Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama dan juga melelahkan akhirnya Dea pun menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di negeri paman Sam. Dea yang berangkat bersama dengan dua orang mahasiswi sekampusnya berencana mencari alamat rumah sewa yang tak jauh dari lokasi kampus di negara tersebut.
Sebelum bertolak meninggalkan tanah air, Dea sempat berpamitan dengan Dude, pria yang menaruh hati padanya. Meskipun berat rasanya harus terpisah dengan jarak yang cukup jauh dari wanita yang dicintainya namun Dude tetap mendukung keputusan Dea, walau sampai detik ini wanita itu belum juga memberi jawaban atas ungkapan perasaannya tempo hari. menurut Dude biarlah perasaan itu tetap tumbuh bersemi hingga nantinya Dea kembali ke tanah air. Sebagai pria yang ingin menjalani hubungan serius dengan Dea, Dude berencana melamar wanita itu setelah menyelesaikan studinya nanti.
Tak lupa Sebelum berangkat Dude memberikan nomor ponsel pemilik rumah sewa yang dulunya ia tempati saat menempuh pendidikan di universitas yang sama pada Dea. Hingga kini Dea tak perlu terlalu pusing lagi untuk mencari rumah sewa di negara yang masih sangat asing baginya itu. Dea yang fasih berbahasa asing tersebut membuatnya mudah dalam berkomunikasi dengan warga di sana.
Setelah menghubungi nomor telepon yang diberikan Dude padanya Dea dan dua orang temannya tersebut segera berangkat menuju lokasi rumah sewa yang baru saja di kirimkan oleh pemilik rumah sewa. yang lebih menyenangkan bagi Dea adalah pemilik rumah sewa tersebut ternyata warga negara Indonesia yang telah berdomisili di negara tersebut sejak beberapa tahun yang lalu.
"Selamat datang." seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik nampak menyambut Dea dan kedua temannya yakni, Sasa dan Fana. Wanita itu sengaja menggunakan bahasa Indonesia mengingat ketiganya merupakan mahasiswa yang berasal dari negara asalnya.
Baik Dea dan kedua temannya merespon ucapan wanita itu dengan senyuman ramah.
"Mari Tante antarkan ke kamar kalian."
"Baik Tante, terima kasih sebelumnya." kata Dea sekaligus mewakili kedua temannya.
wanita itu lantas mengantarkan ketiganya menuju rumah yang sengaja ia sewakan untuk para mahasiswa yang melanjutkan pendidikan di kampus yang jaraknya tak begitu jauh dari rumahnya. sebuah rumah yang ukurannya tidak begitu besar namun nyaman, di fasilitasi tiga kamar, ruang tamu, ruang tengah serta pantry.
"Bagaimana dengan nominal sewa yang harus kami keluarkan setiap tahunnya, Tante????." tanya Dea.
Wanita itu mengulas senyum tipis mendengar pertanyaan Dea.
"Sebenarnya Tante menyewakan rumah ini hanya supaya kawasan rumah Tante tidak terasa sepi, di mana Putri Tante satu satunya lebih memilih melanjutkan pendidikannya di tanah air." wanita yang akrab di sapa tante Lili tersebut terlihat menghela napas dalam ketika teringat putrinya yang lebih memilih melanjutkan pendidikannya di tanah air, saat begitu banyak generasi muda tanah air justru menginginkan pendidikan di luar negeri, seperti Dea dan kedua teman sekampusnya contohnya.
"Tante tidak pernah mematok harga untuk rumah ini, kalian boleh membayarnya sesuai dengan kemampuan kalian!!!." lanjut wanita itu.
Setelah membahas nominal yang pas akhirnya kedua belah pihak pun sepakat dengan harga yang tidak terlalu murah namun tidak juga memberatkan ketiganya.
"Kebetulan sekali, Tante baru saja selesai memasak bagaimana kalau kalian ikut ke rumah Tante untuk makan siang bersama!!!." ajak wanita itu. "Ayolah.... tidak perlu sungkan!!!." lanjut Tante lili ketika melihat ketiga gadis cantik yang hampir seumuran dengan putrinya tersebut nampak sungkan menerima ajakannya.
Ketiganya saling melempar pandangan sebelum kemudian menerima tawaran Tante lili. "Baik Tante."
Mereka pun menuju rumah Tante Lili yang berada di sebelah kanan rumah sewa yang akan mereka tinggali dan jaraknya hanya sekitar lima puluh meter.
"Memangnya suami Tante kemana???." tanya Dea setelah cukup lama berada di rumah wanita itu namun tak melihat keberadaan suami beliau.
"Suami Tante sedang berada di tanah air ada sedikit urusan di sana, dan baru akan kembali beberapa bulan ke depan." Dea jadi merasa bersalah, karena pertanyaannya itu membuat raut wajah Tante lili berubah sendu.
"Maafkan Dea, Tante, Dea tidak bermaksud membuat Tante bersedih." sesal Dea.
"Tidak masalah, sayang." kata Tante Lili seraya mengusap lembut punggung tangan Dea yang berada di atas meja.
"Putri Tante pasti sangat cantik." tebak Sasa, mengingat wajah Tante Lili masih terlihat sangat cantik meski usianya sudah empat puluh tahun.
"Putri Tante memang sangat cantik, sayangnya dia paling tidak suka berfoto hingga tak satupun pigura dirinya yang terpajang di rumah ini." Tante Lili terlihat menggelengkan kepalanya saat teringat akan sikap aneh putrinya itu. Di mana semua gadis seusianya paling hobi Selfie untuk mengabadikan setiap momen, putrinya justru paling anti dengan yang namanya Camera.
"Ternyata anak Tante unik juga ya." komentar Fana setelah mendengar cerita Tante Lili tentang putrinya.
Tante Lili nampak mengangguk mendengar komentar Fana tentang putrinya, bagaimana tidak unik, di saat begitu banyak pria yang mengungkapkan rasa suka padanya, ia justru kembali ke tanah air hanya untuk mengejar pria yang merupakan cinta pertamanya, apa itu tidak aneh???.
"Selama menempuh pendidikan di negara ini, kalian boleh menganggap Tante sebagai orang tua kalian, silahkan berbagi keluh kesah pada Tante, anggap saja Tante ini ibu kalian!!!." pesan bijak wanita itu mampu menghangatkan hati ketiganya, terutama Dea yang telah kehilangan sosok ibunya sejak masih duduk di bangku sekolah dasar.
"Terima kasih Tante, terima kasih untuk semuanya." ucapan tulus Dea membuat wanita itu mengelus lembut puncak kepala Dea.
"Sama sama, sayang." ucapnya tulus.
Setelah usai makan siang bersama di rumah Tante Lili, Dea, Sasa, dan juga Fana pamit kembali ke rumah sewa untuk beristirahat dan Tante Lili pun mengiyakannya.
***
Keesokan harinya, ketiga gadis cantik terlihat bersiap untuk menuju kampus di hari pertamanya. Kebiasaan berjalan kaki di negara tersebut membuat ketiganya harus berangkat tiga puluh menit lebih awal dari jam perkuliahan di mulai.
"Sepertinya sebentar lagi betisku akan segera mengandung jika setiap hari jalan kaki seperti ini." komentar Sasa saat di tengah perjalanan menuju kampus, padahal jarak dari rumah yang mereka tempati hanya berjarak sekitar lima ratus meter.
"Ingat, tidak ada yang instan di dunia ini, jika ingin sukses ya harus berkorban. Iya kan, De???." timpal Fana dan Dea terlihat menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan ucapan Fana.
Sasa dan Fana nampak mengatur napas mereka yang tersengal-sengal akibat mengikuti langkah cepat Dea yang tak ingin sampai terlambat di hari pertamanya.
"De, sepertinya kamu lebih cocok menjadi atlet lari daripada mengikuti pertukaran mahasiswa ke luar negeri." sungut Sasa dengan napas yang masih tersengal.
"Iya." timpal Fana yang setuju dengan ucapan Sasa.
Tingkah lucu ketiga gadis itu lantas menjadi pusat perhatian para mahasiswa yang lainnya. Termasuk seorang mahasiswa yang terkenal sebagai idola di kampus tersebut.
Senyuman di bibir Dea yang sejak tadi terukir dengan sempurna ketika mendengar ocehan kedua temannya, perlahan surut saat pandangannya bertemu dengan manik mata coklat milik seorang pria bule yang sejak tadi terus menatap ke arahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Pasrah
apakah dia mamanya wanita ular itu ya
2024-06-07
0
Tarmi Widodo
mama Lita kh
2024-02-19
0
Wirda Lubis
mungkin rumah mama si lita
2024-02-08
0