"Cari tahu tentang wanita itu dan juga latar belakang keluarganya!!!." titah Brian seraya menutup berkas yang baru saja di tandatanganinya.
"Baik tuan." Sahut Bani yang paham dengan wania yang dimaksud Brian karena kemarin Bani sendiri yang mengerahkan beberapa orang suruhan mereka untuk mencari keberadaan gadis bernama lengkap Deanita elisya tersebut atas perintah dari Brian. Namun semalam ia harus melakukan tugas mendadak dari Brian sehingga ia tak tahu lagi apa yang terjadi di kediaman Brian malam harinya.
Bani pun pamit pada Brian untuk segera melaksanakan tugas dari pria itu. setelah kepergian Bani, Brian kedatangan sahabatnya, Damar, yang sore itu sekedar mampir ke perusahaannya.
Pembahasan kedua sahabat tersebut seputaran kontrak kerja sama perusahaan mereka dengan pihak perusahaan asing. Sesekali kedua pria dewasa yang sama sama tampan dengan porsinya masing-masing tersebut membahas tentang kehidupan pribadi, tentunya minus dari cerita Brian yakni sesuatu yang telah ia lakukan sehingga membuat seorang gadis kehilangan harta yang paling berharga dalam hidupnya.
Percakapan di antara Brian dan Damar terjedah kala mendengar seseorang mengetuk pintu ruang kerja Brian.
"Masuk!!."
"Selamat siang tuan, ini berkas yang anda Minta." salah seorang pegawai Brian dari divisi keuangan datang membawa laporan keuangan bulan kemarin yang dimintanya pagi tadi.
"Letakkan saja di situ." Brian menunjuk ke arah meja dengan dagunya.
"Baik tuan."
Setelahnya pria itu pun pamit, tapi baru saja ia hendak beranjak, seruan Brian kembali mengalihkan perhatian pria itu pada pimpinannya.
"Pak Aristio." bukannya hafal dengan semua nama dan wajah pegawainya, namun Brian mengetahui nama pria itu dari tanda pengenal yang menggantung di lehernya.
"Tolong anda bawakan berkas ini pada kepala divisi anda, minta dia untuk memeriksanya kembali!!!." Brian menyodorkan salah satu map yang berisikan beberapa berkas pada pria itu.
"Baik tuan." pria itu pun mengangguk sopan. Di saat Brian masih memberi penjelasan pada pria itu akan beberapa hal, tiba tiba saja ponsel pria itu berdering.
"Maaf tuan." pria itu merasa tidak enak ketika deringan ponselnya menyela pembicaraan pimpinannya.
"Terima saja panggilannya siapa tahu saja penting!!!." kata Brian. dengan perasaan sungkan pria itu mulai mengeluarkan ponsel dari saku celananya kemudian menerima panggilan.
"...."
"Tapi kamu baik baik saja kan???." entah apa yang dikatakan seseorang di seberang sana hingga pria itu bertanya demikian.
"...."
"Syukurlah kalau kamu tidak kenapa Napa."
setelahnya pria itu pun memutuskan sambungan telepon dengan alasan masih berada di ruang kerja pimpinannya.
"Ada apa???." entah kenapa Brian yang sejak tadi mendengar percakapan pegawainya yang bernama Aristio tersebut merasa penasaran hingga membuatnya bertanya. sesungguhnya bukan hanya pegawainya itu yang merasa aneh, Damar pun begitu, mengingat baru kali ini Brian mau ambil pusing dengan urusan pegawainya apalagi itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan.
"Ban motor adik saya tiba tiba saja meledak saat tengah melaju, tuan, untungnya adik saya tidak sampai kenapa napa." jawab Aristio apa adanya.
"Sepertinya kau sangat menyayangi adikmu." komentar Brian, mengingat seperti apa paniknya pria itu ketika bicara di telepon tadi.
"Dia adik saya satu satunya tuan, hanya dia yang saya miliki di dunia ini setelah kedua orang tua kami meninggal dunia." beritahu pria berusia dua puluh lima tahun tersebut.
Brian dibuat tersentuh mendengar jawaban pegawainya itu.
Merasa tak ada lagi keperluan di ruangan pimpinan Aristio lantas pamit kembali ke ruang kerjanya.
"Sepertinya pria itu tak jauh berbeda denganmu, kalian sama sama Sayang pada adik kalian." komentar Damar setelah kepergian Aristio, mengingat besarnya kasih sayang Brian pada adik sepupunya, Lita.
"Aku sudah menganggapnya seperti adik kandung ku sendiri." beritahu Brian.
"Ya aku tahu, tapi sekali lagi aku ingatkan jangan sampai rasa kasih sayangmu pada Lita membuatmu melakukan tindakan tanpa berpikir panjang!!!." untuk kedua kalinya Damar berpesan demikian pada sahabatnya itu.
Deg.
Brian jadi salah tingkah mendengarnya. Bagaimana tidak, ia bahkan sudah melakukan hal yang di khawatirkan oleh sahabatnya itu.
***
Di tempat yang berbeda, Dani yang tengah melintas dengan mobilnya tak sengaja melihat sosok gadis yang dikenalnya tengah berjongkok di tepi jalan. Dari apa yang dilihat Dani sepertinya ban motor gadis itu bermasalah.
Dani lantas turun dari mobil mewahnya kemudian menghampiri Dea.
"Dea, apa yang terjadi pada ban motormu???." seruan Dani mengalihkan perhatian Dea dari ban motornya.
"Sepertinya ban motor kamu meledak." komentar Dani setelah memperhatikan kondisi ban motor sahabatnya itu.
Dea mengangguk mengiyakan dugaan Dani.
"Sepertinya bengkel di daerah sini masih jauh, sebaiknya kamu ikut saja bersamaku, aku akan mengantarmu pulang. Untuk motor kamu biar nanti sopirku yang akan mengurusnya." tawar Dani.
"Jauhi pria bernama Dani!!!." ucapan pria asing itu kembali terngiang di telinga Dea.
"Terima kasih atas niat baik kamu tapi sepertinya tidak perlu karena sebentar lagi kak Aris akan segera ke sini." Dea terpaksa berdusta pada Dani, ia tak ingin pria yang telah merebut kesuciannya semalam kembali berbuat jahat padanya jika tahu ia tak kunjung menjauhi sahabatnya itu.
"Sambil menunggu kedatangan kak Aris aku akan mendorong motorku perlahan. Kalau begitu aku duluan ya Dan...." Dengan sekuat tenaga Dea berusaha mendorong motornya menjauh dari Dani.
"Kenapa aku merasa Dea seperti sengaja menghindari ku???." lirih Dani seraya menatap punggung Dea yang semakin menjauh darinya. "Semoga itu hanya perasaanku saja." lanjut gumam Dani, sebelum kemudian beranjak kembali ke mobilnya.
Sudah hampir lima ratus meter Dea mendorong motornya namun ia tak kunjung melihat keberadaan bengkel di sekitar jalan yang ia lalui sementara hari sudah hampir gelap. Bayangan para pria yang menculiknya kemarin kembali terlintas di pikirannya hingga rasa takut kembali hinggap di hati Dea.
"Oh tuhan lindungilah hambamu ini!!!!." dalam hati, Dea memanjatkan doa agar Tuhan selalu melindungi dirinya dari orang jahat, kejadian kemarin masih begitu membekas di hati dan pikiran Dea.
Sorot lampu mobil yang berhenti tak jauh darinya mengalihkan perhatian Dea. Dea bahkan menutup wajahnya dengan telapak tangannya karena merasakan silau.
Pegangan tangannya pada motor terlepas seketika saat melihat sosok pria yang baru saja turun dari mobil mewah tersebut, bahkan kakinya yang terluka dan mulai mengeluarkan darah akibat tertindas motor sekalipun tak lagi terasa oleh Dea.
"Anda mau apa lagi???." dengan tubuh yang bergetar hebat Dea berucap dihadapan pria yang ternyata adalah Brian tersebut.
"Hey....kakimu terluka, apa kau tidak menyadarinya???." bukannya menjawab, Brian justru balik bertanya melihat kondisi yang dialami Dea saat ini. Pria itu menatap Dea dengan tatapan tak terbaca.
Pandangan Dea beralih pada kakinya, dan benar saja kini bagian tubuhnya itu telah mengeluarkan darah tapi ekspresi gadis itu seperti tak merasa sakit sama sekali.
Bani yang saat itu bertugas mengemudikan mobil Brian memilih turun dari mobil, ada rasa tak tega di hatinya saat melihat air mata di sudut mata gadis yang hampir seusia adiknya itu.
Bani membantu untuk menegakkan kembali motor Dea. "Sepertinya kaki anda terluka, Nona." tutur Bani dengan ekspresi wajah seperti sedang menahan sakit.
"Saya baik-baik saja." sahut Dea tanpa menatap wajah Bani, karena wanita itu masih memandang ke arah Brian, khawatir pria itu akan melakukan sesuatu padanya.
Tak berselang lama sebuah mobil yang dikenali Dea menepi tak jauh dari mobil Brian.
"Kak Aris." melihat kakaknya yang baru saja turun dari mobilnya, Dea lantas berlari ke arah Aris tanpa peduli dengan kakinya yang terluka.
"Kamu kenapa De???." Dea memang tidak menangis namun tubuh gadis itu bergetar hebat seperti orang yang sedang ketakutan.
"Dea baik baik saja, kak." dustanya.
Saking mencemaskan kondisi adiknya beberapa saat kemudian barulah Aris menyadari keberadaan pimpinan perusahaan tempatnya.
"Tuan Brian." cicit Aris.
Brian hanya meresponnya dengan anggukan.
"Karena anda sudah ada di sini maka kami pamit, pak Aristio." kata Bani, sementara Brian, pria itu sudah kembali ke mobilnya tanpa sepatah katapun.
Jika Aristo sengaja melintas di jalan itu karena beberapa saat lalu sempat mengirim pesan pada Dea, berbeda dengan Brian yang secara kebetulan melintas di jalanan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Pasrah
smg mereka kakak beradik itu bisa saling menguatkan hati nya
2024-06-07
0
Wirda Lubis
lanjut
2024-02-08
1
Margareth Wakano
wah bagus ceritanya 😍🥰👏👏👏 di tunggu kelanjutannya semangat
2024-01-06
1