Bab 3

Sara dan sang model baru yang tak lain adalah atasannya sendiri sedang bersiap-siap. Sean berlagak membenarkan pakaiannya, padahal semuanya sudah perfect tanpa kurang satupun. Sean nampak canggung tapi ia berusaha agar tetap terlihat baik-baik saja. Berbeda dengan Sara. Ia lebih tenang dan tak terlihat gugup sedikitpun.

"apa yang membuatmu segugup ini Mr. Sean? Apa karena aku?" Tanya Sara sambil tersenyum. "Kau sudah sangat sempurna, semua akan berjalan dengan lancar. Apalagi model prianya adalah dirimu." Lanjut Sara tanpa menghapus ukiran senyum di wajahnya.

"A-aku tidak gugup." Jawab Sean singkat meskipun agak terbata-bata.

Tak lama setelah percakapan mereka, Robert menginstruksikan agar pemotretan segera dimulai. Sara dan Sean diberikan arahan untuk berpose. Sara nampak profesional dan mengikuti arahan Robert. Berbeda dengan Sean, Sean memang tidak kaku, tubuhnya sangat lihai untuk berpose hanya saja ekspresi wajahnya tidak bisa disembunyikan. Ia benar-benar kikuk.

"Tuan Sean, bisakah ekspresi wajahmu lebih alami lagi? Seakan-akan kalian memang sepasang kekasih?" Tanya Robert dengan sangat hati-hati.

"Robert aku bukan bawahanmu, jadi kau tidak berhak menyuruhku seperti itu." Jawab Sean dengan pedas.

"ma-maafkan saya tuan." Jawab Robert terkejut dengan respon Sean.

Lauren menggelengkan kepalanya saat mendengar jawaban Sean. "Ikuti saja arahan Robert, Sean. Aku ingin hasil fotonya bagus tanpa ada kekurangan." Sahut Lauren menimpali. Sean mendengus kesal karena harga dirinya dibantai habis-habisan oleh bibinya sendiri.

Akhirnya Sara berinisiatif meminta kursi kepada crew. Sara mengarahkan Sean untuk duduk di atas kursi dan tubuhnya menghadap kamera. Sedangkan Sara duduk di atas paha Sean dan tangan kanannya menggenggam tangan Sean.

"Bagaimana Robert?" Tanya Sara.

"bagus sekali Sara, lebih intim lagi akan lebih bagus hasilnya." Jawab Robert.

akhirnya sara menarik dagu Sean perlahan agar wajah mereka saling berhadapan. Tangan kiri Sara menyentuh tengkuk Sean dan kening mereka saling menempel.

Tak bisa dipungkiri, pesona seorang Ansara Harcourt memang mampu membuat dada siapapun berdegup sangat kencang, termasuk Sean. Sean sibuk mengatur dadanya agar degupannya tidak terlihat oleh Sara. Sean bersusah payah untuk menelan salivanya.

Setelah pemotretan selesai, Chris tiba-tiba menghampiri Sara dengan tergesa-gesa. “Sara ibuku masuk rumah sakit. Kau sudah selesai semuanya? Aku akan mengantarmu terlebih dahulu baru setelah itu aku akan pergi.” Ucap Chris.

“Ada apa dengan ibumu?” Tanya Sara terkejut.

“Dia terjatuh di kamar mandi lalu pingsan.”

“Astaga Chris, pergilah. Pakai mobilku, kau jangan khawatirkan aku. Aku bisa menghubungi Aidan.” Ucap Sara dengan iba.

“Kau serius Sara?” Tanya Chris meyakinkan dan Sara hanya mengangguk dengan mantap. “Terimakasih Sara, aku akan segera kembali.” Tanpa berlama-lama Chris langsung pergi meninggalkan Sara di ruang ganti. Untung saja semua keperluan Sara sudah dibereskan terlebih dahulu oleh Chris sehingga Sara hanya tinggal membawanya.

Sara berjalan keluar studio dengan menggunakan rok yang panjangnya hanya sampai di atas lutut dan kaos crop top. Ia menatap layar ponselnya berharap Aidan mengangkat panggilannya, tapi sayang tak ada jawaban dari Aidan.

Sara menyalakan sebatang rokok dengan rasa blueberry dan mint, sambil terus menghubungi Aidan dan hasilnya masih sama, Aidan tidak menjawab satu panggilan pun. Sara mencoba untuk menghubungi Celine, dan ternyata Celine pun tidak menjawab panggilan Sara.

Tiba-tiba sebuah mobil mewah yang termasuk mobil termahal di dunia berhenti di depan Sara. Kaca mobilnya perlahan turun dan mulai menampakkan siapa pengemudinya.

“Kau menunggu asistenmu?” Tanya Sean. Pria itu berbicara tanpa turun dari mobilnya.

“Aku menunggu taksi.” Jawab Sara sambil menghisap rokoknya dan mengeluarkan asapnya perlahan.

“Kemana asistenmu?” Tanya Sean lagi.

“Ada urusan mendadak.” Jawab Sara sekenanya.

“Masuklah, ku antar kau pulang.”

Tanpa menjawab Sara mematikan rokoknya yang belum habis setengah dan langsung berjalan masuk ke dalam mobil milik Sean.

“Mimpi apa aku semalam sampai bisa diantar pulang oleh bosku sendiri.” Ucap Sara sambil menggunakan seatbeltnya. Sean hanya tersenyum kecil kemudian menginjak pedal gasnya. Mobilnya melaju memasuki jalanan dengan kecepatan sedang.

“Kemana kekasihmu?” Tanya Sean.

“Entahlah, mungkin dia sibuk.” Jawab Sara.

“Kenapa kau tak putus saja dan kembali padaku Sara?”

“Oh come on Mr. Sean. Jangan pernah kau bahas lagi, itu sudah menjadi masa lalu dan kejadiannya pun saat kita masih sekolah.” Jawab Sara dengan nada kesal.

“Sara, kita hanya berdua. Kau cukup panggil aku Sean tanpa ada embel-embel apapun.”

Ya tanpa banyak orang yang tahu. Sean dan Sara sempat menjalin hubungan saat masih duduk di bangku sekolah. Teman dekatnya pun tak ada yang tahu. Hanya Sean, Sara dan orang tua Sara yang mengetahuinya. Karena pada saat itu Sara dilarang untuk memiliki hubungan spesial dengan siapa pun mengingat Sara adalah artis baru dan rentan terkena skandal, manajemen yang menaungi Sara pada saat itu melarang hal itu sampai terjadi. Kini Sara berpindah manajemen dan masuk di Lazarus Entertainment milik Sean karena itu permintaan Sean.

Sampai-sampai Sean bertekuk lutut memohon kepada Sara agar ia masuk di manajemen milik Sean. Dan Sara tidak bisa menolak itu. Saat ini yang orang lain tahu tentang hubungan keduanya hanya sebatas atasan dan bawahan. Sara sebagai ladang uang untuk Lazarus Entertainment karena ia termasuk aktris dan model dengan bayaran fantastis, serta banyak mendapatkan penghargaan. Dan Sean sebagai CEO dari Lazarus Entertainment.

Sara hanya diam dan sibuk dengan ponselnya. Sean yang sedang mengendarai mobilnya, sesekali melihat ke arah Sara yang kadang tertawa sambil meng-scroll layar ponselnya. Tapi sebetulnya Sean bukan fokus dengan wajah Sara. Sean lebih fokus ke paha mulus Sara yang putih dan tidak tertutup apa-apa.

Sambil menyetir mobil, Sean nampak kesusahan memfokuskan pikirannya. Pandangannya tidak bisa ia alihkan dari paha Sara yang terpampang nyata. Adik kecilnya dibawah sana malah mengeras. Ini tidak bisa dibiarkan.

"Pakai ini." Sean melempar jaket yang ia simpan di jok nya.

"Untuk apa?”

"Bukan untuk badanmu tapi untuk menutupi paha mu."

"Memangnya kenapa? “

"Kau jangan pura-pura bodoh Sara."

"Aku memang tak paham apa maksudmu Sean."

"Kau mau aku mangsa sekarang di sini? Kalau kau mau, aku tak masalah. Aku tak peduli di tilang gara-gara mobil goyang." Cerocos Sean dengan kesal. Kesal karena Sara berpura-pura tidak paham, dan juga kesal kepada adik kecilnya yang tidak tahu waktu kapan harus bangun. Merepotkan.

Mata Sara melotot dan alisnya saling bertautan, ia cukup geram dengan ucapan mesum dari Sean. Tapi ia sudah terbiasa dengan hal itu, apalagi sekarang Sara mendengar banyak rumor bahwa Sean suka sekali melakukan one night stand bersama wanita-wanita seksi kelas atas.

Dasar Sean mesum, ia memang gampang turn on jika sedang bersama Sara. Apalagi body Sara sekarang dan dulu sangat berbeda. Dulu Sara terkesan kurus, tapi sekarang ada beberapa bagian yang nampak berisi dan membessar. Body nya seperti gitar spanyol, jika dipakaikan baju apapun akan sangat terlihat cocok.

Tak lama, Sean menginjak pedal rem-nya saat mobilnya sudah memasuki pelataran rumah Sara.

"Terimakasih.." ujar Sara sambil melepas seatbelt-nya.

Sean hanya menganggukkan kepalanya kemudian ia kembali menginjak pedal gas-nya saat Sarah sudah memasuki rumah.

'Sial, nyabun lagi-nyabun lagi' Sean merutuki dirinya yang lemah.

Terpopuler

Comments

Dewi AmarRaya

Dewi AmarRaya

jangan2 Aidan ma temennya sara

2025-01-01

0

Sleepyhead

Sleepyhead

🤣🤣 Solo carrier

2024-07-12

0

Sleepyhead

Sleepyhead

Adik kecil Meronta 🤣🤣

2024-07-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!