Tidak ingin lingkaran hitam kembali menghiasi kedua matanya sehingga membuat kakak laki-lakinya itu kembali bertanya tanya Dea pun memilih mengistirahatkan tubuhnya di tempat tidur, tidak ingin memikirkan tentang pria bernama Brian Jilbert lagi. Bagi Dea biarlah kenangan pahit malam itu bersama Brian dikubur dalam dalam.
Jika suatu hari nanti ia menemukan seorang pria yang siap menikahinya maka Dea berniat mengatakan yang sebenarnya pada pria itu, ia akan mengatakan jika dirinya sudah tak suci lagi. Meskipun semua itu tak semudah membalikkan telapak tangan, semua akan ada konsekuensinya terlebih bagi dirinya pribadi.
Pagi harinya, Dea terjaga dengan wajah yang lebih segar dari semalam. Membersihkan tubuhnya untuk bersiap ke kampus adalah pilihan Dea setelah beranjak dari tempat tidur.
Setengah jam kemudian, Dea yang telah bersiap lantas beranjak meninggalkan kamarnya hendak sarapan bersama dengan Aris. Kegiatan yang hampir setiap hari di lakukan kakak beradik itu sebelum memulai kegiatan masing-masing.
"Di mana kak Aris???." gumam Dea ketika tak menemukan keberadaan Aris di meja makan seperti biasanya.
"Apa kak Aris sudah berangkat??." lanjutnya.
"Tumben kak Aris berangkat pagi-pagi sekali." Dea bisa memastikan kakaknya itu telah meninggalkan rumah setelah menyaksikan saat ini mobil Aris tak ada lagi di garasi.
Dea yang tak selera sarapan seorang diri lantas memilih langsung berangkat tanpa sarapan terlebih dahulu.
Sebelum meninggalkan rumah, Dea berharap harinya akan lebih baik dari kemarin.
***
Di perusahaan Jilbert Group.
Aris yang diminta oleh kepala divisi untuk datang lebih awal nampak harap-harap cemas menanti kedatangan atasannya yang saat ini masih berada di ruangan pimpinan.
Ceklek.
Suara pintu yang dibuka dari arah luar mengalihkan perhatian Aris ke sumber suara. Pria itu nampak berdiri dari duduknya.
"Silahkan duduk pak Aristio!!!." kepala divisi keuangan yang merupakan atasan Aristio di perusahaan kembali mempersilahkan Aris untuk duduk kembali.
"Apa ada masalah sehingga anda memanggil saya, tuan." helaan napas atasannya yang terdengar berat tersebut meyakinkan Aris jika telah terjadi sesuatu.
"Telah terjadi penyalahgunaan Dana perusahaan untuk pembangunan proyek di kota B." beritahu kepala divisi keuangan. Pria itu terlihat memijat pangkal hidungnya untuk meringankan kepalanya yang terasa berdenyut.
"Proyek di kota B???." ulang Aris. Tiga bulan yang lalu Aris di percayakan oleh atasannya itu untuk mengurus semua keuangan dalam pembangunan sebuah gedung mewah di kota B.
"Tapi saya telah melakukan pengeluaran sesuai dengan prosedur yang telah di rencanakan tuan, saya bahkan mencatat semuanya." aku Aris. Aris dibuat tak habis pikir kenapa bisa terjadi masalah seperti itu sementara dirinya selalu mengutamakan kejujuran dalam bekerja.
Pria berusia sekitar empat puluh tahunan tersebut menyerahkan berkas ditangannya pada Aris.
"Bagaimana ini bisa terjadi tuan, ini tidak sesuai dengan berkas yang saya buat bulan kemarin???." Aristio terkejut setelah membaca berkas di tangannya saat ini.
Jujur, atasannya tersebut merasa iba pada Aristio mengingat selama ini pria itu selalu bekerja sepenuh hati dan juga jujur, akan tetapi yang tercatat di berkas yang di pertanyakan pimpinan perusahaan padanya memang memiliki selisih yang nominalnya tidak sedikit.
"Saya percaya pada anda pak Aristio, akan tetapi permasalahannya adalah berkas itu dibubuhi tanda tangan anda dan itu artinya_." pria itu seperti tak sanggup melanjutkan kalimatnya, tak tega melihat kesedihan di wajah bawahannya itu.
"Tuan, sepertinya ada yang dengan sengaja memfitnah saya." elak Aris.
"Permisi...." suara tegas dari salah seorang empat pria berseragam coklat yang masuk ke ruangan tersebut mengalihkan perhatian keduanya ke sumber suara.
"Pihak berwajib???." perasaan Aris semakin tak karuan melihat keberadaan oknum penegak hukum tiba diruangan tersebut.
"Bisa kami bertemu dengan tuan Aristio???." ucap salah seorang diantaranya.
"Saya sendiri, pak." jawab Aristio, pria itu mencoba menampilkan wajah setenang mungkin. Walaupun ia tak merasa bersalah namun siapa yang tidak panik jika sudah berurusan dengan oknum penegak hukum.
"Sebaiknya sekarang anda ikut bersama dengan kami ke kantor, tuan Aristio!!!." pandangan Aristio berpaling ke arah atasannya seolah meminta pertolongan.
Atasannya itu berdiri dari kursinya.
"Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu anda, pak Aristio, percayalah!!!." pria itu menepuk pelan pundak Aris untuk meyakinkan ucapannya.
Aris yang tak punya pilihan lain akhirnya pasrah digiring menuju kantor polisi untuk melakukan pemeriksaan terkait kasus yang dituduhkan padanya.
Tatapan penuh permohonan yang terpancar dari sorot mata Aris semakin membuat kepala divisi keuangan merasa iba pada pria itu.
ucapan pimpinan perusahaan beberapa saat yang lalu masih terlintas di pikirannya.
"Tenang saja, semua ini tidak akan berlangsung lama bawahan anda akan segera terlepas dari tuduhan yang menjeratnya. Saya jamin itu." kalimat yang terucap dari mulut pimpinan perusahaan saat dirinya mencoba melakukan pembelaan pada Aris selaku bawahannya masih terus terlintas di benak kepala divisi keuangan.
"Semoga tuan Brian menepati ucapannya." batin pria itu seraya mengusap wajahnya.
Masih di gedung yang sama namun di ruangan yang berbeda, Brian terlihat tersenyum penuh makna saat menyaksikan dari balik kaca jendela ruangan kerjanya, di mana aristo di bawa oleh beberapa orang pria berseragam coklat memasuki mobil.
"Maaf, saya terpaksa melakukan semua ini pada pegawai sebaik dan sejujur anda pak Aristio." lirihnya dalam hati. Sementara Bani yang menyaksikan pemandangan di depan matanya itu hanya bisa diam, tak sanggup berbuat apa apa karena ia sendiri hanyalah seorang bawahan yang harus mematuhi semua perintah Brian sebagai pemilik perusahaan.
"Apakah Anda tidak sadar jika obsesi anda sudah menghancurkan banyak orang, tuan Brian???." tentu saja kalimat itu hanya berani diucapkan Bani dalam hatinya.
**
"Kenapa sejak tadi perasaanku tidak enak seperti ini??." batin Dea yang kala itu tengah menerima materi dari dosennya.
"Dea...Deanita elisya." Sampai sampai Dea mendapatkan teguran dari dosennya kala melihatnya hanya diam melamun di tengah materi berlangsung.
"Iya pak...." bentakan dari dosen yang terkenal killer di kampusnya berhasil mengejutkan Dea.
"Jika kamu ingin melamun sebaiknya keluar dari kelas saya!!!."
"Maafkan saya, pak, sepertinya saya sedang kurang enak badan pak." Dea terpaksa berdusta agar dosennya itu tetap mengizinkan Dea tetap mengikuti kelasnya.
Sepertinya usaha Dea membuahkan hasil, buktinya dosennya itu membiarkan Dea tetap mengikuti kelasnya.
"Huuuufffff." Dea menghela nafas lega karena ia tetap berada dikelas hingga kelas Usai.
"Apa sebaiknya aku menghubungi kak Aris, tidak biasanya kak Aris berangkat kerja tidak pamit???." gumam Dea setelah semua mata kuliahnya usai Untuk hari ini.
Sudah dua kali Dea melakukan panggilan ke nomor ponsel Aris namun kakaknya itu tak kunjung menerima panggilan darinya.
"Sepertinya kak Aris sedang sibuk." komentar Dea ketika Aris tak kunjung menerima panggilannya yang ke lima kalinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
4U2C
𝗯𝗿𝗶𝗮𝗻 𝗶𝗻𝗶 𝗷𝗮𝗵𝗮𝘁 𝘆𝗮,,𝗺𝗶𝗻𝘁𝗮 𝗹𝗮𝗵 𝗯𝗮𝗶𝗸-𝗯𝗮𝗶𝗸 𝗮𝗱𝗶𝗸 𝗮𝗿𝗶𝘀 𝘁𝘂𝗵,,𝗸𝗲𝗻𝗮𝗽𝗮 𝗵𝗮𝗿𝘂𝘀 𝗯𝘂𝗮𝘁 𝗿𝗲𝗻𝗰𝗮𝗻𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗿𝗱𝗮𝗺𝗽𝗮𝗸 𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗸𝗲𝗱𝘂𝗮 𝗮𝗱𝗶𝗸 𝗯𝗲𝗿𝗮𝗱𝗶𝗸 𝘁𝘂𝗵 𝗻𝗮𝗻𝘁𝗶,,𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗸𝗮𝘀𝗶𝗵𝗮𝗻𝗸𝗮𝗵 𝗸𝗮𝗺𝘂 𝗯𝗿𝗶𝗮𝗻 𝗱𝗶𝗺𝗮𝘁𝗮 𝗵𝗮𝘁𝗶𝗺𝘂..
2024-02-27
0
Wirda Lubis
Brian jahat
2024-02-08
0