Pagi ini Sara ada jadwal untuk kuliah dari jam tujuh pagi sampai jam sebelas siang. Untung saja kali ini kelas diadakan secara online tanpa harus bertatap muka. Jadi Sara bisa santai sedikit. Kelas berlangsung tanpa rasa bosan hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sebelas.
Sara melihat ada notifikasi pesan dari Aidan.
‘I need u’ Pesan yang singkat namun mampu membuat hatinya menghangat.
Sara tersenyum membaca isi pesan tersebut. Sara bergegas untuk bersiap-siap dan pergi menuju apartemen Aidan. Mobil melaju dengan kecepatan yang hampir tinggi, karena Sara sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Aidan. Ia sudah sangat merindukannya. Memang kemarin mereka bertemu, tetapi hanya sebentar.
Sara memasukan password pintu apartemen milik Aidan. Pintu pun terbuka dan Sara segera masuk dan mendapati Aidan sedang tertidur dengan berlapis-lapis selimut yang menutupi dirinya.
“Aidan..” Panggil Sara dengan lembut.
Aidan diam tak bergeming. Sara berjalan mendekat kemudian memanggil namanya lagi.
"Aidan kau sakit?” Tanya Sara sambil duduk di samping ranjang Aidan. Punggung tangannya menyentuh kening Aidan.
“Kau sudah makan dan minum obat?” Tanya sara. Aidan hanya menggeleng.
Sara bergegas mengambil satu lembar roti tawar dan memberikannya kepada Aidan. “Kau makan ini dulu. Setelah itu akan aku carikan obat.” Sara membuka laci dimana Aidan menyimpan obat-obatnya. Sara membuka satu tablet paracetamol kemudian ia membawa segelas air dan memberikannya kepada Aidan.
“Peluk aku Sara.” Rengek Aidan kepada Sara seperti anak kecil yang manja kepada ibunya.
Sara berbaring di samping Aidan sambil memeluknya. “Kau panas sekali.” Ucap Sara.
Aidan tidak mengizinkan Sara pergi kemana-mana. Bahkan untuk mengambil air kompresan saja tidak ia izinkan. Aidan kembali tertidur.
Sara mengecek suhu tubuh Aidan dengan termometer yang sudah ia ambil tadi. Suhunya 38,9 derajat celcius. Wajah Aidan memerah seperti kepiting rebus.
Tiba-tiba saja diluar hujan lebat, hal itu membuat Aidan semakin mengeratkan pelukannya. Sara mengecup kening Aidan kemudian ia pun iku terlelap.
Saat Sara tertidur entah kenapa ia merasakan pergerakan yang tak biasa. Ia merasakan ada tangan yang menelusup masuk ke dalam bajunya dan menyentuh punggungnya. Sara mengerjapkan mata, ia berusaha untuk menyesuaikan dengan cahaya kamar yang cukup terang. Sara melihat di luar sudah gelap lewat gorden yang masih terbuka.
Saat Sara beranjak dari ranjang, tiba-tiba saja Aidan menarik kembali tubuh Sara hingga ia kembali berbaring dan hampir menimpa tubuh Aidan. Tapi kali ini posisinya berbeda, Sara berbaring dengan membelakangi Aidan dan Aidan memeluknya dengan erat dari arah belakang.
Sara diam, tubuhnya menegang saat ia merasakan ada hembusan nafas di lehernya. Dadanya berdegup sangat kencang. Pelukan ini memang bukan pertama kalinya untuk Sara. Aidan memang sering memeluknya, tapi kali ini rasanya berbeda. Apalagi saat ini mereka berada di dalam kamar dan hujan deras. membuat Aidan semakin mengeratkan pelukannya.
“Kau wangi sekali.” Bisik Aidan tepat ditelinga Sara sambil menghembuskan nafas berat.
“Kau sudah baikan?” tanya Sara berusaha untuk mencairkan suasana.
“Jauh lebih baik karena ada kau sayang.” Jawab Aidan dengan suaranya yang agak parau.
“Kalau begitu aku akan pulang.” Sahut Sara sambil perlahan berusaha untuk melepaskan lengan Aidan yang melingkar di perutnya.
Tapi sayang, pelukan itu malah semakin erat. “Tetaplah di sini.” Pinta Aidan sambil menciumi telinga Sara dan memainkannya.
Hal itu membuat kupu-kupu di perut Sara berterbangan. Sebisa mungkin Sara mengatur pernafasannya.
“Kau mau aku tetap di sini menemanimu?”
Aidan hanya mengangguk.
Sara tersenyum, kemudian ia membalikkan tubuhnya agar berhadapan dengan Aidan. Lama Sara menatap mata Aidan dengan sangat dalam. Terkadang Sara bingung dengan sikapnya, Aidan tipe orang yang moodnya cepat sekali berubah. Sebentar-sebentar dia marah dan beberapa detik kemudian ia bisa kembali biasa saja. Tapi apalah daya, cinta memang buta.
Sara mencium kening Aidan dengan penuh rasa sayang. Aidan tersenyum, ia membalas kecupan Sara dengan mengecup bibir Sara. Semakin lama, ciuman itu berubah menjadi semakin dalam dan intens. Aidan mengecap seluruh bagian bibir Sara, dan Sara pun melakukan hal yang sama kepada Aidan.
Perlahan Aidan melepas pakaiannya yang ia kenakan dan melemparnya ke sembarang arah. Aidan pun memposisikan dirinya di atas tubuh Sara. Sekejap Aidan melepas ciumannya, menatap mata Sara dengan sangat lekat, seakan meminta persetujuan untuk memberikan kepuasan dan juga mendapat kepuasan.
Sara mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya dengan pelan. Tanpa menunggu lama, Aidan kembali menciumi bibir Sara dan tangan kanannya berusaha untuk melepas kancing baju yang dikenakan oleh Sara. Malam itu mereka habiskan dengan penuh peluh dan kehangatan.
**
Dua minggu setelahnya Sara ada shooting di luar kota untuk video klip dari penyanyi solo terkenal. Lokasinya disebuah pantai dengan pasir putih yang terhampar. Saat diperjalanan tiba-tiba ponsel Sara berdering, ada nama Sean tertera di layar ponsel milik Sara. Dengan malas Sara mengangkat panggilan dari Sean.
"Ada apa?" Tanya Sara to the point.
"santai saja. aku hanya ingin menanyakan apa kau sudah bersiap-siap untuk shooting kali ini?" Tanya Sean berbasa-basi.
"aku bahkan sudah di jalan, Mr. Sean." Jawab Sara.
"Baiklah hati-hati." Sahut Sean yang langsung memutus panggilannya.
Drrtt Drrtt
Ponsel Sean yang baru saja ditaruh di dalam saku jas nya bergetar
"Oke, aku kesana sekarang” BIP, Sean memutuskan sambungan telponnya dan menambah kecepatan mobil agar segera sampai di kantor. Padahal baru saja Sean akan pergi untuk menyusul ke lokasi shooting Sara. Dania sekretarisnya memberitahukan bahwa baru saja terjadi keributan di kantor. Entah apa yang sebenarnya terjadi.
Sean menyusuri jalanan ibu kota yang padat pada pagi ini. Entah apa sebenarnya yang membuat jalanan ini begitu ramai sekali dan sulit untuk ditembus.
Akhirnya setelah beberapa menit lamanya, ia tiba di kantor.
“Selamat siang Tuan.” seorang resepsionis menyapanya.
Sean hanya berlalu tanpa menghiraukan sapaan dari resepsionisnya itu. Sean memang dikenal sebagau bos yang dingin nan cuek, ia tidak pernah tersenyum kepada karyawan kantornya. Bahkan karyawannya memiliki julukan tersendiri untuk bosnya itu yaitu si juragan es karena saking dinginnya.
Sean terus berjalan lalu menaiki sebuah lift dan menekan tombol untuk menuju ke lantai paling atas, yaitu ruangannya. Sean sampai dan ia terus berjalan menyusuri lorong hingga tiba diruangannya.
“Ada apa Dania?” Sean bersuara setelah sampai di meja sekretarisnya untuk menanyakan ada kejadian apa tadi.
Belum sempat Dania menjawab, tiba-tiba Natha keluar dari ruangan Sean.
“Akhirnya kau datang juga.. Aku hampir bisa menjelajah dunia lain karena kau lama sekali. Kau sudah tahu hot news pagi ini?” Tanya Natha sambil berdiri di pintu masuk ruangan Sean kemudian mereka masuk bersamaan.
Sean tidak mengeluarkan satu katapun. Ia hanya berbicara lewat ekspresi di wajahnya sambil melepas jas hitam formal. Hanya kemeja putih polos yang dibuka kancing bagian atasnya dan celana yang ia sisakan. Membuat kesan tampannya bertambah hingga seribu persen.
“Artis kesayangan ayahmu berbuat ulah dan sepertinya kali ini akan merugikan perusahaan." Kali ini sepertinya Natha serius. "Lihatlah." Natha memberikan ponselnya bermaksud untuk memberitahukan sebuah artikel berita yang sedang buming pagi ini.
"Clara menabrak seseorang hingga tewas?" Tanya Sean sambil terus membaca artikelnya.
"Ya, semalam kejadiannya. Saat ini Clara sedang dimintai keterangan di kantor polisi. Kau harus kesana dan selesaikan ini sebelum ayahmu mengetahuinya dan akan lebih dulu menyelesaikan semuanya." Ucap Natha.
"apa hubungannya dengan ayahku?"
*Oh come on Sean, dari sekian banyak artis yang kau naungi dialah yang paling disayang oleh ayahmu." Jawab Natha dengan sedikit berapi-api. "Ayahmu akan berbuat apa saja demi melindungi Clara dari segala kasus tanpa memikirkan situasi keluarga korban."
Sean terdiam sambil menenggak segelas wine yang ia tuangkan tadi. Sean nampak berpikir, sebenarnya ada hubungan apa ayahnya dengan Clara sampai Natha yakin bahwa ayahnya akan melindungi Clara apapun skandalnya.
"Baiklah, aku mengutusmu untuk datang menemui Clara di kantor polisi. Selidiki apa sebenarnya kasus yang menimpa Clara, apakah pure sekedar kecelakaan atau ada faktor lain yang membuat Clara menabrak seseorang hingga tewas. Aku percayakan padamu." Sahut Sean menepuk pundak Natha, kemudian ia meraih jas formal yang ia sampirkan di kursi dan kembali memakainya.
"Kau mau kemana?" Tanya Natha dengan kebingungan.
"aku akan menemui Sara dilokasi shooting." Jawab Sean.
"Sepertinya aku lebih tertarik kasus kau dan Sara. Sebenarnya kalian ada hubungan apa?" Natha nampak mulai curiga dengan gerak-gerik Sean. Ia tahu pasti Sean sedang menyembunyikan sesuatu.
"Nanti akan ku ceritakan. Aku pergi dulu." Sean pamit kepada Natha dan berjalan keluar ruangannya dengan sedikit tergesa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments