Bagian 2 : Dia Tahu Namaku

Rin berlari ke atap sekolah di gedung Timur. Ya, tempat ini sering sekali jadi pelampiasan dan tempat persembunyian anak-anak yang ingin merokok. Entah apa yang membuatnya datang ke sini. Nyalinya sungguh besar karena sudah mulai gerah. Ia benar-benar membenci tatapan orang itu.

"Iskandar payah !!!!!" teriak Rin Untungnya di sana sepi, mengetahui itu ia langsung meluapkan semua emosinya.

"Siapa yang payah?" Tiba-tiba terdengar suara berat seorang lelaki. Mendengar itu kakinya langsung lemas.

Tap

Tap

Tap

Suara sepatu berhak yang khusus dimiliki anak komdis untuk memperingatkan kehadirannya, perlahan-lahan mulai mendekatinya.

"Bisa ulangi lagi?" Katanya yang kini berdiri tepat di belakang Rin.

"Uhm.., emm ..." Rin malah gagu, tidak bisa berbicara, orang itu yang ternyata adalah Iskandar berpindah dan kini berdiri di hadapannya. Rin menunduk, tidak berani menatapnya,

"Hey ..." Suara beratnya membuat Rin bergidik ngeri.

"Kenapa juga dia ada di sini, apa dia habis melakukan razia?" gumam Rin dalam hati.

"Hey ..." Iskandar memanggil Rin lagi lalu tangannya itu menyentuh pipi gadis mungil itu dan mengangkat kepalanya lalu mencubitnya.

"ugh, cubitannya sakit sekali," Batin Rin.

"Sadarlah!" bentaknya. Rin hanya memejamkan mata ketakutan.

"Sadarlah!! Buka matamu !!!" bentaknya lagi yang seolah menusuk jiwa.

"Bangun sayang....,"

"Eh? Sejak kapan dia memanggilku sayang??"

"Sayang, bangun, buka mata kamu....," Tiba-tiba Rin mendengar suara Bundanya.

Ia lalu membuka mata dan melihat ke sekeliling. Ternyata ia ada di kamarnya, tidak! lebih tepatnya di atas tempat tidur.

"Bunda?" lirih Rin.

"Kamu kenapa dibangunin susah? Biasanya udah siap jam segini." Kata Bunda.

Rin yang masih bingung lalu bangun dan duduk.

"Emangnya sekarang udah jam berapa, Bunda?"

"Setengah tujuh," jawab Bunda.

"Setengah tujuh. Oh.., eeh??? Kenapa bunda baru bangunin Rin?" Rin langsung loncat.

"Kamunya yang susah dibangunin, ya udah Bunda siapin sarapan kamu di bawah, cepetan ya," Kata Bunda lalu turun ke bawah.

***

Rin berlari ke gerbang sekolah, ya sekarang masih jam setengah delapan gerbang sekolah masih dibuka, tapi pasti tidak akan lolos oleh anak komdis. Biarlah, hari ini ia ada ulangan Kimia.

Benar saja, saat masuk ke lobby, ia sudah disambut Zaskia, wakil ketua Komdis.

"Sebutkan nama lengkap dan kelas" katanya pada Rin.

"Arini Kalista, kelas XI MIA C," jawab Rin.

"Oke, silahkan bergabung dengan yang lain,ya." ucapnya dingin.

Rin meletakkan tas ranselnya di tempat orang-orang meletakkannya lalu bergabung dengan anak-anak lain yang berjalan jongkok keliling lapangan.

"Tangannya letakkan di belakang kepala!!!" pekik Iskandar yang suaranya begitu lantang. Anak-anak langsung meletakkan tangan mereka ke belakang kepala.

"Ugh, ngeselin banget, sih jadi orang." gumam Rin.

"Arini Kalista kelas XI MIA C, lebih baik menyelesaikan hukuman daripada ngedumel," sindir Iskandar sambil menatapnya tajam.

"Ya ampun, dia sadar???" batin Rin.

"Iya ...." Sampai akhirnya ia mengiyakannya saja sambil memasang senyum paksa.

***

Rin memasuki kelas, untungnya guru belum datang. Ia segera duduk di bangku.

"Rin??" sapa Yura, teman sebangkunya yang langsung menyambut.

"Hah..., Kakiku pegel!!" keluh Rin sambil memijat-mijat kakinya.

"Uugh.., kukira kamu gak masuk hari ini." khawatir Yura, meskipun dia masih dua bulan jadi murid di sini, tetapi dia cukup dekat dengan Rin.

"Salah sendiri telat," komentar Ori yang duduk di belakangku.

"Iih.., berisik lu! Ini semua gara-gara temen lu tau,gak??" tuding Rin dendam kesumat.

"Temen Ori?" Yura bingung.

"Brak!"

Sayangnya obrolan mereka terputus karena Teguh—ketua kelas XI MIA C menggebrak meja guru untuk mendapat perhatian.

"Perhatian semuanya...," Katanya.

"Hari ini Mister Galih gak masuk kelas, soalnya lagi survei tempat camping anak kelas sepuluh, jadi kita dikasih tugas," kata Teguh lalu membuka secarik kertas yang dari tadi ia pegang.

"Buat procedure text berkelompok tiga sampe empat orang Minggu depan dipraktekkan." ucap Teguh.

"Mau kocok atau sendiri-sendiri?" tanyanya.

"Pilih Sendiri!!" kata seisi kelas serentak.

"Oke. Gue udah ngasih tau tugasnya,ya. Awas lu pada gak ngerjain!" ujar Teguh memperingatkan lalu kembali ke tempat duduknya.

"Ugh.., tugas nambah, bikin mood berkurang!" gerutu Rin.

"Kita sekelompok, ya Rin, aku gak kenal kalo sama yang lain," pinta Yura buru-buru.

"Ya,ya..," sahut Rin biar gampang.

"Ori, kamu juga harus sekelompok sama kita!" paksa Yura.

"Hah?" Ori agak tak terima.

"Iya udah biar bertiga." Rin menmbenarkan supaya tidak pusing cari kelompok.

"Lah, Rin? Terus gue?" Tiba-tiba Roger yang duduk sebangku dengan Ori berceletuk.

"Lu sama yang lain aja," tukas Rin cuek.

"Tega sekali dirimu, Rin. Lebih baik aku sama Loli dan pak ketua kelas!" ujar Roger.

Rin hanya memutar bola matanya melihat tingkah Si Jambul Cetar Membahana itu.

***

Kini mereka duduk bertiga di kantin. Ori dari tadi menonton video-video memasak di Utube.

Tap

Tap

Tap

Suara yang tidak asing bagi Rin, ia segera menemukan si pemilik sepatu berisik itu, tidak lain dan tidak bukan, dia adalah si ketua komdis. Tunggu, masa iya dia mau ke sini??

"Gue gabung,ya," Suara beratnya itu sangat familiar di telinganya apalagi tadi pagi baru memimpikannya. Eh, ralat, dihukum olehnya.

"Ngapa lu gabung ke sini?" Tanya Ori. Refleks, Rin langsung tersenyum kecil. Ori benar-benar penyelamat dirinya.

"Sebentar doang, gue mau isi tenaga dulu, abis ini mau main basket," ucapnya lalu memakan makanan yang ia beli.

"Hai, Iskandar," sapa Yura.

"Hai, Yura. Bagaimana sekolah di sini? Apa lu nyaman?" tanya Iskandar ramah.

"Iya. Semua anak-anaknya baik. Ya, meskipun aku belum bisa akrab sama semuanya," tukas Yura.

"Baguslah. Setidaknya sampai sekarang elu masih belum melanggar peraturan. Pertahankan itu. Jika ada orang yang ngebully elu, jangan sungkan kasih tau gue, atau teman-teman komdis atau Ori."

"Kok gue??" Lagi-lagi ia tak terima.

"Kalian Deket,kan?" ucap Iskandar asal menduga.

"Iya, aku akan mendengarkan saran kamu. Terimakasih Iskandar," ucap Yura buru-buru.

"Iska aja," ralat Iskandar dengan senyum ramahnya.

"Ya ampun, gue jadi nyamuk lagi kah? Kayaknya dugaan gue selama ini gak bener tentang Iskandar," batin Rin

"Rin." Tiba-tiba si pemilik suara berat itu memanggil Rin.

"Ah.., i,iya?" ucap Rin reflek.

"Usahakan jangan telat lagi, padahal tahun ini lu hampir jadi siswa teladan lagi," Kata Iska sambil menatap wajah Rin. Kali ini lelaki itu benar-benar menatap wajah Rin.

"I-iya," sahut Rin lalu menunduk.

"Satu lagi, jangan sering-sering menunduk, apalagi kalo ketemu gue!" tekannya lagi lalu beranjak.

"Lah? Lu udah selesai?" tanya Ori.

"Udah. Nanti Idho bakalan ngejek gue kalo lama-lama," katanya lagi. Ori hanya mengangguk-angguk.

"Kapan-kapan lu juga harus ikut," ujarnya lagi lalu pergi.

Rin sungguh tidak menyangka, tadi barusan dia memanggil dengan nama panggilannya.

"Ori," panggil Rin.

"Apa?" tanggal Ori.

"Kok Iskandar tau gue?" tanya Rin.

"Ya tau,lah. Dia 'kan harus kenal sama semua anak di sini."

"Iya, dia baik banget, perhatian lagi," tambah Yura.

"Ewh..., Itu mah sok perhatian!" timpal Rin menyangkal pendapat Yura.

"Dia harus begitu. Untuk meringankan tugasnya. Semua anak bermasalah dideketin dan dikasih nasihat. Syukur-syukur didengerin," pungkas Ori.

"Dia benar-benar berjuang keras," imbuh Yura.

"Ewh.., kenapa jadi muji-muji dia,sih???" Rin malah makin kesal.

"Udah, mending bantuin gue, prosedur apa yang mau kita buat." Ori mengalihkan topik.

***

Sementara itu, Iskandar yang berjalan meninggalkan kantin sesekali menoleh ke arah Rin sedang berdiskusi.

"Apakah aku bersikap terlalu dingin? Apa bersikap seperti itu sudah benar? Dari raut wajahnya bahkan dia tidak menyukai kehadiranku. Apa aku pernah berbuat salah dengannya?" pikir Iskandar.

"Woy Papah Iska !!!" Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya, dari cara memanggilnya ia sudah bisa menebak dia ini siapa.

"Eh, elu, Dho."

"Kemana aja lu? Ayo, katanya mau main basket sama gue?" Katanya langsung merangkul Iskandar, memaksa Iskandar agak menunduk karena ia ebih tinggi darinya.

"Ya iyalah, mana pernah gue ingkar janji." ucap Iskandar lalu pergi mengikuti Idho. Lagi-lagi ia menoleh ke belakang untuk memandang Rin sekali lagi. Ia berharap Rin bisa melihat permainannya di lapangan. Ya hanya berharap saja. Ia benar-benar belum bisa memintanya secara langsung.

***

Apakah arti dari harapan Iskandar?

Jangan lupa, favorit, like, vote dan kasih hadiah, ya ...

Happy reading guys

Terpopuler

Comments

∆> ɮǟɮʏ KIᗰ Եɑɾɑ <∆

∆> ɮǟɮʏ KIᗰ Եɑɾɑ <∆

kayaknya iska diam diam suka sama rin deh

2020-05-23

7

latte

latte

bamgsat

2020-05-18

0

lihat semua
Episodes
1 Bagian 1 : Mengapa Dia Menatapku?
2 Bagian 2 : Dia Tahu Namaku
3 Bagian 3 : Permintaan Keisha
4 Bagian 4 : Salah Sasaran
5 Bagian 5
6 Bagian 6
7 Bagian 7
8 Bagian 8
9 Bagian 9
10 Bagian 10
11 Bagian 11
12 Bagian 12
13 Bagian 13
14 Bagian 14
15 Bagian 15
16 Bagian 16
17 Bagian 17
18 Bagian 18
19 Bagian 19
20 Bagian 20
21 Bagian 21
22 Bagian 22
23 Bagian 23
24 Bagian 24
25 Bagian 25
26 Bagian 26
27 Bagian 27
28 Bagian 28
29 Bagian 29
30 Bagian 30
31 Bagian 31
32 Bagian 32
33 Bagian 33
34 Bagian 34
35 Bagian 35
36 Bagian 36
37 Bagian 37
38 Bagian 38
39 Bagian 39
40 Bagian 40
41 Bagian 41
42 Bagian 42
43 Bagian 43
44 Bagian 44
45 Bagian 45
46 Bagian 46
47 Bagian 47
48 Bagian 48
49 Bagian 49
50 Bagian 50
51 Bagian 51
52 Bagian 52
53 Bagian 53
54 Bagian 54
55 Bagian 55
56 Bagian 56
57 Bagian 57
58 Bagian 58
59 Bagian 59
60 Bagian 60
61 Bagian 61
62 Bagian 62
63 Bagian 63
64 Bagian 64
65 Bagian 65
66 Bagian 66
67 Bagian 67
68 Bagian 68
69 Bagian 69
70 Bagian 70
71 Bagian 71
72 Bagian 72
73 Bagian 73
74 Bagian 74
75 Bagian 75
76 Bagian 76
77 Bagian 77
78 Bagian 78
79 Bagian 79
80 Bagian 80
81 Bagian 81
82 Bagian 82
83 Bagian 83
84 Bagian 84
85 Bagian 85
86 Bagian 86
87 Bagian 87
88 Bagian 88
89 Bagian 89
90 Bagian 90
91 Bagian 91
92 Bagian 92
93 Bagian 93
94 Bagian 94
95 Bagian 95
96 Bagian 96
97 Bagian 97
98 bagian 98
99 Bagian 99
100 Bagian 100
101 Extra Story 1
102 Extra Story 2
103 Extra Story 3
104 Extra Story 4
105 Extra Story 5
106 Extra Story 6
107 Extra Story 7
108 Pengumuman Season 2
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Bagian 1 : Mengapa Dia Menatapku?
2
Bagian 2 : Dia Tahu Namaku
3
Bagian 3 : Permintaan Keisha
4
Bagian 4 : Salah Sasaran
5
Bagian 5
6
Bagian 6
7
Bagian 7
8
Bagian 8
9
Bagian 9
10
Bagian 10
11
Bagian 11
12
Bagian 12
13
Bagian 13
14
Bagian 14
15
Bagian 15
16
Bagian 16
17
Bagian 17
18
Bagian 18
19
Bagian 19
20
Bagian 20
21
Bagian 21
22
Bagian 22
23
Bagian 23
24
Bagian 24
25
Bagian 25
26
Bagian 26
27
Bagian 27
28
Bagian 28
29
Bagian 29
30
Bagian 30
31
Bagian 31
32
Bagian 32
33
Bagian 33
34
Bagian 34
35
Bagian 35
36
Bagian 36
37
Bagian 37
38
Bagian 38
39
Bagian 39
40
Bagian 40
41
Bagian 41
42
Bagian 42
43
Bagian 43
44
Bagian 44
45
Bagian 45
46
Bagian 46
47
Bagian 47
48
Bagian 48
49
Bagian 49
50
Bagian 50
51
Bagian 51
52
Bagian 52
53
Bagian 53
54
Bagian 54
55
Bagian 55
56
Bagian 56
57
Bagian 57
58
Bagian 58
59
Bagian 59
60
Bagian 60
61
Bagian 61
62
Bagian 62
63
Bagian 63
64
Bagian 64
65
Bagian 65
66
Bagian 66
67
Bagian 67
68
Bagian 68
69
Bagian 69
70
Bagian 70
71
Bagian 71
72
Bagian 72
73
Bagian 73
74
Bagian 74
75
Bagian 75
76
Bagian 76
77
Bagian 77
78
Bagian 78
79
Bagian 79
80
Bagian 80
81
Bagian 81
82
Bagian 82
83
Bagian 83
84
Bagian 84
85
Bagian 85
86
Bagian 86
87
Bagian 87
88
Bagian 88
89
Bagian 89
90
Bagian 90
91
Bagian 91
92
Bagian 92
93
Bagian 93
94
Bagian 94
95
Bagian 95
96
Bagian 96
97
Bagian 97
98
bagian 98
99
Bagian 99
100
Bagian 100
101
Extra Story 1
102
Extra Story 2
103
Extra Story 3
104
Extra Story 4
105
Extra Story 5
106
Extra Story 6
107
Extra Story 7
108
Pengumuman Season 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!