Bab 16

Mobil van hitam itu melaju dengan sangat cepat. Di dalamnya terdapat Aidan yang sudah terkulai lemas tak berdaya. Wajah dan tubuhnya penuh dengan lebam. Di mulutnya dan hidungnya pun penuh darah.

Keluarga besar Harcourt memang baik kepada semua orang. Tapi jangan salah, kebaikannya tidak boleh di salah artikan. Andrew benar- benar merasakan sakit hati yang amat sangat. Di khianati bahkan direndahkan oleh seorang Aidan Foster, anak dari Raymon Foster orang yang dibantu secara cuma-cuma oleh Andrew.

Saat di tengah perjalanan yang di sekitarnya dipenuhi dengan hutan pinus, kecepatan mobil mulai melambat. Kemudian Aidan di lempar keluar. Badannya terguling-guling di tengah jalan hingga berhenti di semak-semak. Aidan tidak sadarkan diri. Setelah menyelesaikan tugasnya,mobil itu pun kembali menuju villa milik Leon. Persetan bagaimana caranya Aidan menyelamatkan dirinya sendiri, Andrew tidak peduli.

Andrew sudah pulang sejak tadi, ia ingin segera menemui istrinya yang masih terkejut dengan kepergian Sara dari rumahnya. Andrew ingin menemani istrinya di saat-saat seperti ini.

Sean masih berusaha mencari keberadaan Sara. Ia masih menunggu kabar dari pengawalnya.

“Ini minum lah agar kau sedikit relax.” Leon memberikan segelas wine yang ia bawa dari mansionnya.

Sean menerima dan menyesapnya perlahan. Ia menikmati wine itu sambil berdiri di depan jendela kaca yang besar. Sean menatap ke arah danau di luar sana. Matanya nyalang menatap dengan sendu. Ia mengingat Sara.

‘Kau dimana Sara?’ batinnya terus saja bertanya.

Drrrt Drrtt

Ponsel Sean bergetar. Ada pesan dari pengawalnya. Ia mengirimkan sebuah video. Sean memutar videonya. Ternyata itu adalah video cctv yang ia dapatkan dari sebuah cafe. Cctv itu mengarah keluar, dimana terlihat Sara yang sedang mengambil uang di ATM Center.

Sean menghela nafas panjang. Ia pun menelpon pengawalnya.

“Apakah ada cctv lain yang menunjukkan keberadaan Sara?” Tanya Sean dengan baritone nya.

“Tidak ada Tuan. Saya tidak menemukan adanya nona Sara selain di cctv itu. Karena hanya di cctv itu nona Sara terlihat sangat jelas. Dan setelah saya cek berulang-ulang tidak ada wanita menggunakan pakaian tersebut yang tertangkap di cctv lain.” Ucap pengawal tersebut menjelaskan.

Sean terdiam kemudian memutus panggilannya.

“Bagaimana?” Tanya Natha yang ingin tahu perkembangan Sara.

Sean hanya menggeleng lemah. Matanya sedikit berkaca-kaca.

‘Oh God kasihan sekali Sean. Dia kembali dikecewakan oleh takdir untuk yang kesekian kalinya’ Ucap dewa dalam hati Natha.

-Sean Lazarus

*

*

Pagi itu Sara tampil dengan wajah baru. Rambutnya yang dipotong sebahu tidak mengurangi kadar kecantikan seorang Ansara Harcourt. Ia nampak lebih fresh dengan potongan pendek. Matanya yang berwarna hijau ke abu-abuan menambah kesan elegan untuk dirinya.

“Kau cantik sekali Sara. Pantas saja kau menjadi model. Kau sangat cocok.” Ucap Nina memuji Sara yang sedang bercermin.

“Thanks..” Jawab Sara sambil tersenyum.

“Oh ya aku lupa memberitahu. Setiap weekdays suami ku akan ke kota X untuk bekerja dan weekend baru akan pulang.” Ucap Nina menjelaskan.

“Apa kau ikut dengan kak Joni?” Tanya Sara.

“Biasanya aku ikut. Tapi sekarang karena ada kau, jadi kau bisa menemaniku di sini.” Jawab Nina sambil memeluk Sara.

“Kak, aku tidak apa-apa jika memang kakak akan pergi ke kota menemani kak Joni.” Sahut Sara, ia merasa tidak enak takut kehadirannya mengganggu kedua pasangan ini.

“No, Sara. Biarkan istriku di rumah menemanimu. Aku akan lebih senang.” Kali ini Joni yang menimpali.

“Baiklah..” jawab Sara dengan pasrah.

Tak lama Joni pun berpamitan untuk pergi bekerja ke kota X. Jarak dari rumahnya menuju kota X cukup jauh, sekitar lima jam perjalanan.

“Ahh baru kali ini rasanya aku berada di rumah saat suamiku pergi bekerja.” Ucap Nina sambil mendaratkan bokongnya di atas sofa.

“Apa kakak menyesal tidak ikut bersama kak Joni?” Tanya Sara yang juga ikut duduk di samping Nina.

“Tidak, hanya saja mungkin rasa rinduku akan bertambah menjadi seribu persen.” Jawab Nina sambil terkekeh geli.

“Bagus kak, jadi semakin kau merindukannya maka akan semakin romantis.” Sahut Sara yang ikut terkekeh.

Kini Sara mulai bersikap dan berbicara santai kepada Nina. Awalnya ia masih canggung, tapi kali ini Sara mulai sadar bahwa Nina adalah orang yang paling bisa dipercaya.

Malam harinya Sean sedang menyendiri di mansionnya, tepatnya di dalam ruang kerjanya. Ia hanya ditemani dengan sebotol wine, lampu temaram juga album foto yang isinya penuh dengan foto-foto sara dan foto kebersamaan mereka dulu.

Sean tersenyum, mengingat kenangannya dulu bersama Sara.

*flashback*

“Sara temui aku di apartemenku jam lima sore. Aku sedang menyiapkan sesuatu untukmu.” Ucap Sean dalam pesannya yang dikirim kepada Sara.

Sara membuka ponselnya kemudian membaca pesan dari Sean dengan senyum yang merekah di bibirnya.

Sara pun segera menyelesaikan pemotretannya dan setelah selesai ia pun meluncur menuju apartemen Sean.

Sara membuka pintu apartemen Sean tanpa perlu menanyakan berapa passwordnya karena ia sudah mengetahuinya. Saat Sara masuk ia melihat ada beberapa makanan yang sudah tersaji di atas meja makan. Ia tersenyum sumringah dan mendekat.

Pandangannya teralihkan dari sosok pria tampan yang sedang berdiri membelakangi Sara. Pria itu hanya menggunakan celana training panjang tanpa memakai atasannya. Ia sedang sibuk memasak satu menu tambahan lagi, saking sibuknya ia tidak menyadari bahwa Sara sudah ada di belakangnya.

Sara mendekat kemudian memeluk Sean dari belakang.

“OH GOD! Baby, kau mengagetkanku!” Sean menengok ke belakang sekilas kemudian ia mematikan kompornya karena masakannya sudah siap untuk disajikan.

“Kau terlihat seksi saat memasak. Aku suka.” Ucap Sara sambil memeluk Sean dan menempelkan wajahnya di dada bidang milik Sean.

“Aku selalu seksi saat sedang melalukan apapun sayang.” Sahut Sean sambil menangkup wajah sara kemudian mengecup bibirnya sekilas. “Kau pasti lapar. Aku sudah menyiapkan semuanya. Kau hanya tinggal duduk dan memakannya.” Sean menarik tangan Sara dan mendudukan tubuh Sara di atas kursi.

Sean pun menata spagheti yang baru matang di atas piring. Menu kali ini ada steak daging dan spagheti bolognaise. Sara sudah tidak sabar ingin segera memakannya.

Sean sangat pandai memasak, saat ia sekolah ia hidup sendiri di apartemen yang sudah di siapkan oleh ayahnya. Jadi mau tidak mau ia harus bisa melakukan apapun sendiri, termasuk untuk urusan perutnya.

“Masakan mu tidak pernah gagal Sean.” Ucap Sara yang makan dengan lahap.

“Hmm kau suka?” Tanya Sean.

Sara mengangguk dan mengacungkan kedua jempolnya.

“Nanti jika kita menikah, aku ingin kau selalu masak untuk ku.” Ucap Sara kepada Sean.

“Dan kau harus selalu melayaniku di ranjang baby.” Jawab Sean dengan nakal.

Sara hanya tertawa menanggapi ucapan Sean.

*end of flashback*

“Ya Sara, nanti.. Nanti ketika kita menikah.” Ucap Sean dengan lirih. Jarinya menelusuri foto dan menyentuh di bagian wajah Sara. Satu tetes air mata jatuh membasahi foto itu. Ya, Sean menangis.

Ia sudah tidak tahu lagi harus mencari Sara kemana.

JANGAN LUPA LIKE KOMEN VOTE HADIAH DAN FAVORIT YAAA ❤

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!