18 Pemilik Mata

Sebagai seorang dokter, tentu saja dia merasa bersalah. Tapi apa mau dikata, kalau takdir berkehendak seperti itu.

Di lain tempat

Eriza melihat ke arah jalanan. Dia merasa seperti melihat Raya, tapi tidak mungkin. Dia hanya melihat Keanu, Virza dan Vindra yang ada di sana. Gadis itu menghela nafas berkali-kali.

"Kamu kenapa, Er?"

"Gak apa."

Raya, bagaimana keadaan kamu saat ini?

Raya tiba di hotel di waktu yang tidak terlalu lama dengan Nina.

"Ayo kita ke bandara," ucap mereka.

Tidak perlu lagi bertanya kenapa, sepertinya mereka sama-sama tahu. Meski jam penerbangan mereka masih sangat lama, tapi lebih baik menunggu di bandara daripada di sini namun selalu dihantui ketakutan, seolah Rayalah penjahatnya.

"Maafkan mommy, ya, Rean, Rion."

Kedua anak itu diam saja, bukan berarti mereka tidak tahu, kalau sejak datang ke kota ini, Raya dan Nina seperti orang yang selalu ketakutan. Dalam hati mereka berpikir, apa di tempat ini ada ayah mereka? Siapa pria itu?

Bisakah mereka bertemu dengannya. Mereka ingin memiliki ayah, tapi takut untuk mengatakannya. Mereka juga ingin seperti anak-anak yang lain. Mungkin jika mereka memiliki ayah, hidup mereka akan lebih baik. Bisa pergi berlibur setiap minggu, atau setidaknya sebulan sekali.

"Apa sebaiknya kita di sini saja sampai nanti sore? Aku jadi tidak tega dengan anak-anak," ucap Raya.

Rion sedang bersandar sambil sesekali memejamkan matanya.

"Aku rasa juga sebaiknya begitu. Kita tidak boleh egois, hanya karena masalah kita, mereka yang menjadi korban."

Keanu telah kembali ke kantornya. Dia meletakkan jasnya dan melonggarkan dasi. Hanya duduk saja yang pria tampan itu lakukan hingga menjelang sore. Bukan karena tidak ada pekerjaan, tapi karena tidak bisa konsentrasi.

Biasanya, tidak akan ada hal yang bisa menggangu konsentrasinya.

Raya dan yang lain kini sedang dalam perjalanan menuju bandara. Untung saja tadi mereka memutuskan untuk berdiam dulu di hotel, karena ternyata Rean dan Rion tertidur sangat nyenyak.

Pukul sembilan, pesawat lepas landas. langit malam yang diterangi oleh lampu-lampu kota dan kendaraan, yang semakin lama semakin terlihat kecil. Rean dan Rion terus memperhatikan keindahan malam itu.

"Apa nanti kita ke sini lagi?"

"Tidak."

Rean diam saja mendengar jawaban singkat itu. Namun dalam hati, dia ingin ke tempat ini lagi. Seperti ada magnet yang menarik dirinya. Begitu juga dengan Rion. Kedua anak itu sehati, memikirkan hal yang sama, juga merasakan hal yang sama.

Tidak ada yang pernah membahas tentang ayah mereka. Baik nama, pekerjaan, atau hal lainnya.

Keanu sedang menatap langit, lampu pesawat nampak kelap kelip di kejauhan sana. Terbang tinggi dan semakin jauh.

"Lihat apa?" tanya Vindra.

Melihat Keanu yang diam saja, Vindra ikut menatap langit.

Raya akhirnya tiba juga, menggendong Rean yang tidur, sedangkan Nina menggendong Rion.

"Akhirnya, aku bisa melihat kasur lagi," ucap Nina setelah tiba di rumah.

Rean dan Rion ditidurkan di kasur, tidak merasa terganggu sedikit pun. Raya memasak nasi, sementara Nina tidur di sebelah Rean dan Rion. Perempuan itu langsung memeriksa grup chat dan email. Apa ada tugas kuliah atau pekerjaan yang harus dilakukan.

Ya, tidak ada waktu untuk bersantai. Meskipun dia telah menang, bukan berarti dia bisa berleha-leha. Entah kenapa, sejak pertemuannya kembali dengan Keanu, perasaan Raya selalu gelisah. Dia merasa akan ada sesuatu hal buruk yang akan terjadi.

Tahu rasanya dikejar-kejar oleh penjahat? Ya, rasanya seperti itu. Raya lalu membuka tugas yang diberikan oleh dosen. Beberapa makalah harus dia buat. Raya kini fokus mengerjakan tugasnya, juga membaca buku tentang hukum dan HAM.

Dua hari kemudian

Keanu, Vindra dan Virza akan pergi untuk mengurus perusahaan milik mereka bertiga. Awalnya hanya iseng-iseng saja saat masih sekolah dulu, tapi ternyata dari hobi itu, malah jadi berkembang.

"Kenapa harus bertiga? Kalian berdua saja kan bisa?" tanya Keanu.

"Anggap saja ini liburan. Oya, desain dari mahasiswi itu, katanya sudah diambil sama salah satu perusahaan," ucap Virza, antara bertanya tapi juga memberi tahu.

Keanu diam saja, tidak terlihat tertarik dengan pembicaraan ini.

"Aku dengar, katanya dia mahasiswi berprestasi di kampusnya, dan saat ini sudah bekerja di salah satu perusahaan juga sebagai karyawan freelance."

"Kenapa kamu banyak tahu?" tanya Keanu.

"Dari dosennya. Memangnya kamu tidak membaca biodatanya?"

"Gak penting."

Kini mereka tiba di bandara. Kedatangan mereka menjadi perhatian orang-orang. Wajah tampan dengan barang-barang branded. Meski hanya memakai kemeja, tapi mampu membuat kaum hawa terpesona.

Mereka memasuki jet pribadi milik Keanu. Keanu menatap langit yang cerah, jendela yang memantulkan wajahnya yang berahang tegas.

Perlahan matanya terpejam, dan mimpi itu kembali datang, dengan teriakan memilukan. Jari-jari kecil menggerayanginya tubuhnya, terasa dingin dan terlihat membiru. Lalu Keanu melihat bola mata, yang menggambarkan kesedihan dan kesaktian. Kenai belum pernah melihat wajah yang semenyedihkan itu sebelumnya.

Siapa pemilik mata itu. Mata yang indah, tapi memendam duka.

Mengapa daddy menyakiti aku? Kenapa tidak peduli apa kami? Daddy ingin membunuhku?

"Aaaa, jangan, jangan! Tidak!"

"Keanu! Keanu!"

Keanu berusaha menggapai apa saja untuk mempertahankan tubuhnya agar tidak jatuh. Dia menghirup udara banyak-banyak. Tangannya mencengkram dengan erat.

"Keanu, kamu kenapa?" tanya Vindra dengan wajah cemas.

Saat Keanu melihat Vindra, dia lalu melihat ke sekelilingnya, dan langsung terlonjak keget, seolah tubuhnya melayang, dan kembali peregangan erat.

"Kamu kenapa, sih, bersikap seolah jet ini akan jatuh?"

Vindra langsung digeplak dengan kencang oleh Virza.

"Ngomong jangan sembarangan. Bagaimana kalau ucapan kamu itu langsung terkabul?"

"Bukan salahku, salah sendiri kenapa Keanu bersikap kaya begitu? Seolah sedang terjun bebas ke jurang atau tenggelam!"

Virza meringis, karena sebenarnya apa yang dikatakan oleh Vindra itu memang benar.

"Ini, minum dulu, lalu atur pernafasan kamu."

Setelah minum, Keanu menyeka keringatnya.

"Mimpi apa, sih?"

Keanu diam saja, hanya memandang hamparan awan di luar sana. Pramugari lalu membawakan makanan dan minuman.

"Ayo makan, isi tenaga kamu."

Keanu masih diam, memikirkan mimpi itu terus.

Kenapa perempuan itu harus datang lagi? Seharusnya dia tetap pergi jauh, dan tidak pernah kembali.

Rean dan Rion sedang mengotak-atik laptop milik Nina. Kedua anak itu terlihat serius, tidak seperti anak seumurannya. Hanya ada mereka berdua saja di rumah, karena Nina dan Raya yang sibuk bekerja.

Rion lalu mengambil nasi, telur ceplok dan sayur yang sudah dibuat oleh Nina dan Raya. Tidak ada makanan yang istimewa, tapi Rean dan Rion tidak pernah mengeluh.

"Kapan kita bisa bertemu dengan ayah?"

Terpopuler

Comments

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

siapa sih sebenarnya ayah kedua tuh anak

2024-08-10

1

Naruto Uzumaki family

Naruto Uzumaki family

lanjut thor

2024-03-01

1

Sururin Marfu'ah

Sururin Marfu'ah

sedih banget dengerin curahan hati Rean dan Reon.😭😭😭😭😭

2024-01-08

3

lihat semua
Episodes
1 1 Malam Naas
2 2 Bimbang
3 3 Visum
4 4 Ancaman
5 5 Mencoba Melupakan
6 6 Bukan Barang Bekas
7 7 Siksaan
8 8 Yang Terbaik
9 9 Satu Tahun
10 10 Waktu Yang Berlalu
11 11 Besser
12 12 Di Rumah Sakit
13 13 Mimpi
14 14 Mereka Anak Kita?
15 15 Jantung Yang Berdebar
16 16 Siapa Namanya?
17 17 Memantau
18 18 Pemilik Mata
19 19 Menyakiti
20 20 Apa Mereka Saling Mengenal
21 21 Tokoh Antagonis
22 22 Masa Lalu yang Belum Selesai
23 23 Ingin Merebut
24 24 Dua Pria
25 25 Mimpi
26 26 Apa Harus Tinggal Bersama Daddy?
27 27 Kecewa
28 28 Mengawasi
29 29 Egois dan Jahat?
30 30 Asal Usul yang Tidak Jelas
31 31 'Begini Saja'
32 32 Tiba-Tiba
33 33 Harapan
34 34 Sidang?
35 35 Ujian Pertama
36 36 Saling Serang
37 37 Bertengkar
38 38 Justin dan Keanu
39 39 Air Mata Raya
40 40 Berpisah Jalan
41 41 Anak Yang Tidak Baik?
42 42 Senang Sendiri?
43 43 Ruang Kosong
44 44 Di Sini di Sana
45 45 Harus Adil
46 46 Larut Malam
47 47 Memilih Jalan
48 48 Empat Jiwa
49 49 Pergi?
50 50 Menghubungi
51 51 Ibu Yang Buruk
52 52 Titik Paling Sensitif
53 53 Di Ruangan Yang Sama
54 54 Jangan Kenapa-Kenapa
55 55 Sebelum Kehilangan
56 56 Kurus
57 57 Bahagiakan Mommy Dulu
58 58 Direbut (Perpisahan Yang Sesungguhnya)
59 59 Kita Saudara
60 60 Takut
61 61 Rahasia Masing-masing
62 62 Ajakan Rion
63 63 Bertemu Dengannya
64 64 Menjadi Lebih Baik
65 65 Aneh
66 66 Langsung Saja
67 67 Ribuan Bintang
68 68 Bertemu Bibi
69 69 Sang Penyelamat
70 70 Menggelap
71 71 Terus?
72 72 Pesawat
73 73 Maaf
74 74 Bahagiakan Kalian
75 75 Tatapan Justin
76 76 Kebimbangan Keanu dan Justin
77 77 Di Bandara
78 78 Siap Bertemu Masa Lalu
79 79 Orang Asing yang Mengawasi
80 80 Pilihan Untuk Raya
81 81 Keputusan Raya
82 82 Bicara Dengan Justin dan Jenia
83 83 Persiapan Pernikahan
84 84 Siapa yang Tahu
85 85 Menjelang Hari H
86 86 Jangan Goyah Lagi
87 87 Tegang
88 88 Pernikahan Anakku
89 89 Mikaila
90 90 Ditutup Oleh Pakaian Mewah
91 91 Saudara?
92 92 Flashback
93 93 Menjauh
94 94 Masalah Baru
95 95 Hampa
96 96 Cerita Pilu Mikaila
97 97 Datang Untuknya
98 98 Rahasia Mike
99 99 Penolakan
100 100 Rencana Selanjutnya?
101 101 Sejak Kembalinya Mereka
102 102 Bagaimana Nasibnya?
103 103 Bukan Lagi Perempuan Miskin
104 104 Mendekatkan Diri
105 105 Butuh Waktu
106 106 Berpisah Jalan?
107 107 Isi Hati Mike
108 108 Mulai Berdamai Dengan Masa Lalu
109 109 Kado Pertama
110 110 Ulah Kamu?
111 111 Dua Generasi
112 112 Bukan Penjahat
113 113 Pembalasan Dendam
114 114 Calon CEO
115 115 Sarah dan Dimaz
116 116 Keresahan Virza
117 117 Keinginan Virza
118 118 Calon Keluarga Kecil
119 119 Mike Dan Jenia
120 120 Penjelasan Justin
121 121 Rahasia Terpendam
122 122 Canggung
123 123 Makan Bersama dan Menginap
124 124 Apartemen Keluarga
125 125 Mengusut Lebih Dalam
126 126 Kejutan Pernikahan Yang Tak Terduga
127 127 Pernikahan Yang Tidak Disangka
128 127 Nasihat Pernikahan Dari Yang Pernah Gagal
129 129 Suasana Yang Canggung
130 130 Malam Pertama?
131 131 Tinggal Bersama
132 132 Pura-pura Tidak Mendengar
133 133 Foto Perempuan Di Meja Justin
134 134 Menunggu Dilirik
135 135 Merasa Asing
136 136 Tawa Basa-basi
137 137 Hadiah Ulang Tahun
138 138 Satu Kamar
139 139 Merasa Bahagia
140 140 Iri Hati
141 141 Damai?
142 142 Papa
143 143 Masa Lalu Dan Masa Depan
144 144 Punya Adik?
145 145 Aura Pengantin Baru
146 146 Impian Raya
147 147 Mulai Menerima
148 148 Peresmian
149 149 Maharaya
150 150 Tumpul ke Atas, Runcing ke Bawah
151 151 Bersepeda
152 152 Sofa Dan Kasur
153 153 Bodyguard Bayangan
154 154 Orang Tua Yang Bijak
155 155 Boneka Dari Pria Lain
156 156 Cemburu?
157 157 Salah Tingkah
158 158 OTW Adik? OTW Cucu?
159 159 Membuka Diri—Lagi
160 160 Semakin Dekat
161 161 Sweet Moments
162 162 Kesambet
163 163 Hadiah
164 164 Kepura-puraan
165 165 Berempat
166 166 Kencan Dengan Perempuan Lain
167 167 Dua Tim
168 168 Rumah Yang Tidak Pernah Salah
169 169 Sama-sama Berusaha
170 170 Terima Kasih Sudah Menjadi Suamiku
171 171 Piknik Lagi
172 172 Hujan
173 173 Hanya Formalitas Belaka
174 174 Jam Empat
175 175 Di Dapur
176 176 Ketegangan Di Rumah Sakit
177 177 Hamil?
178 178 Mata Yang Berkaca-kaca
179 179 Kemarahan dan Kesedihan Justin dan Raya
180 180 Kekalahan Para Pria
181 181 Iming Gii Pikirin!
182 182 Ngambek
183 183 Lost
184 184 Dulu dan Sekarang
185 185 Pagi Ceria
186 186 Dua Anak Yang Disayang
187 187 Mengorbankan Satu Perasaan
188 188 Jangan Kalah Lagi, Daddy!
189 189 Sepuluh?
190 190 Cara Mendekati Perempuan
191 191 Persaingan Keanu Vs Justin
192 192 Makanan Untuk Raya dan Keanu
193 193 Kejutan
194 194 Makan Bersama Di Kantor
195 195 Tidak Keberatan
196 196 Projek Baru
197 197 Miranda
198 198 Bukan Perempuan Biasa
199 199 Rujak
200 200 Ngidam Ala Justin
201 201 Beda Feel
202 202 Sate Kenangan
203 203 Makan Siang Untuk Raya
204 204 Pingsan
205 205 Cemas dan Ketakutan
206 206 Kabar Yang Mengejutkan
207 207 Calon Adik
208 208 Sate
209 209 Menu Makan Siang
210 210 Wilson dan Aruka
211 211 Pohon Kedondong
212 212 Gara-gara Kedondong
213 213 Ingin Punya Anak Lagi
214 214 Kasus
215 215 Dendam Lama Bersemi Kembali
216 216 Irwan, Si Musuh Lama
217 217 Merenggang?
218 218 Satu Vs Dua
219 219 Ngiri atau Kompak?
220 220 Generasi Yang Solid
221 221 Kalah Saing
222 222 Tentang Warna
223 223 Foto Keluarga
224 224 Lahiran?
225 225 Keadaan Jenia
226 226 Rumah Sakit
227 227 Gelisah
228 228 Kegelisahan Jenia
229 229 Pemeriksaan Bersama
230 230 Kabar Buruk
Episodes

Updated 230 Episodes

1
1 Malam Naas
2
2 Bimbang
3
3 Visum
4
4 Ancaman
5
5 Mencoba Melupakan
6
6 Bukan Barang Bekas
7
7 Siksaan
8
8 Yang Terbaik
9
9 Satu Tahun
10
10 Waktu Yang Berlalu
11
11 Besser
12
12 Di Rumah Sakit
13
13 Mimpi
14
14 Mereka Anak Kita?
15
15 Jantung Yang Berdebar
16
16 Siapa Namanya?
17
17 Memantau
18
18 Pemilik Mata
19
19 Menyakiti
20
20 Apa Mereka Saling Mengenal
21
21 Tokoh Antagonis
22
22 Masa Lalu yang Belum Selesai
23
23 Ingin Merebut
24
24 Dua Pria
25
25 Mimpi
26
26 Apa Harus Tinggal Bersama Daddy?
27
27 Kecewa
28
28 Mengawasi
29
29 Egois dan Jahat?
30
30 Asal Usul yang Tidak Jelas
31
31 'Begini Saja'
32
32 Tiba-Tiba
33
33 Harapan
34
34 Sidang?
35
35 Ujian Pertama
36
36 Saling Serang
37
37 Bertengkar
38
38 Justin dan Keanu
39
39 Air Mata Raya
40
40 Berpisah Jalan
41
41 Anak Yang Tidak Baik?
42
42 Senang Sendiri?
43
43 Ruang Kosong
44
44 Di Sini di Sana
45
45 Harus Adil
46
46 Larut Malam
47
47 Memilih Jalan
48
48 Empat Jiwa
49
49 Pergi?
50
50 Menghubungi
51
51 Ibu Yang Buruk
52
52 Titik Paling Sensitif
53
53 Di Ruangan Yang Sama
54
54 Jangan Kenapa-Kenapa
55
55 Sebelum Kehilangan
56
56 Kurus
57
57 Bahagiakan Mommy Dulu
58
58 Direbut (Perpisahan Yang Sesungguhnya)
59
59 Kita Saudara
60
60 Takut
61
61 Rahasia Masing-masing
62
62 Ajakan Rion
63
63 Bertemu Dengannya
64
64 Menjadi Lebih Baik
65
65 Aneh
66
66 Langsung Saja
67
67 Ribuan Bintang
68
68 Bertemu Bibi
69
69 Sang Penyelamat
70
70 Menggelap
71
71 Terus?
72
72 Pesawat
73
73 Maaf
74
74 Bahagiakan Kalian
75
75 Tatapan Justin
76
76 Kebimbangan Keanu dan Justin
77
77 Di Bandara
78
78 Siap Bertemu Masa Lalu
79
79 Orang Asing yang Mengawasi
80
80 Pilihan Untuk Raya
81
81 Keputusan Raya
82
82 Bicara Dengan Justin dan Jenia
83
83 Persiapan Pernikahan
84
84 Siapa yang Tahu
85
85 Menjelang Hari H
86
86 Jangan Goyah Lagi
87
87 Tegang
88
88 Pernikahan Anakku
89
89 Mikaila
90
90 Ditutup Oleh Pakaian Mewah
91
91 Saudara?
92
92 Flashback
93
93 Menjauh
94
94 Masalah Baru
95
95 Hampa
96
96 Cerita Pilu Mikaila
97
97 Datang Untuknya
98
98 Rahasia Mike
99
99 Penolakan
100
100 Rencana Selanjutnya?
101
101 Sejak Kembalinya Mereka
102
102 Bagaimana Nasibnya?
103
103 Bukan Lagi Perempuan Miskin
104
104 Mendekatkan Diri
105
105 Butuh Waktu
106
106 Berpisah Jalan?
107
107 Isi Hati Mike
108
108 Mulai Berdamai Dengan Masa Lalu
109
109 Kado Pertama
110
110 Ulah Kamu?
111
111 Dua Generasi
112
112 Bukan Penjahat
113
113 Pembalasan Dendam
114
114 Calon CEO
115
115 Sarah dan Dimaz
116
116 Keresahan Virza
117
117 Keinginan Virza
118
118 Calon Keluarga Kecil
119
119 Mike Dan Jenia
120
120 Penjelasan Justin
121
121 Rahasia Terpendam
122
122 Canggung
123
123 Makan Bersama dan Menginap
124
124 Apartemen Keluarga
125
125 Mengusut Lebih Dalam
126
126 Kejutan Pernikahan Yang Tak Terduga
127
127 Pernikahan Yang Tidak Disangka
128
127 Nasihat Pernikahan Dari Yang Pernah Gagal
129
129 Suasana Yang Canggung
130
130 Malam Pertama?
131
131 Tinggal Bersama
132
132 Pura-pura Tidak Mendengar
133
133 Foto Perempuan Di Meja Justin
134
134 Menunggu Dilirik
135
135 Merasa Asing
136
136 Tawa Basa-basi
137
137 Hadiah Ulang Tahun
138
138 Satu Kamar
139
139 Merasa Bahagia
140
140 Iri Hati
141
141 Damai?
142
142 Papa
143
143 Masa Lalu Dan Masa Depan
144
144 Punya Adik?
145
145 Aura Pengantin Baru
146
146 Impian Raya
147
147 Mulai Menerima
148
148 Peresmian
149
149 Maharaya
150
150 Tumpul ke Atas, Runcing ke Bawah
151
151 Bersepeda
152
152 Sofa Dan Kasur
153
153 Bodyguard Bayangan
154
154 Orang Tua Yang Bijak
155
155 Boneka Dari Pria Lain
156
156 Cemburu?
157
157 Salah Tingkah
158
158 OTW Adik? OTW Cucu?
159
159 Membuka Diri—Lagi
160
160 Semakin Dekat
161
161 Sweet Moments
162
162 Kesambet
163
163 Hadiah
164
164 Kepura-puraan
165
165 Berempat
166
166 Kencan Dengan Perempuan Lain
167
167 Dua Tim
168
168 Rumah Yang Tidak Pernah Salah
169
169 Sama-sama Berusaha
170
170 Terima Kasih Sudah Menjadi Suamiku
171
171 Piknik Lagi
172
172 Hujan
173
173 Hanya Formalitas Belaka
174
174 Jam Empat
175
175 Di Dapur
176
176 Ketegangan Di Rumah Sakit
177
177 Hamil?
178
178 Mata Yang Berkaca-kaca
179
179 Kemarahan dan Kesedihan Justin dan Raya
180
180 Kekalahan Para Pria
181
181 Iming Gii Pikirin!
182
182 Ngambek
183
183 Lost
184
184 Dulu dan Sekarang
185
185 Pagi Ceria
186
186 Dua Anak Yang Disayang
187
187 Mengorbankan Satu Perasaan
188
188 Jangan Kalah Lagi, Daddy!
189
189 Sepuluh?
190
190 Cara Mendekati Perempuan
191
191 Persaingan Keanu Vs Justin
192
192 Makanan Untuk Raya dan Keanu
193
193 Kejutan
194
194 Makan Bersama Di Kantor
195
195 Tidak Keberatan
196
196 Projek Baru
197
197 Miranda
198
198 Bukan Perempuan Biasa
199
199 Rujak
200
200 Ngidam Ala Justin
201
201 Beda Feel
202
202 Sate Kenangan
203
203 Makan Siang Untuk Raya
204
204 Pingsan
205
205 Cemas dan Ketakutan
206
206 Kabar Yang Mengejutkan
207
207 Calon Adik
208
208 Sate
209
209 Menu Makan Siang
210
210 Wilson dan Aruka
211
211 Pohon Kedondong
212
212 Gara-gara Kedondong
213
213 Ingin Punya Anak Lagi
214
214 Kasus
215
215 Dendam Lama Bersemi Kembali
216
216 Irwan, Si Musuh Lama
217
217 Merenggang?
218
218 Satu Vs Dua
219
219 Ngiri atau Kompak?
220
220 Generasi Yang Solid
221
221 Kalah Saing
222
222 Tentang Warna
223
223 Foto Keluarga
224
224 Lahiran?
225
225 Keadaan Jenia
226
226 Rumah Sakit
227
227 Gelisah
228
228 Kegelisahan Jenia
229
229 Pemeriksaan Bersama
230
230 Kabar Buruk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!