Episode 2: Dia telah kembali

Roma, 1992.

Derap langkah kaki mengantarkan seorang laki – laki yang sudah beberapa tahun di tahbiskan untuk menjadi seorang pastor, melewati lorong yang terlihat seperti lorong istana kerajaan. Setiap dinding terhias dengan terpajangnya lukisan dari petinggi keuskupan terdahulu beserta dengan jajarannya. Di langit lorong terdapat lampu kristal menggantung, selain sebagai penerang juga sebagai penghias. Di sepanjang lantai lorong, membentang karpet merah.

Knop pintu teraih hingga daun pintu terdorong membuka ke dalam. Setelahnya, terlihat ruangan dengan ornamen klasik dan arsitektur ruangan yang terbilang dapat menyimpan nilai sejarah yang cukup tinggi.

“Senang melihatmu kembali,” ucap pria paruh baya yang mengenakan busana tidak berbeda dari seorang laki – laki yang di peluknya. Busana yang dikenakannya berupa jubah lengkap dengan kolar yang melingkar di leher. Bedanya, pria paruh baya itu juga mengenakan amik dan kalung salib sebagai penyempurnaan identitas berpakaiannya. Pria paruh baya itu adalah seorang Uskup.

Laki – laki itu melerai pelukannya seraya berkata, “Tidak luput dari kuasa-Nya, dapat berjumpa kembali denganmu,” katanya sembari tersenyum.

Pria paruh baya itu mempersilahkan laki – laki itu untuk duduk di sofa panjang yang menghadapnya. Hendak mengajaknya untuk bercengkerama

“Bukan tanpa tujuan, memanggilku untuk kembali pulang, bukan?!” Tanya pastor muda itu.

“Bagaimana perjalananmu, pastinya cukup lelah mengelilingi Amerika seorang diri untuk memenuhi tugas mulia,” pria paruh baya itu menuangkan teh ke cangkirnya dan juga menuangkannya untuk tamunya.

“Aku menganggapnya bukan tugas, melainkan kewajiban. Rasa lelah… Sungguh aku hampir tidak memikirkannya,” pastor muda itu terkekeh pelan setelahnya.

Pria paruh baya itu berdiri mengambil sebuah buku bersampul coklat yang terlihat sangat kuno dari salah satu rak buku yang berada di belakang tubuhnya. Sepertinya buku tersebut telah ada sejak peradaban Nabi Idris. Dia memberikan buku itu kepada pastor muda.

“Kau memang masih cukup muda sebagai pastor yang melakukan eksorsisme. Tapi, prestasimu dalam menangani hal itu, lebih dari cukup untuk meyakinkan kami, memberimu tugas yang lebih besar,” ucap sang Uskup.

Yohanes telah melakukan praktik pelepasan, tidak kurang dari total sepuluh orang dengan berbagai identitas iblis yang merasuki. Perjalanannya mengelilingi benua Amerika, tidak lain adalah bertujuan untuk melakukan eksorsisme dan melakukan perburuan iblis.

Pastor muda itu meletakkan kembali cangkirnya setelah mencicipi manisnya teh yang telah disuguhkan untuknya, kemudian meraih buku yang diberikan oleh sang Uskup. Pastor muda itu membuka buku tersebut dan membacanya sekilas. Buku itu lebih mirip seperti kitab.

“Dia telah kembali!” Ucap sang Uskup yang sukses menginterupsi sang pastor muda menghentikan aktivitas bacanya terhadap buku tersebut.

Kedengarannya memang cukup mengagetkan pastor muda itu. Dirinya memikirkan dia yang dimaksud oleh sang Uskup.

“Dia?!” Ucap sang pastor muda. Dia menutup kembali buku tersebut dan meletakkannya di atas meja.

“Ramalan menunjukkan kebenarannya,” ucap sang Uskup. “Malaikat kegelapan, dewa kematian,” sang Uskup menajamkan sorot matanya, menatap pastor muda.

Pastor muda itu meneguk salivanya dan sedikit mengerjapkan kedua matanya, setelah mendengar kata Malaikat kegelapan.

“Kami telah sepakat mempercayakan tugas besar ini kepadamu,” sang Uskup menyambung kalimatnya.

“Bukankah aku masih terlalu dini untuk mengambil tugas besar ini. Akan sangat terhormat jika Pater yang lebih berpengalaman dariku, mengambil alih,” ucap pastor muda itu.

“Yohanes, ini bukan perkara senior atau junior. Kesepakatan dari hasil perundingan yang matang, telah memilihmu untuk mengemban tugas besar ini. Bukankah, ini menjadi salah satu kewajiban, seperti yang kau katakan…”

Yohanes terkekeh lirih, “Aku merasa belum cukup pantas untuk menerimanya.”

“Apakah ada hal yang memberatkanmu? Atau, kau sengaja menghindarinya?”

Yohanes menghela napasnya dan sedikit menundukkan kepalanya seraya menyatukan kedua telapak tangannya.

“Amerika belum seluruhnya kusinggah. Masih banyak negara di Amerika yang harus dikunjungi untuk dilakukan penyucian,” balasnya.

“Jika itu yang menjadi alasanmu, bukankah seharusnya kau tidak menolak tugas besar ini. Tugas ini merupakan bagian dari misi penyelamatan. Biarkan tugasmu mengelilingi Amerika diambil alih oleh rekan yang lain. Kau… Fokus untuk mengurungnya kembali,” ucap sang Uskup.

Yohanes memilik untuk menyetujuinya, menjalani misi eksorsisme adalah salah satu kewajiban bagi dirinya. Menyelamatkan umat Tuhan, dengan melakukan pengusiran roh jahat dalam diri manusia.

Sang Uskup menepuk pundak Yohanes, “Kami yakin, kau dapat melakukannya,” Yohanes tersenyum. Dalam dirinya, telah berjanji akan menuntaskan dalam mengemban tugas besar ini. Tidak akan mengecewakan kepercayaan yang telah diberikan.

“Kami akan hadirkan rekan yang akan ikut bersamamu dan membantumu,” sambung sang Uskup.

“Biarkan seorang rekan itu menggantikan tugasku, berkeliling Amerika…”

“Kau tidak keberatan bertugas seorang diri?” Tanya sang Uskup yang mengkhawatirkannya.

“Sepanjang perjalanan, aku akan menemukannya sendiri. Rekanku…” Balas Yohanes.

“Kau yakin dengan itu?”

“Aku yakin,” tatapan penuh keyakinan dari pastor muda itu.

Sang Uskup memberinya kepercayaan penuh. Terpaut rasa bangga akan Yohanes. Seorang pastor yang masih berusia muda namun semangatnya yang tak gentar dalam mengemban tugas. Rasa takut, pasti ada. Bagaimanapun juga, seorang pastor tetaplah manusia yang juga sangat perlu perlindungan dari Tuhan.

Menjalani misi eksorsisme bukan tergolong tugas yang mudah. Yohanes harus menghadapi perlawanan yang diberikan oleh roh jahat dengan kekuatannya yang sudah pasti di atas rata – rata. Tidak hanya nyawa, keimanannya pun menjadi pertaruhan.

Iblis, merupakan salah satu makhluk yang tidak dapat terlihat hanya dengan penglihatan biasa. membutuhkan level kepekaan spiritual untuk dapat melihat wujud aslinya.

Bukan hanya wujud asli dari iblis yang akan dihadapi oleh Yohanes, melainkan bentuk iblis yang telah menyerupai manusia.

Tipu muslihat iblis menjadi lebih jelas terlihat, jika direpresentasikan menggunakan kecerdasan yang manusia miliki. Cukup sulit, ketika prosesi penumpasannya. Manusia biasa yang harus menganggung dosa besar akibat terperdaya oleh rayuan iblis. Menjadikannya tentara yang memimpin dan mempersilahkan para iblis merasuki manusia untuk menghancurkan sistem pertahanan keimanan manusia.

Sang Uskup kembali memeluk Yohanes. Dalam hatinya, berdoa. Keselamatan selalu menyertainya dan selalu berada dalam lindungan Tuhan.

Yohanes menyiapkan segala bentuk kebutuhannya selama perjalanan. Pastor muda itu akan menuju ke sebuah daerah bagian utara Semenanjung Balkan dan berbatasan dengan Laut Hitam. Terdapat sebuah desa di sana.

Batinnya yang penuh keyakinan akan mengantarkannya sampai ke tujuan. Mungkin dari sanalah, titik awal perjalanannya di mulai.

Menuju ke tempat tujuan membutuhkan waktu perjalanan yang cukup lama. Dengan menaiki kereta, membutuhkan waktu selama delapan belas jam untuk sampai. Perjalanan yang cukup melelahkan.

Yohanes masih belum tahu pasti dari wujud dia yang dimaksudkan oleh sang Uskup. Ingin meluapkan seluruh tanya yang ada dalam benaknya, Yohanes kembali membuka dan mempelajari apa yang tertulis di buku yang sempat sang Uskup berikan kepadanya.

Terpopuler

Comments

☘☘☘yudingtis2me🍂🍋

☘☘☘yudingtis2me🍂🍋

Saya begitu terlibat dalam emosi dan perasaan tokoh-tokohnya.

2023-12-30

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 39 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!