Rin berlari ke atap sekolah di gedung Timur. Ya, tempat ini sering sekali jadi pelampiasan dan tempat persembunyian anak-anak yang ingin merokok. Entah apa yang membuatnya datang ke sini. Nyalinya sungguh besar karena sudah mulai gerah. Ia benar-benar membenci tatapan orang itu.
"Iskandar payah !!!!!" teriak Rin Untungnya di sana sepi, mengetahui itu ia langsung meluapkan semua emosinya.
"Siapa yang payah?" Tiba-tiba terdengar suara berat seorang lelaki. Mendengar itu kakinya langsung lemas.
Tap
Tap
Tap
Suara sepatu berhak yang khusus dimiliki anak komdis untuk memperingatkan kehadirannya, perlahan-lahan mulai mendekatinya.
"Bisa ulangi lagi?" Katanya yang kini berdiri tepat di belakang Rin.
"Uhm.., emm ..." Rin malah gagu, tidak bisa berbicara, orang itu yang ternyata adalah Iskandar berpindah dan kini berdiri di hadapannya. Rin menunduk, tidak berani menatapnya,
"Hey ..." Suara beratnya membuat Rin bergidik ngeri.
"Kenapa juga dia ada di sini, apa dia habis melakukan razia?" gumam Rin dalam hati.
"Hey ..." Iskandar memanggil Rin lagi lalu tangannya itu menyentuh pipi gadis mungil itu dan mengangkat kepalanya lalu mencubitnya.
"ugh, cubitannya sakit sekali," Batin Rin.
"Sadarlah!" bentaknya. Rin hanya memejamkan mata ketakutan.
"Sadarlah!! Buka matamu !!!" bentaknya lagi yang seolah menusuk jiwa.
"Bangun sayang....,"
"Eh? Sejak kapan dia memanggilku sayang??"
"Sayang, bangun, buka mata kamu....," Tiba-tiba Rin mendengar suara Bundanya.
Ia lalu membuka mata dan melihat ke sekeliling. Ternyata ia ada di kamarnya, tidak! lebih tepatnya di atas tempat tidur.
"Bunda?" lirih Rin.
"Kamu kenapa dibangunin susah? Biasanya udah siap jam segini." Kata Bunda.
Rin yang masih bingung lalu bangun dan duduk.
"Emangnya sekarang udah jam berapa, Bunda?"
"Setengah tujuh," jawab Bunda.
"Setengah tujuh. Oh.., eeh??? Kenapa bunda baru bangunin Rin?" Rin langsung loncat.
"Kamunya yang susah dibangunin, ya udah Bunda siapin sarapan kamu di bawah, cepetan ya," Kata Bunda lalu turun ke bawah.
***
Rin berlari ke gerbang sekolah, ya sekarang masih jam setengah delapan gerbang sekolah masih dibuka, tapi pasti tidak akan lolos oleh anak komdis. Biarlah, hari ini ia ada ulangan Kimia.
Benar saja, saat masuk ke lobby, ia sudah disambut Zaskia, wakil ketua Komdis.
"Sebutkan nama lengkap dan kelas" katanya pada Rin.
"Arini Kalista, kelas XI MIA C," jawab Rin.
"Oke, silahkan bergabung dengan yang lain,ya." ucapnya dingin.
Rin meletakkan tas ranselnya di tempat orang-orang meletakkannya lalu bergabung dengan anak-anak lain yang berjalan jongkok keliling lapangan.
"Tangannya letakkan di belakang kepala!!!" pekik Iskandar yang suaranya begitu lantang. Anak-anak langsung meletakkan tangan mereka ke belakang kepala.
"Ugh, ngeselin banget, sih jadi orang." gumam Rin.
"Arini Kalista kelas XI MIA C, lebih baik menyelesaikan hukuman daripada ngedumel," sindir Iskandar sambil menatapnya tajam.
"Ya ampun, dia sadar???" batin Rin.
"Iya ...." Sampai akhirnya ia mengiyakannya saja sambil memasang senyum paksa.
***
Rin memasuki kelas, untungnya guru belum datang. Ia segera duduk di bangku.
"Rin??" sapa Yura, teman sebangkunya yang langsung menyambut.
"Hah..., Kakiku pegel!!" keluh Rin sambil memijat-mijat kakinya.
"Uugh.., kukira kamu gak masuk hari ini." khawatir Yura, meskipun dia masih dua bulan jadi murid di sini, tetapi dia cukup dekat dengan Rin.
"Salah sendiri telat," komentar Ori yang duduk di belakangku.
"Iih.., berisik lu! Ini semua gara-gara temen lu tau,gak??" tuding Rin dendam kesumat.
"Temen Ori?" Yura bingung.
"Brak!"
Sayangnya obrolan mereka terputus karena Teguh—ketua kelas XI MIA C menggebrak meja guru untuk mendapat perhatian.
"Perhatian semuanya...," Katanya.
"Hari ini Mister Galih gak masuk kelas, soalnya lagi survei tempat camping anak kelas sepuluh, jadi kita dikasih tugas," kata Teguh lalu membuka secarik kertas yang dari tadi ia pegang.
"Buat procedure text berkelompok tiga sampe empat orang Minggu depan dipraktekkan." ucap Teguh.
"Mau kocok atau sendiri-sendiri?" tanyanya.
"Pilih Sendiri!!" kata seisi kelas serentak.
"Oke. Gue udah ngasih tau tugasnya,ya. Awas lu pada gak ngerjain!" ujar Teguh memperingatkan lalu kembali ke tempat duduknya.
"Ugh.., tugas nambah, bikin mood berkurang!" gerutu Rin.
"Kita sekelompok, ya Rin, aku gak kenal kalo sama yang lain," pinta Yura buru-buru.
"Ya,ya..," sahut Rin biar gampang.
"Ori, kamu juga harus sekelompok sama kita!" paksa Yura.
"Hah?" Ori agak tak terima.
"Iya udah biar bertiga." Rin menmbenarkan supaya tidak pusing cari kelompok.
"Lah, Rin? Terus gue?" Tiba-tiba Roger yang duduk sebangku dengan Ori berceletuk.
"Lu sama yang lain aja," tukas Rin cuek.
"Tega sekali dirimu, Rin. Lebih baik aku sama Loli dan pak ketua kelas!" ujar Roger.
Rin hanya memutar bola matanya melihat tingkah Si Jambul Cetar Membahana itu.
***
Kini mereka duduk bertiga di kantin. Ori dari tadi menonton video-video memasak di Utube.
Tap
Tap
Tap
Suara yang tidak asing bagi Rin, ia segera menemukan si pemilik sepatu berisik itu, tidak lain dan tidak bukan, dia adalah si ketua komdis. Tunggu, masa iya dia mau ke sini??
"Gue gabung,ya," Suara beratnya itu sangat familiar di telinganya apalagi tadi pagi baru memimpikannya. Eh, ralat, dihukum olehnya.
"Ngapa lu gabung ke sini?" Tanya Ori. Refleks, Rin langsung tersenyum kecil. Ori benar-benar penyelamat dirinya.
"Sebentar doang, gue mau isi tenaga dulu, abis ini mau main basket," ucapnya lalu memakan makanan yang ia beli.
"Hai, Iskandar," sapa Yura.
"Hai, Yura. Bagaimana sekolah di sini? Apa lu nyaman?" tanya Iskandar ramah.
"Iya. Semua anak-anaknya baik. Ya, meskipun aku belum bisa akrab sama semuanya," tukas Yura.
"Baguslah. Setidaknya sampai sekarang elu masih belum melanggar peraturan. Pertahankan itu. Jika ada orang yang ngebully elu, jangan sungkan kasih tau gue, atau teman-teman komdis atau Ori."
"Kok gue??" Lagi-lagi ia tak terima.
"Kalian Deket,kan?" ucap Iskandar asal menduga.
"Iya, aku akan mendengarkan saran kamu. Terimakasih Iskandar," ucap Yura buru-buru.
"Iska aja," ralat Iskandar dengan senyum ramahnya.
"Ya ampun, gue jadi nyamuk lagi kah? Kayaknya dugaan gue selama ini gak bener tentang Iskandar," batin Rin
"Rin." Tiba-tiba si pemilik suara berat itu memanggil Rin.
"Ah.., i,iya?" ucap Rin reflek.
"Usahakan jangan telat lagi, padahal tahun ini lu hampir jadi siswa teladan lagi," Kata Iska sambil menatap wajah Rin. Kali ini lelaki itu benar-benar menatap wajah Rin.
"I-iya," sahut Rin lalu menunduk.
"Satu lagi, jangan sering-sering menunduk, apalagi kalo ketemu gue!" tekannya lagi lalu beranjak.
"Lah? Lu udah selesai?" tanya Ori.
"Udah. Nanti Idho bakalan ngejek gue kalo lama-lama," katanya lagi. Ori hanya mengangguk-angguk.
"Kapan-kapan lu juga harus ikut," ujarnya lagi lalu pergi.
Rin sungguh tidak menyangka, tadi barusan dia memanggil dengan nama panggilannya.
"Ori," panggil Rin.
"Apa?" tanggal Ori.
"Kok Iskandar tau gue?" tanya Rin.
"Ya tau,lah. Dia 'kan harus kenal sama semua anak di sini."
"Iya, dia baik banget, perhatian lagi," tambah Yura.
"Ewh..., Itu mah sok perhatian!" timpal Rin menyangkal pendapat Yura.
"Dia harus begitu. Untuk meringankan tugasnya. Semua anak bermasalah dideketin dan dikasih nasihat. Syukur-syukur didengerin," pungkas Ori.
"Dia benar-benar berjuang keras," imbuh Yura.
"Ewh.., kenapa jadi muji-muji dia,sih???" Rin malah makin kesal.
"Udah, mending bantuin gue, prosedur apa yang mau kita buat." Ori mengalihkan topik.
***
Sementara itu, Iskandar yang berjalan meninggalkan kantin sesekali menoleh ke arah Rin sedang berdiskusi.
"Apakah aku bersikap terlalu dingin? Apa bersikap seperti itu sudah benar? Dari raut wajahnya bahkan dia tidak menyukai kehadiranku. Apa aku pernah berbuat salah dengannya?" pikir Iskandar.
"Woy Papah Iska !!!" Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya, dari cara memanggilnya ia sudah bisa menebak dia ini siapa.
"Eh, elu, Dho."
"Kemana aja lu? Ayo, katanya mau main basket sama gue?" Katanya langsung merangkul Iskandar, memaksa Iskandar agak menunduk karena ia ebih tinggi darinya.
"Ya iyalah, mana pernah gue ingkar janji." ucap Iskandar lalu pergi mengikuti Idho. Lagi-lagi ia menoleh ke belakang untuk memandang Rin sekali lagi. Ia berharap Rin bisa melihat permainannya di lapangan. Ya hanya berharap saja. Ia benar-benar belum bisa memintanya secara langsung.
***
Apakah arti dari harapan Iskandar?
Jangan lupa, favorit, like, vote dan kasih hadiah, ya ...
Happy reading guys
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
∆> ɮǟɮʏ KIᗰ Եɑɾɑ <∆
kayaknya iska diam diam suka sama rin deh
2020-05-23
7
latte
bamgsat
2020-05-18
0