Pukul enam pagi Dea terjaga dari tidurnya, wajah pria yang kini terlelap di sampingnya menjadi pemandangan pertama saat gadis yang kini telah berstatus mantan perawan tersebut membuka mata. Perasaan benci memenuhi benak Dea kala terbayang perbuatan keji pria itu padanya semalam. Jika memiliki kekuatan mungkin saat ini Dea sudah membunuh pria itu dengan tangannya sendiri, namun Dea masih menggunakan akal sehatnya yang tersisa. Jika sampai melakukan hal itu bisa jadi justru nyawanya yang akan melayang ditangan pria itu, mengingat bagaimana kejamnya pria itu memperlakukan dirinya semalam.
Dengan memaksakan kakinya untuk melangkah Dea turun dari tempat tidur hendak meraih pakaiannya yang teronggok tak beraturan di lantai.
Melihat semua kancing kemejanya sudah terlepas tak beraturan akibat perbuatan pria itu, Dea jadi bingung harus mengenakan apa untuk menutupi bagian atas tu_buhnya. sesaat kemudian pandangan wanita itu beralih pada sebuah lemari besar. Ia kemudian beranjak untuk meraih sesuatu yang bisa ia kenakan agar bisa segera meninggalkan tempat itu, sebelum pria yang kini masih terlelap dalam tidurnya terjaga.
Sebuah kemeja putih yang diyakini milik pria itu di raih Dea kemudian dikenakannya, sebelum kemudian meninggalkan tempat di mana ia kehilangan sesuatu yang begitu berharga dalam hidupnya. Sesuatu yang seharusnya ia persembahkan untuk suaminya kelak.
Dengan langkah berjinjit agar tidak sampai menimbulkan suara, Dea meninggalkan kamar tersebut. sepertinya alam sedang berpihak pada Dea, buktinya para pria bertubuh kekar yang bertugas berjaga masih terlelap dalam tidurnya masing-masing di ruang tengah.
Setelah berjuang akhirnya kini Dea berhasil keluar dari rumah mewah dengan gerbang yang menjulang tinggi tersebut. Dengan berjalan tanpa alas kaki Dea menyusuri jalanan yang masih nampak sepi. Jika orang yang tidak mengenalnya pasti akan mengira Dea adalah gembel. dengan kemeja yang kebesaran serta kaki yang tak beralas, lalu apa lagi sebutan yang tepat kalau bukan gembel.
"Emh....." Brian, pria berperawakan bule itu terdengar bergumam seakan merasa tidurnya terganggu kala sinar matahari mulai masuk melalui celah-celah kecil kamarnya.
Seketika Brian membuka matanya dengan sempurna saat tak merasakan keberadaan Dea di sampingnya. "Kemana gadis itu???." Brian pun merubah posisinya dengan duduk, sebelum sesaat kemudian beranjak turun dari tempat tidur hendak mencari keberadaan Dea di kamar mandi. Namun saat membuka pintu kamar mandi ia tak menemukan siapapun di sana, kamar mandi kamarnya terlihat kosong tak berpenghuni.
"Apa dia sudah pergi????." tebak Brian. Jika benar wanita itu bisa pergi meninggalkan rumahnya, sudah pasti semua anak buahnya akan menjadi sasaran amukan dari pria itu.
"Kemana wanita itu???." suara Brian yang menggema membuat semua anak buahnya kompak gelagapan.
"Bukannya wanita itu berada di kamar anda, tuan???."
Brian terlihat geram mendengar jawaban anak buahnya. "Jika dia ada di dalam kamar bersamaku, lalu untuk apa aku bertanya pada kalian, hah???." sentak Brian geram.
"Sepertinya kalia sudah mulai bosan bekerja denganku." masih dengan tatapan tajam Brian berucap.
"Tidak, bukan begitu tuan, sepertinya kami semua ketiduran."
Brian memijat pangkal hidungnya menahan geramnya. "Apa kalian pikir aku menggaji kalian di sini untuk tidur tiduran, begitu???." ucapnya setelah menyudahi kegiatannya.
"Maafkan kami tuan, kami akan segera mencari keberadaan wanita itu dan membawanya kembali pada anda." kata salah seorang anak buahnya ketika melihat raut wajah Brian semakin tak bersahabat.
"Tidak perlu!!." tegas Brian, sebelum sesaat kemudian kembali ke kamarnya.
Bercak noda darah yang mengotori seprei tempat tidur menjadi pemandangan pertama yang menyambut kedatangan Brian setelah kembali ke kamarnya.
Ada perasaan berbeda di dalam sana ketika menyadari jika ternyata ia baru saja membuat seorang gadis kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya. Namun itu semua hanya terjadi sesaat saja karena setelahnya yang ada dibenak Brian adalah bagaimana dia bisa kembali membawa Dea untuk meng_hangatkan ran_jangnya, tanpa berpikir bagaimana perasaan gadis itu setelah kejadian yang menimpanya tadi malam. Bagi Brian tu_buh Dea benar benar memabukkan dirinya hingga ia ingin lagi dan lagi untuk menik_matinya.
Panggilan telepon dari asisten pribadinya mengalihkan pemikiran Brian dari sosok Dea.
"Ada apa???."
"Tuan, pukul sembilan pagi ini kita ada pertemuan penting dengan klien." dari seberang sana Bani mengingatkan Brian tentang jadwal meeting pagi ini.
"Baiklah." Setelahnya Brian pun menyudahi panggilannya.
Setelah mengganti seprei sisa pergu_latan mereka semalam Brian lantas beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. empat puluh menit berlalu, Brian telah selesai mandi dan bersiap dengan stelan jas lengkapnya, pria itu siap berangkat ke perusahaan.
Selama menghadiri meeting pagi ini, bayangan Dea terisak di bawah Kung_kungannya terus terlintas di benak dan pikiran Brian sehingga membuat pria itu tak sepenuhnya fokus pada pekerjaannya.
*
Di tempat yang berbeda, Dea terlihat mengguyur tubuhnya yang terasa begitu Kotor dan menjijikan di bawah kucuran air shower.
"Siapa sebenarnya pria itu, kenapa dia tega melakukan semua ini padaku??? Apa tanpa sadar aku pernah berbuat salah padanya???." di sela Isak tangisnya Dea terdengar bergumam lirih.
Sudah dua jam lamanya Dea berada di bawah kucuran air shower hingga kulitnya terlihat mengerucut. Namun ia merasa tubuhnya masih saja terasa kotor dan menjijikan.
"Bagaimana jika sampai kak Aris mengetahui semua ini, kak Aris pasti akan sangat marah dan juga kecewa." teringat akan sosok kakak laki-lakinya yang sudah bekerja keras demi membiayai kuliahnya membuat tangisan Dea terdengar semakin memilukan.
Untungnya setibanya Dea di rumah tadi kakak laki-lakinya itu sudah berangkat ke kantor hingga sosok yang kini menjadi ayah sekaligus ibu baginya itu tak harus mempertanyakan kenapa ia bisa berpenampilan seperti tadi pagi saat ia tiba di rumah. Aris bahkan rela tak memikirkan untuk segera menikah demi membahagiakan adiknya, pria itu baru ingin menikah jika adiknya telah berhasil meraih cita-citanya.
"Maafkan Dea, kak." gumam Dea di sela tangisnya.
Rasa pusing di kepalanya membuat Dea memilih menyudahi kegiatan mandinya kemudian mengistirahatkan tubuhnya di ranjang.
Pukul tiga sore Dea terjaga dari tidurnya. Meskipun tu_buhnya serasa mau remuk semua namun ia tetap harus berangkat kerja. Setiap harinya sepulang kuliah Dea akan bekerja part time di sebuah cafe yang letaknya tak begitu jauh dari rumahnya.
Selesai mandi, bersiap dan tak lupa mengisi perut Dea pun berangkat menuju cafe tempatnya bekerja dengan mengendarai motor maticnya. Motor matic hadiah dari Aris saat ia lulus sekolah menengah atas dengan nilai tertinggi dua tahun yang lalu.
"Hai...De." salah seorang teman kerja sekaligus sahabatnya itu terlihat menyambut kedatangan Dea siang ini.
"Hai Lin." sahut Dea tak semangat seperti biasanya.
"Are you okay???." tanya Lini saat melihat sikap Dea tidak seceria biasanya. "Wajah kamu pucat sekali, De." lanjut gadis itu dengan tatapan curiga.
"I'm OK." sahut Dea seraya berusaha mengulas senyum seperti biasanya untuk meyakinkan rekan kerja sekaligus sahabatnya itu jika ia sedang baik baik saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Pasrah
kasian banget smg kuat menjalani hari "nya
2024-06-07
0