Suara dering ponselnya membangunkan Dea dari tidurnya. Dea merubah posisi tidurnya menjadi duduk kemudiaan meraih ponselnya diatas nakas, setelah memastikan Brian masih memejamkan matanya.
"Lini??." lirih Dea saat melihat nama sahabatnya itu tertera di layar ponselnya. tanpa menunggu lama Dea pun menerima panggilan telepon dari Lini.
"De, kamu di mana sih, barusan kak Aris menelepon dan menanyakan keberadaan kamu." baru juga panggilan tersambung dari seberang sana Lini sudah mencecarnya.
"Terus kamu jawab apa???." bukannya menjawab Dea justru balik bertanya dengan perasaan cemas, bahkan Dea sampai menepuk jidatnya mengingat semalam ia tak sempat menghubungi Lini.
"Aku bilang saja kamu sedang di kamar mandi, sebenarnya kamu di mana sih??? kata kak Aris kamu tidak mengangkat panggilannya. lagian kamu kenapa pake bohong segala sih bilang menginap di rumahku???."
"Kalau mas Aris telepon lagi bilang saja aku sudah diperjalanan pulang ke rumah." bukannya memberitahu keberadaannya, Dea justru menitip pesan pada Lini dan sahabatnya itu pun tak punya pilihan lain selain mengiyakannya.
Setelahnya Dea pun memutuskan sambungan teleponnya lalu beranjak turun dari tempat tidur.
"Mau kemana????." suara serak Brian mengalihkan perhatian Dea. "Aku harus segera pulang kak Aris mencariku." ucapnya sebelum kemudian kembali melanjutkan pergerakannya. Ternyata sejak Dea terjaga tadi Brian pun telah terjaga, pria itu hanya saja belum membuka mata, sengaja ingin mendengar percakapan Dea melalui sambungan telepon. Brian berpikir jika yang tadi menghubungi Dea adalah seorang pria.
"Memangnya kenapa jika yang tadi menghubunginya adalah seorang pria, apa urusannya denganku???." gumam Brian setelah tubuh Dea menghilang di balik pintu kamar mandi. pria itu seolah ingin menepis perasaan aneh yang terlintas begitu saja di benaknya.
Setelah membersihkan tubuhnya serta kembali mengenakan pakaiannya, Dea pun berlalu begitu saja meninggalkan tempat itu tanpa berniat menunggu Brian selesai dengan kegiatannya di kamar mandi. menurut Dea, bukankah dirinya hanyalah sekedar pemuas na_fsu semata bagi Brian lalu untuk apa dia harus repot-repot berpamitan pada pria itu, lagi pula mana mungkin Brian mau peduli lagi setelah keinginannya telah terpenuhi. Berbeda dengan dugaan Dea, Brian justru terlihat kesal kala meninggalkan kamar mandi tak lagi menemukan keberadaannya. Bahkan semua maid menjadi sasaran kekesalan Brian.
***
Pagi itu waktu telah menunjukkan pukul delapan pagi, Dea berpikir Aris pasti sudah berangkat kerja sejak setengah jam yang lalu tapi ternyata dugaannya salah, ketika ia tiba di rumah mobil kakaknya itu masih terparkir di garasi.
"Kak Aris belum berangkat kerja???." dahi Dea berkerut halus.
Suara langkah mengalihkan perhatian Dea dari objeknya.
"Kak Aris....kak Aris belum berangkat kerja???." Dea berusaha bersikap seperti biasa walau jantungnya bertalu-talu khawatir Aris mengetahui kebohongannya.
"Ini baru mau berangkat, lain kali kalau di telepon itu di jawab, jangan membuat kakak jadi cemas. Kakak pikir kamu Kenapa Napa untungnya Lini menjawab panggilan kakak jadi Kakak bisa tenang." beritahu Aris.
Dea menghela napas lega mendengarnya. "Thank you, Lin, kamu memang sahabat terbaikku." dalam hatinya.
"Sebaiknya kamu masuk, kakak mau berangkat kerja sekarang. uang saku bulanan kamu kakak letakkan di atas kulkas." pesan Aris dan Dea mengangguk. "Makasih ya kak." ucapan Dea disertai dengan pergerakannya yang kini membawa tubuhnya ke pelukan Kakaknya itu.
"Sama sama. Sana siap-siap ke kampus!!!." kata Aris setelah melerai pelukan mereka.
Dea mengangguk namun wanita itu tak langsung masuk, ia memilih menyaksikan mobil Aris mulai meninggalkan pekarangan barulah masuk ke dalam rumah.
Usai bersiap Dea lantas menikmati sarapan pagi yang telah disiapkan oleh Aris untuknya. "Kak Aris memang kakak terbaik." rasa bersalah kembali menelusup ke relung hati Dea saat mengingat perbuatannya yang telah mengecewakan kakaknya itu meskipun sebenarnya ia sendiri tidak ingin melakukannya, hanya saja keadaan serta situasi yang memaksa dirinya harus menjadi budak se_ks seorang Brian Jilbert.
Tidak ingin sampai terlambat tiba di kampus Dea lantas mulai menyantap makanannya. usai menyantap sarapannya Dea pun bergegas menuju kampusnya.
***
Di kampus, Dani yang semakin menyadari perubahan sikap Dea sengaja menunggu kedatangan sahabatnya itu di area parkiran kampus.
Dua puluh menit menunggu di dalam mobilnya, Dani lantas beranjak saat melihat kedatangan motor Dea memasuki area parkiran kampus.
"Dani." Dea cukup terkejut dengan keberadaan Dani di belakang tubuhnya.
"De, boleh aku minta waktu kamu sebentar??? Ada yang ingin aku bicarakan padamu." ucap pria itu.
"Ini penting dan tidak di sini" lanjutnya.
"Memangnya apa yang ingin kamu bicarakan???." sebenarnya Dea malas terlalu dekat dengan Dani mengingat setiap kali ia berada di sekitar Dani, kekasih dari pria itu akan berpikir yang bukan-bukan bahkan menuduh Dea wanita murahan yang mencoba mendekati kekasihnya.
Dani terus memasang wajah memelas sampai akhirnya Dea pun merasa tak enak hati terus menolaknya.
"Baiklah." jawab Dea pada akhirnya.
*
Di kantin kampus, di sinilah kedua sahabat itu duduk saling berhadapan hanya sebuah meja kantin yang menjadi perantara di antara keduanya.
"Memangnya apa yang ingin kamu bicarakan, Dan??." tidak ingin berlama-lama dan akan menimbulkan Fitnah yang akan berujung kesalahpahaman Lita nantinya, Dea lantas mempertanyakan tujuan Dani mengajaknya mengobrol.
"De, sebenarnya apa yang membuat kamu sampai menghindari aku???."
Deg.
Dea terkejut mendengarnya, ternyata pria itu telah menyadari perubahan sikapnya selama seminggu terakhir.
"Dan, aku hanya tidak ingin Lita salah paham lagi dengan hubungan kita. Aku juga lelah harus menghadapi sikap Lita dan juga segala tuduhannya padaku. Takutnya ke depannya aku tidak bisa lagi menahan diri jika dia terus menuduhku yang bukan-bukan." ungkap Dea yang tak sepenuhnya berdusta.
"Tapi De_." Dani tak melanjutkan kalimatnya saat menyaksikan Lita yang kini tengah berjalan ke arah mereka dengan wajah geramnya. tanpa aba-aba gadis itu langsung menjambak rambut panjang Dea hingga membuat Dea hampir saja terpental jika Dani tak segera menyanggah tubuhnya.
"Dasar perempuan gatal." tanpa peduli dengan Dani yang mencoba menghentikan pergerakannya, Lita terus menjambak rambut Dea. Sementara Dea yang kini sudah kehabisan kesabaran menghadapi sikap Lita akhirnya membalas tindakan Lita hingga akhirnya terjadilah perkelahian yang membuat Dani kewalahan sendiri untuk melerainya.
Semenjak mengenal Dea, baru kali ini Dani melihat sisi lain dari wanita itu. Dea yang biasanya memilih mengalah untuk menghindari perkelahian kini justru terlihat begitu garang, mungkin karena sudah kehabisan kesabaran sehingga membuat Dea bersikap demikian terhadap Lita yang suka bertindak semena-mena padanya.
Bahkan Dani yang kala itu mencoba melerai justru ikut terpental. Untungnya ada seorang mahasiswa yang melaporkan kejadian itu pada dosen hingga seorang dosen terlihat menyambangi kantin kampus.
"Lita ....Dea ....apa yang kalian lakukan, hah????." bentakan dosen berhasil menghentikan perkelahian kedua wanita cantik itu.
Baik Lita dan Juga Dea tak langsung menjawab, keduanya terlihat mengatur napas yang tersengal-sengal akibat durasi perkelahian keduanya yang cukup lama dan menguras tenaga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Pasrah
dasar wanita ular suatu saat akan menerima balasan nya apa yg di lakukan pada orang lain yg gak salah apa "
2024-06-07
0
Wirda Lubis
Lita si ular jahat
2024-02-08
0