terus menatap Sara dengan tatapan tajam dan benci yang mendominasi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!