Episode 12: Penghuninya Pergi

Keesokan harinya, Yohanes kembali ke kastel tua tersebut. Sang pastor yang memilih untuk pergi di saat fajar, alih – alih sinar rembulan yang mendampinginya. Ada pemikiran lain yang mengatakan, mungkin jika di siang hari, vampir itu tidak berlaku buas.

Sang pastor tidak pergi sendirian. Dirinya membawa seekor domba degan tali pengikat yang berada di genggamannya.

Sesampainya di sana, kastel tua itu kosong. Ke mana penghuninya pergi.

Dari ujung pelupuk matanya, tak salah melihat. Ada sesosok yang tengah bersembunyi di balik fondasi bangunan itu.

“Lily?!” Sebutnya. Suaranya menggema. Tali pengikat domba itu dikaitkan dengan fondasi yang lain, sementara langkah pastor itu menghampiri sosok yang tengah bersembunyi.

“Lily… Ini aku. Apakah kau masih tidak mengenaliku?” Ucapnya dalam tanya. Sesosok itu berlari kecil dan kembali bersembunyi. Vampir itu menghindari sang pastor.

Vampir itu melirik, apakah benar manusia yang menghampirinya adalah sang pastor yang pernah berkenalan dengannya. Mungkin, dia takut dengan hal yang lain.

Sang pastor menyusul dari arah yang berlawanan. Berhasil meraih tangan vampir itu dan digenggamnya erat.

Vampir itu terkejut dan menarik paksa tangannya. Tenaganya kalah, ketakutan telah menyerang dirinya. Ternyata, vampir memiliki rasa takutnya sendiri.

“Lily… Tenanglah. Ini aku, Yohanes…” Ucapnya penuh penegasan yang lembut.

Sang vampir yang memberanikan diri untuk menatap Yohanes. Langkah kakinya, menuntunnya lebih mendekatkan tubuhnya. Telapak tangannya yang dingin menyentuh sisi bagian wajah Yohanes.

Yohanes merasakan sentuhan yang tidak biasa. Bukan pertama kalinya dia bersentuhan fisik dengan iblis, tapi pertama kali bersentuhan dengan vampir. Tangannya yang begitu sangat dingin menyaingi gumpalan salju. Bahkan mungkin, dinginnya lebih dari itu.

Sang vampir mantapnya intens, selayaknya seorang kekasih yang telah bertemu setelah berpisah sekian lama. Tatapannya tajam, tak bergeming. Kelopak mata sang pastor menyipit, membalas tatapannya penuh heran.

Sang vampir menjauhkan telapak tangannya dari sisi wajah Yohanes dan mengambil langkahnya mundur, berbalik dan hendak pergi.

“Lily…” Panggilnya membuat langkah sang vampir terhenti, tanpa menoleh.

“Aku membawakan santapan pagi untukmu. Aku tahu kau lapar. Setelah kejadian semalam yang mungkin merugikanmu,” ucap Yohanes setelahnya.

Vampir itu menoleh di mana domba tersebut terikat. Tanpa menunggu lagi, langsung dirinya menyantap habis si domba, sama sekali tak meninggalkan sisa.

Tercipta sebuah senyuman di raut wajah Yohanes, kala dirinya melihat vampir itu melahap habis hewan ternak yang sengaja dibawakan untuknya.

Yohanes berjalan menghampirinya setelahnya berkata, “Sekarang kau percaya padaku?”

Sang vampir menoleh, menatap Yohanes kemudian mengangguk pelan. Yohanes berhasil melunakkan vampir wanita itu.

“Aku telah memenuhi janjiku. Maukah kau membalasnya… Aku pikir, kau mengerti apa itu balas budi.”

Sang pastor berpikir, jika dulunya vampir wanita itu adalah manusia yang hidup normal. Mungkin kematiannya yang membawa dendam, hingga membuatnya seperti ini.

“Katakan…” Balas sang vampir. Vampir wanita itu ternyata bisa berbicara dengan jelas, tidak hanya mengeram dengan taringnya.

“Biarkan para penduduk hidup dengan hasil dari ternaknya. Jika kau menuruti perkataanku, aku akan setiap hari memberimu satu ekor domba sebagai santapanmu,” vampir wanita itu tidak menjawabnya. Diamnya mengundang banyak tanya, apakah dirinya setuju atau tidak dengan kesepakatan itu.

“Hanya satu ekor?”

“Semakin kau patuh kepadaku… Aku bisa membuatkan kandang khusus untuk menjadi ruang makanmu.”

Melalui tatapan matanya, vampir itu berpikir bahwa Yohanes bukanlah manusia yang jahat. Seperti manusia yang mungkin menjadi penyebab dari kematiannya.

“Sesama makhluk hidup kita harus berlaku baik…” Sambung Yohanes. Mungkin vampir bukan golongan dari manusia, tetapi jika dirinya hidup, maka masuk ke dalam golongan makhluk hidup.

Vampir itu kembali tidak menjawabnya dan hanya diam.

“Karena kau tidak menyanggahnya, maka diammu akan menjadi jawaban bagiku,” Yohanes menghela napasnya kemudian baru berkata. “Baiklah… Mulai sekarang kita sepakat untuk tidak saling mengganggu. Dan sesuai janjiku, akan aku kirimkan setiap harinya satu ekor domba untukmu. Ah… Mungkin jika kau semakin patuh, aku akan memberikan hadiah lebih.”

Sang pastor tersenyum dan mengambil langkahnya pergi melewati vampir wanita itu. Baru beberapa langkah, Yohanes berhenti sejenak.

‘Mungkin belum saatnya untuk mengalahkanmu. Setidaknya, menjinakkanmu akan mengurangi bencana yang akan terjadi’ Gumamnya dalam hati.

Yohanes kembali mengambil langkahnya pergi, meninggalkan kastel tua itu.

Sampai saat ini, Yohanes masih mencari cara bagaimana mengalahkan vampir wanita itu. Semua yang berhubungan dengannya harus dimusnahkan. Vampir adalah salah satu predator paling buas. Keberadaannya sama dengan ancaman bagi manusia.

Setidaknya, memperlambat pemberontakan lebih baik, selagi mencari cara untuk mewujudkan peperangan.

##########

“Kak Yohanes… Dari mana saja? Pater Eugenius mencarimu. Pagi ini kau tidak menghadiri misa?” Ucapnya pertama kali, tatkala melihat Yohanes menuruni kereta kuda milik Ares.

“Akan kusampaikan permintaan maafku kepada Pater Eugenius nanti. Pagi tadi, aku sedang berkeliling desa, memastikan apakah kandang ternak mereka baik – baik saja.”

“Lalu?”

Yohanes mengangguk seraya berkata, “Kandang masih utuh beserta penghuninya. Semua aman terkendali, tidak ada yang perlu di khawatirkan.”

“Kau terlihat bekerja sangat keras dari biasanya, Ares…”

“Aku harus merawat semua hewan ternak ini. Semuanya harus terjaga sampai masa panen selanjutnya tiba.”

“Terima kasih, atas kerja kerasmu, Ares.”

“Oh iya! Ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu,” Yohanes menatap Ares setelah sebelumnya melihat ke arah kandang ternak. Ares melanjutkan kalimatnya, “Kenapa kau membeli begitu banyak hewan ternak dari desa seberang? Kali ini jumlahnya dua kali lipat dari sebelumnya…”

“Setelah masa panen tiba, aku ingin membagi rata kepada para penduduk.”

“Penduduk di desa ini, tidaklah banyak. Bagaimana dengan sisanya?” Tanya Ares dipenuhi rasa penasaran.

“Kita bisa pelihara kembali sisanya hingga menghasilkan keturunan. Ares… Penduduk desa ini memang tidaklah banyak. Tetapi, makhluk hidup yang mendiami desa ini tidak hanya manusia. Kau pikir hanya manusia yang memerlukan makan untuk hidup?”

Yohanes menepuk pundak Ares sebelum dirinya berjalan melewatinya dan pergi meninggalkan area kandang tersebut.

Terlalu banyak konspirasi di otak pemuda itu. Semakin bertambah banyak tanya dalam pikiran Ares. Pemuda itu berpikir, apakah Yohanes juga memberikan makan para binatang buas penghuni hutan. Kalau tidak salah ingat, terakhir kali Yohanes mengatakan bahwa dirinya memiliki peliharaan. Apakah termasuk ke dalam perhitungan?

Ares tidak ingin melanjutkan pemikirannya yang terlalu rumit untuk ditemukan solusinya saat ini. Kembali pemuda itu merawat kandang dan hewan ternaknya. Pemikiran Yohanes sangat misterius. Tidak dapat dengan mudah ditebak. Apa yang menjadi tujuannya hanya dirinya dan sang penguasa kehidupan yang tahu. Hubungan persaudaraannya, tidak membuatnya mengenali pribadi Yohanes yang sejatinya.

“Astaga, hewan ini sangat banyak dan hampir memenuhi kandang. Apakah aku harus memperluas kandang agar terasa sedikit lebih longgar?” Monolog Ares.

Ares menghela napasnya sedikit kasar. Dirinya terlalu kelelahan mengurus kandang sebesar ini sendirian. Di tambah, hewan ternak yang semakin banyak jumlahnya.

Episodes
Episodes

Updated 39 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!