Bab 13

Esok paginya, saat Diana akan membangunkan Sara untuk sarapan bersama ia menemukan sepucuk surat di atas ranjang milik Sara. Di samping suratnya, Diana melihat ada sebuah ponsel dan juga beberapa kartu debit dan kartu kredit.

Diana sangat terkejut, ia tidak langsung membaca suratnya. Tetapi Diana langsung berlari menuju walk in closet, dan benar saja beberapa pakaian Sara sudah tidak ada. Diana kembali berlari menuju ranjang Sara dan membaca suratnya.

Isi pesannya nampak membuat Diana menangis histeris hingga berteriak dan membuat semua orang di rumah tersebut panik. Andrew, Julian, dan Jane yang mendengar raungan suara tangis Diana mencari-cari dimana asal suara itu.

Andrew yang notabene sedang berada di lantai satu pun berlari kecil menaiki anak tangga. Julian dan Jane yang kamarnya bersebelahan pun berlari menuju kamar Sara. Mereka bertiga masuk ke dalam dan menemukan Diana sedang menangis sambil memegang sebuah surat.

“Oh my god, Andrew. Sara pergi dari rumah ini hiiks hiiks.” Ucap Diana menangis sambil menghambur ke dalam pelukan Andrew.

“Apa?” Andrew menatap nyalang, ia diam dan nampak terkejut.

Diana masih menangis di dalam pelukan Andrew, dan Andrew mengelus punggung sang istri agar sedikit lebih tenang.

Julian merebut surat yang dipegang oleh Diana. Si kembar pun membaca isi surat itu.

Mom.. Dad

Maafkan aku. Aku tidak ingin membuat kalian malu atas perbuatanku. Aku akan pergi dan membesarkan anak dalam kandunganku meskipun Aidan tidak mengakuinya. Kalian tidak usah khawatir. Aku akan baik-baik saja. Sampaikan pada Chris agar ia memberitahukan kepada Sean bahwa aku akan hiatus dari dunia entertain dan tinggal di luar negeri. Mom.. Dad, suatu saat aku akan kembali. Jangan mencariku. Sampaikan terimakasihku kepada Sean. Aku menyayangi kalian.

With love, Sara.

Jane menutup mulutnya yang ternganga. Matanya berkaca-kaca, ia tidak menyangka Sara akan mengambil tindakan ini. Jane menangis di dalam pelukan Julian. Semuanya menangis di dalam kamar Sara.

“Sayang tenanglah. Aku akan mengerahkan semua orang suruhanku untuk mencari Sara. Kita pasti akan menemukannya.” Ucap Andrew menenangkan Diana yang masih menangis.

Andrew menghubungi Chris dan Sean agar mereka datang ke rumahnya saat ini juga.

Pada saat jam makan siang, Sean dan Chris pun tiba di kediaman Andrew. Kebetulan mereka sedang berada di kantor Lazarus Entertainment, dan saat Chris berada di lobby, Sean menghampirinya dan akhirnya mereka pergi bersama.

Saat di perjalanan Chris dengan sangat bawel menanyakan kepada Sean tentang apa yang sebenarnya terjadi. Mau tidak mau Sean menjelaskan secara garis besarnya juga menceritakan tentang perselingkuhan Aidan dengan Celine dan mengingatkan Chris agar kabar ini tidak tercium oleh awak media.

Chris dan Sean bergegas masuk ke dalam dan mendapati Andrew sedang duduk di sebuah sofa besar.

“Paman ada apa? Apa yang terjadi?” Tanya Sean kepada Andrew.

Andrew tidak menjawab, ia hanya menyerahkan sebuah surat yang ditulis oleh Sara. Kemudian Sean dan Chris membacanya.

“Shit!” ucap Sean. Ia mengeluarkan ponsel dari dalam jas nya dan berusaha menghubungi nomor Sara.

Berkali-kali Sean menghubungi namun tetap tidak bersambung.

“Percuma saja Sean. Ponselnya ia tinggalkan di atas ranjangnya bersama dengan beberapa kartu kredit dan debitnya.” Ucap Andrew.

“Tuan Sean. Bagaimana ini, aku sangat mengkhawatirkan kondisi Sara. Dia sedang hamil, aku takut terjadi apa-apa padanya.” Sahut Chris dengan raut wajah panik.

“Paman, aku akan mengerahkan seluruh pengawal untuk mencari keberadaan Sara. Kita akan terus mengusahakan apapun agar Sara kembali.” Ucap Sean kepada Andrew.

“Halo, kerahkan semua pengawal untuk nengecek seluruh isi kota beserta cctv dan temukan Ansara Harcourt.” Sean nampak melakukan panggilan kepada seseorang.

“Aku harus memberikan pelajaran kepada Aidan, Sean.” Sahut Andrew dengan nada penuh amarah.

“Aku akan membantumu.” Ucap Sean.

*

*

Sara berjalan menyusuri jalanan sambil membawa tas dengan berukuran cukup besar. Tak lupa ia menggunakan masker untuk menutupi wajahnya agar tidak ada yang mengenalinya.

Ia menaiki beberapa bis hingga larut malam kemudian turun di sebuah jalanan sepi. Sampai akhirnya ia tiba disebuah pedesaan yang sangat jauh dari kota, penuh dengan sawah dan sepi dengan kendaraan. Desa tersebut juga sudah termasuk beda provinsi dengan provinsi dimana Sara tinggal.

Ia terus berjalan hingga menemukan beberapa rumah. Tapi tiba-tiba saja Sara merasakan pusing yang sangat hebat. Sara memejamkan mata dan menyentuh pelipisnya. Ia mulai sempoyongan dan seketika tubuhnya ambruk di tengah jalanan, ia tidak sadarkan diri.

Sepasang suami istri yang baru pulang dari kota menemukan Sara yang tergeletak.

“Astaga Joni, ada seseorang tergeletak.” Ucap Nina seorang wanita berusia 39 tahun. “Ayo kita lihat.” Lanjutnya.

“Jangan sayang. Aku takut dia termasuk komplotan penjahat yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan.” Jawab Joni waspada.

“Tidak sayang. Sepertinya dia bukan penjahat. Ayo.. “

Nina keluar lebih dulu dari dalam mobilnya dan berjalan perlahan sedangkan Joni mengekori Nina. Nina menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Sara, dan nembuka maskernya agar pernafasan Sara tidak terganggu kemudian mencoba menyadarkan Sara.

“Nona, bangunlah..” Nina menepuk-nepuk pipi Sara berharap agar ia sadar. Tapi sayang, Sara masih tetap memejamkan matanya.

“Lebih baik kita bawa ke rumah saja sayang. Ayo bantu aku mengangkatnya.” Ucap Joni kepada istrinya.

Akhirnya sepasang suami istri tersebut membawa Sara ke rumahnya.

Sesampainya di rumah, Nina dan Joni membaringkan Sara di atas ranjang. Dengan sigap Joni mengarahkan minyak angin ke hidung Sara. Berharap Sara agar cepat sadar.

“Tangan dan kakinya sangat pucat dan dingin sekali.” Ucap Nina yang terus menggosok tangan dan kaki Sara secara bergantian.

“Kita harus memanggil dokter, Jon.” Sahut Nina.

“Ini sudah larut malam Nina. Lebih baik besok saja. Lebih baik untuk saat ini kita cek saja dulu tekanan darahnya menggunakan alat yang biasa kau pakai.” Jawab Joni.

“Sayang ini menyangkut nyawa seseorang. Kita harus segera memeriksanya.” Sahut Nina.

Tiba-tiba saja saat Nina dan Joni berdebat, Sara tersadar dengan keadaan perut yang sangat mual.

Hooeekk Hooeekk

“Oh my God..” Nina mengambil sebuah wadah kemudian menyimpannya di hadapan Sara. “Kau sakit apa, nona?” Tanya Nina sambil mengelus punggung Sara.

Sara kembali berbaring dengan tubuh yang sangat lemas.

“Dimana aku?” Tanya Sara dengan lirih.

“Kau berada di rumah kami. Aku Nina, dan ini suamiku Joni. Kau tidak usah khawatir, kami orang baik.” Jawab Nina.

Sara hanya diam ia masih belum sanggup untuk berbicara banyak. Akhirnya Joni mengecek tekanan darah Sara menggunakan alat digital yang biasa Nina pakai.

“Tekanan darahnya rendah sekali 90/80. Pantas saja dia sampai pingsan begini sayang.” Ucap Joni.

“Joni, aku rasa aku pernah melihat nona ini. Tapi dimana..” Sahut Nina sambil mengingat-ngingat wajah Sara.

Nina terkejut, matanya terbelalak. Ia langsung membuka akun instagramnya dan mencari nama Ansara Harcourt.

“Oh my.. Apa aku bermimpi? Dia Ansara Harcourt.” Ucap Nina sambil terus memperhatikan dan membandingkan wajah Sara asli dan di sosial media.

“Kau benar, mereka mirip sekali.” Sahut Joni.

“Bukan mirip lagi, tapi ini memang dia Sayang.” Jawab Nina terkejut.

Nina pun membiarkan Sara beristirahat setelah Sara diberikan teh manis hangat. Sara kondisinya masih lemas. Tidak memungkinkan jika Nina bertanya tentang apa yang sudah terjadi pada Sara saat ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!