Singa VS Kucing
Bel tanda masuk sudah berbunyi, tidak biasanya Rin masih ada di luar kelas di jam segini. Ini semua karena Rin harus mencari sumber untuk konten Mading besok. Arini Kalista atau yang akrab dipanggil Rin masuk dalam tim konten untuk Mading. Di sekolah swasta yang sangat mewah dan besar ini, terdapat organisasi sendiri yang bertugas mengisi berita dan konten penting di 5 Mading yang tersebar di beberapa gedung.
Rin berlari tunggang langgang menuju kelasnya.
"Kenapa perpustakaan harus ada di gedung utama???" keluhnya yang masih terus berlari. Sebagai anak kelas sebelas, memang agak sengsara karena kelas mereka berada jauh dari segala fasilitas sekolah seperti perpustakaan, kantin dan gedung serbaguna. Ya, meski tidak sejauh saat masih kelas sepuluh.
Rin membenarkan kacamatanya yang miring lalu melihat jam tangannya, Ia ingat sangat jelas bahwa toleransi di luar kelas setelah bel masuk berbunyi adalah lima belas menit,
"Ugh, sepuluh menit la—"
Gedubrak!
"Ah sial! Gue jatuh??" umpatnya refleks.
"eh, kacamata gue??" Ia berusaha mencari kacamatanya. Pasti terlepas saat aku jatuh tadi.
"Ini ...." Tiba-tiba ada yang menyodorkan kacamata padanya, Rin buru-buru mengambilnya.
"Thanks," ucapnya lalu langsung memakai kacamata itu dan berusaha melihat siapa orang yang dengan baik hati menolong dirinya.
"Habislah gue," umpatnya sekali lagi saat melihat sosok di hadapannya.
Bukan seorang pahlawan yang barusan menolong, melainkan ketua komisi kedisiplinan sekolah ini, Iskandar Radjamuda Utama.
Rin berusaha berdiri.
"Aaw ...." rintihnya, sepertinya lututnya terasa agak nyeri.
Orang itu denagn sigap mengulurkan tangannya, sayangnya Rin ragu menerimanya.
"Jangan buang-buang waktu!" bentaknya langsung menarik tangan Rin dan membantunya berdiri.
"Lu bisa jalan?" tanyanya lagi agak ketus.
Rin mengangguk pelan sambil membuang muka, lebih tepatnya tidak berani menatap wajahnya.
"Kalau gitu segera kembali ke kelas, sebelum gue kasih lu poin!" ancamnya lalu pergi begitu saja.
Sepeninggalannya, Rin langsung mengipas-ngipasi diri dengan tangannya.
"Ya ampun, sesaat gue berhenti bernafas. Auranya mengerikan." Ia berbicara sendiri,
"Oh,iya, balik ke kelas!" serunya baru ingat lalu segera berlari sambil menahan sakit.
***
Arini Kalista atau Rin, seorang gadis berponi, berkacamata dengan setelan yang selalu rapih yang sangat tidak suka jika harus berurusan dengan yang namanya Komisi Kedisiplinan. Bahkan tidak menggunakan dasi atau menggulung lengan kemeja atau bahkan memendekkan rok akan langsung dapat hukuman di sini.
Tapi tidak hanya itu, ia memiliki identitas yang lain di sini. Bukan hanya seorang gadis biasa yang terlihat cupu atau seorang pengisi konten mading. Ia adalah si Pencuri Informasi, atau bahasa kerennya adalah stalker. Menelusuri informasi semua warga sekolah tanpa diketahui adalah keahliannya, entah kenapa sejak Mao Riyandi Rahyudi alias Ori—pertnernya mengajak stalking, ia malah ketagihan.
Ya, Ori adalah rekannya dalam ketua tim konten Mading sekaligus satu-satunya anak laki-laki yang bisa ia ajak berbicara santai. Mereka memiliki sifat dan pandangan yang sama.
Sedangkan Iskandar Radjamuda Utama adalah salah satu penghuni Kelas XI-MIA-A yang disebut sebagai kelas dewa. Itu karena semua siswa di situ sangat sempurna seperti para dewa. Dia super duper disiplin, itu kenapa dia dipilih sebagai ketua komdis.
Tidak hanya itu, dia dikenal dekat dengan semua siswi cantik di sekolah ini. Itu yang membuat para siswa iri padanya. Namun Di kepala Rin dia seperti seorang raja kejam yang memiliki banyak selir.
"cukup Rin, kamu kebanyakan nonton drama saeguk!"
Tapi satu hal yang tidak Rin tahu tentang dia. Kenapa dia selalu memandangnya akhir-akhir ini?? haruskah Rin cari tahu tentang ini? Khusunya sejak insiden kacamata itu.
***
Rin berlari menuju lapangan setelah selesai rapat organisasi. Akhirnya setelah bertahun-tahun menjadi obat nyamuk Liska—sahabatnya mengajak pulang bareng. Ya, setelah ia jadian dengan si jambul cetar membahana alias Roger, mereka jadi jarang menghabiskan waktu bersama, meskipun sebenarnya si Roger itu agak dekat juga dengan Rin karena mereka berasal dari SMP yang sama.
Akhirnya sampai di pinggir lapangan, Rin membenarkan kacamataknya yang miring, matanya langsung mencari sosok Liska yang sedang berlatih paskibra untuk upacara pembukaan class meeting nanti.
Namun tiba-tiba aku merasa ada seseorang yang sedang mengawasimya dengan tatapan yang tajam. Rin tidak butuh waktu lama untuk bisa menemukannya. Seorang laki-laki tinggi, bertubuh tegap, berambut agak ikal, dengan alis tebal dan rahangnya yang tegas sedang menatap dirinya.
Kaki Rin langsung lemas.
"Ya ampun..., Gue salah apa, sih sebenarnya?" ucapnya reflek. Pasti orang itu yang menatapnya. Jika memang orang itu yang menatapnya, pasti ia sudah melakukan kesalahan. Ya, siapa lagi kalau bukan si ketua komdis, Iskandar Radjamuda Utama. Anehnya, laki-laki itu hanya menatap Rin saja tanpa melakukan apapun.
"Woy..!" Tiba-tiba ada yang menyenggol siku Rin.
"Liska!" serunya lega.
"Ngapain bengong? Liatin siapa? Liatin Iskandar, ya??" ledek Liska sambil menaikturunkan alisnya.
"Bukan!!" seru Rin ketakutan.
"Ooh..., Dikira. Soalnya dari tadi dia ngeliatin elu mulu," kata Liska.
"Hah? I-iya ... makanya, kenapa dia ngeliatin gue?" Ternyata insting Rin tidak salah.
"Uhmm..., Entahlah. Suka kali," jawab Liska asal.
"Ih, jangan ngaco! Pasti gue udah melakukan kesalahan ..." Rin malah membuat asumsi.
"Kesalahan? Negatif thinking banget. Udah, ah ayok pulang," katanya sambil memeluk lenganku.
Sayangnya rasa khawatir itu tak sirna begitu saja. Rin selama hampir dua tahun menjadi murid SMA Gandaria, tidak pernah sekalipun melakukan kesalahan. Ia bahkan sangat menjamin itu. Ia sangat hafal peraturan-peraturan yang tidak boleh dilanggar. Sebagai sekolah swasta, sekolah ini memang agak ketat. Namun jika sudah berurusan dengan yang namanya Iskandar Radjamuda Utama, itu berarti adalah kesialan. Pasti orang-orang akan langsung menyadari keberadaan dirinya, pasti orang-orang akan langsung membicarakannyA dan pasti orang-orang akan langsung mencap dirinya sebagai murid yang buruk.
"Emangnya elu ngelakuin kesalahan apa, sih Rin?" tanya Liska setelah mendengar semua kekhawatiran gadis mungil ini jika berurusan dengan si ketua komdis itu.
"Makanya.., mungkin aja gue melakukan kesalahan tanpa gue sadari ... " imbuh Rin yang masih saja khawatir.
"Eh, Rin, kalau emang elu melanggar aturan-aturan sekolah, dia pasti langsung datengin elu dan negur elu plus ngasih hukumannya di saat itu juga," ujar Liska.
"Begitu?"
"Iya, mungkin aja bukan elu kali yang diliatin, tapi orang di belakang elu." Lagi-lagi Liska asal berucap.
"Gak ada siapa-siapa di belakang gue!"
"Yah, yaudah, positif thinking aja," hibur Liska.
Rin berharap apa yang Liska bilang adalah benar. Jika sampai orang-orang mengenalnya, maka ia tidak bisa lagi sebebas dulu "berkarya".
***
Keesokan harinya.
Meskipun Liska sudah berusaha menghibur Rin, tetap saja ia tidak bisa tenang, tatapan Iskandar yang tajam itu yang bahkan masih ia rasakan terus mengusik hidupnya.
Kini Rin menunggu seseorang di depan pintu kelas. Orang itu adalah sumber terpercaya yang bisa memberikannya informasi tentang Iskandar.
Seorang anak laki-laki dengan rambut belah tengah, berkacamata bulat dan pakaian yang sangat rapih berjalan menuju pintu kelas.
"Hai, Rin, lu ngapain di depan kelas?" tanyanya. Narasumber Rin adalah Ori. Tanpa basa-basi Rin langsung menariknya ke dalam kelas.
"Woy, lu ngapain dah narik-narik gue?" paniknya.
"Diem, culun!" gertak Rin menyebut julukannya.
"Duduk di sini!" perintahnya sambil menunjuk bangku di belakang.
"Itu, kan emang bangku gue!" protes Ori agak kesal lalu meletakkan tas di atas mejanya dan duduk.
"Kenapa? Cepet cerita! Lu mau komplain sama hasil rapat kemarin?"
"Enggak. Gue, kan udah bilang kalo gue setuju."
"Terus?"
"Uhmm ..." Rin duduk di bangkunya sambil menghadap Ori.
"Lu sama Iskandar temen deket,kan?" Rin memulai pembukaan.
"Iya. Terus?"
"Uhmm..., Apa dia pernah cerita tentang gue? Misal, gue bermasalah apa gitu?"
Ori alias si culun itu memandang Rin dengan tatapan serius.
"Pernah, gak?" tanya Rin penasaran.
"Pft...," Tiba-tiba Ori malah tertawa.
"Kok ketawa?" bingung Rin.
"Sumpah, lu Ge-er banget. Dia itu cuman cerita tentang anak-anak yang benar-benar bermasalah. Kalau orang kayak lu, paling kesalahannya lupa pake dasi, atau telat masuk kelas. Hahaha ...."
"Beneran? Berarti gue emang gak ada masalah,kan?"
"Tapi ..." Kata Ori tiba-tiba.
"Tapi apa?"
"Dia pernah ngomongin sesuatu tentang elu, tapi emang bukan tentang elu yang bermasalah, tapi dia punya masalah sama elu,"
"Apa? Masalah sama gue?"
"Iya, masalah pribadi," Kata Ori sambil tersenyum.
"Ma, masalah pribadi? Masalah pribadi gimana?"
"Ya, tanya aja langsung sama dia. Itu udah bukan wewenang gue, sayangnya," ujar Ori dengan senyum licik khasnya.
"Ck, oke. Liat aja, nanti akan gue introgasi dia!!" tekad Rin, meskipun sebenarnya sok-sokan doang, padahal kakinya ini gemetaran. Ia benar-benar khawatir, jika itu masalah pribadi, maka itu masalah yang lebih besar dari sekedar melanggar aturan sekolah.
***
Hayoo, Apakah tujuan sebenarnya Iskandar menatap Rin?
Langsung next bab aja yuk
Jangan lupa, Favorit, like, komen, vote dan kasih hadiah. Happy reading guys
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
🍂-----🌿
🥺 ajarin buat yg kaya gini
2020-10-17
1
Dewi Asmara
Kata2nya enak dan jelas untuk di baca 👍👍👍
2020-09-24
4
Andiyas
ceritanya keren...bikin penasaran..
2020-09-14
0