3 Visum

“Loh, Raya? Ayo masuk, kamu pasti lelah,” ucap ibu panti bernama Mirna. Dia melihat wajah Raya yang dipenuhi oleh keringat besar-besar.

Ibu panti lalu melihat ke arah ujung jalan. Sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti di ujung jalan itu. Tidak mau mengambil pusing, Mirna lalu masuk ke dalam panti.

Dokter Bian yang sejak tadi mengikuti Raya, melihat Raya yang memasuki sebuah rumah yang tidak terlalu besar, tidak juga mewah. Halamannya cukup luas dengan aneka tanaman. Dokter Bian lalu mengemudikan mobilnya dengan pelan melewati rumah itu. Sebuah papan bertuliskan RUMAH YATIM PINTU MUARA KASIH, dengan tulisan bercat hitam yang sudah mengelupas dan kusam.

Setelah memastikan rumah itu benar rumah yatim piatu, dokter Bian lalu pergi meninggalkan kawasan itu.

“Bu ....”

“Ada apa, Raya? Apa terjadi sesuatu?”

Raya mengangguk, tapi juga menggeleng. Saat ini dia benar-benar ketakutan. Tangannya saling meremas kuat. Ini baru ibu panti, bagaimana kalau nanti dia ditanya-tanya oleh polisi? Mungkin dia akan mati mendadak tanpa proses serangan jantung lebih dahulu.

“Katakan pada Ibu, ada apa?”

Ibu Mirna yakin pasti sesuatu terjadi pada anak asuhnya itu. Bukan setahun dua tahun dia mengenal Raya, tapi sudah sejak bayi.

“Aku ... Aku ....”

“Ada apa?” Bu Mirna mengusap pelan punggung Raya, lalu kepalanya, berharap dengan begitu akan memberikan ketenangan untuk anak asuhnya itu.

“Aku ... Aku di ... Diperkosa!”

“A ... Apa?”

Air mata Bu Mirna langsung keluar begitu saja. Hancur hatinya mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Raya. Memang bukan anak kandung, tapi dia sangat menyayangi Raya seperti anak sendiri. Sesak di dada, sakit di hati.

“Bagaimana ....”

“Saat itu, aku ingin ke apartemen temanku. Saat aku ingin keluar dari lift, mulutku dibekap dari belakang, dan aku diseret ke tempatnya yang ada di lantai atas, dan ....”

Raya tidak dapat lagi meneruskan kalimatnya. Tidak mau menceritakan secara detail kronologisnya.

“Kapan?”

“Tadi malam. Aku ... Tadi pagi aku ingin melakukan visum, sebagai ... Untuk jaga-jaga jika ... Tapi kata dokter, visum tidak bisa dilakukan tanpa surat pengantar dari kepolisian. Tapi, bukankah itu berarti aku harus melaporkan kejadian memalukan dan menjijikkan ini pada polisi?”

“Tentu saja kita harus melaporkan kejadian ini pada polisi, jangan sampai ada korban lainnya.”

“Tapi, aku malu. Bagaimana kalau aibku diketahui orang-orang? Di kantor polisi, pasti akan banyak wartawan yang mencari berita kriminal, kan?”

Bu Mirna menghela nafas berat. Apa yang dikatakan oleh Raya ada benarnya. Haruskah mereka tetap bungkam untuk menjaga nama baik Raya. Tapi bukankah dengan begitu, mereka menutupi kebenaran? Membiarkan kejahatan merajalela?

“Kita laporkan saja, Raya. Apa pun yang terjadi, ibu akan selalu mendampingi kamu. Kita tidak akan tahu bagaimana hasilnya kalau tidak berusaha lebih dulu.”

Bu Mirna telah memikirkan ini. Tidak perlu lama-lama, karena ini masalah serius yang harus segera ditangani, sebelum terlambat.

Saat itu juga Raya dan Bu Mirna pergi ke kantor polisi.

“Ada yang bisa dibantu, Bu?” tanya salah satu polisi.

Bu Mirna segera melaporkan kasus yang menimpa Raya.

“Di mana kejadiannya?”

Raya menyebutkan nama apartemen itu, lantai berapa kejadiannya, dan di unit nomor berapa. Raya juga mengatakan masih menyimpan baju yang tadi malam dia pakai.

Polisi itu diam saja. Dia tentu sangat tahu kalau gedung apartemen itu dihuni oleh para kaum elit.

“Kami akan segera memprosesnya.”

Tiga orang petugas polisi langsung pergi ke gedung apartemen itu. Entah perasaan Raya saja atau tidak, tapi dia merasa kalau beberapa orang polisi menatap ke arah dirinya. Ada yang terlihat malas-malasan. Hatinya mengatakan hal yang tidak baik, meski otak ingin terus berpikir positif.

Tidak membutuhkan waktu lama, ketiga polisi itu tiba di sana. Tentu saja Keanu tidak ada di sana, karena sibuk kuliah. Ya, Keanu masih seorang mahasiswa namun dia juga sudah mulai bekerja di perusahaan.

Polisi mendatangi perusahaan milik keluarga Keanu.

“Tuan, ada tiga orang polisi yang ingin menemui Tuan Keanu,” ucap Bram—sekretaris papanya Keanu.

“Polisi? Ada masalah apa?”

“Saya juga tidak tahu, Tuan.”

Justin langsung menemui ketiga polisi itu.

“Ada apa, kenapa kalian ingin menemui anak saya?”

“Maafkan kamu, Tuan Justin. Anak Anda diduga telah melakukan pelecehan seksual. Untuk itu kami meminta tuan Keanu untuk datang dan dimintai keterangan.”

“Apa? Bagaimana bisa? Anak saya tidak mungkin melakukan hal itu. Pasti perempuan itu berbohong atau sengaja menjebak anak saya!”

“Sebaiknya kita bicarakan di kantor polisi saja.”

Mereka akhirnya datang ke kantor polisi. Keanu langsung dimintai keterangan. Sementara Raya pun dengan didampingi polisi perempuan, pergi untuk melakukan visum.

Justin langsung menghubungi pengacaranya. Jangan sampai masalah ini diketahui publik, meski ada beberapa wartawan di sana.

“Apa pun kebenarannya, jangan sampai Keanu dijebloskan ke penjara! Kalau perlu, singkirkan siapa pun! Ancam atau lakukan apa pun!” perintah Justin.

Di rumah sakit

Raya sedikit menghela nafas lega. Dia takut dokter yang memeriksanya adalah dokter laki-laki, apalagi kalau dokter itu sudah tua. Bukannya apa-apa, Raya masih sangat trauma. Bahkan mengobrol seperti ini dengan dokter di hadapannya saja, Raya sudah gemetaran. Tidak, dia tidak mau membayangkan visum itu dilakukan oleh dokter laki-laki, lebih baik dia mati saja.

Ternyata di sana juga ada dokter Bian. Dokter Bian tidak berkata apa-apa, tapi dia cukup lega Raya mengikuti sarannya.

Mereka memasuki ruangan pemeriksaan. Di sana, ada seorang dokter perempuan yang sudah berumur.

“Halo, saya dokter Ajeng. Siapa nama kamu?”

“Raya.”

Raya terus saja meremas tangannya saat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh dokter Ajeng.

“Sekarang kita lakukan pemeriksaan fisik, ya.”

Tubuh Raya semakin gemetaran. Dokter Ajeng bisa merasakan itu. Sepertinya Raya juga perlu berkonsultasi dengan psikolog.

“Ja ... Jangan, Dok!”

Raya berusaha mencegah dokter Ajeng yang ingin membuka bajunya.

“Jangan takut. Saya akan memeriksa, tidak akan menyakiti kamu.”

Air mata Raya mengalir. Kejadian tadi malam kembali terlintas di benaknya. Raya mendadak histeris. Dokter Ajeng, dibantu dengan perawat dan polisi perempuan mencoba menenangkan Raya.

Jelas sekali kalau Raya benar-benar trauma. Ini bisa menjadi salah satu rekam medis untuk dijadikan bukti kasus pelecehan ini.

Bu Mirna yang menunggu di luar, sangat cemas mendengar teriakan Raya.

Di kantor polisi

“Tidak ada buktinya!” ucap Keanu. Dalam hati, Keanu mengumpat, tapi juga dia merasa lega karena sudah menghapus CCTV itu. Bukan hanya CCTV di lantai unitnya, tapi juga di lift, dan di lantai dasar saat mereka sama-sama memasuki lift yang sama. Dia tidak menyangka gadis miskin itu cukup berani berurusan dengan dia dan keluarganya. Apa perempuan itu tidak tahu siapa dia dan keluarganya?

Tentu saja Raya dan Bu Mirna tidak tahu siapa mereka.

Terpopuler

Comments

Erina Situmeang

Erina Situmeang

yakinlah Keanu kebenaran pasti akan menang

2024-02-09

2

lihat semua
Episodes
1 1 Malam Naas
2 2 Bimbang
3 3 Visum
4 4 Ancaman
5 5 Mencoba Melupakan
6 6 Bukan Barang Bekas
7 7 Siksaan
8 8 Yang Terbaik
9 9 Satu Tahun
10 10 Waktu Yang Berlalu
11 11 Besser
12 12 Di Rumah Sakit
13 13 Mimpi
14 14 Mereka Anak Kita?
15 15 Jantung Yang Berdebar
16 16 Siapa Namanya?
17 17 Memantau
18 18 Pemilik Mata
19 19 Menyakiti
20 20 Apa Mereka Saling Mengenal
21 21 Tokoh Antagonis
22 22 Masa Lalu yang Belum Selesai
23 23 Ingin Merebut
24 24 Dua Pria
25 25 Mimpi
26 26 Apa Harus Tinggal Bersama Daddy?
27 27 Kecewa
28 28 Mengawasi
29 29 Egois dan Jahat?
30 30 Asal Usul yang Tidak Jelas
31 31 'Begini Saja'
32 32 Tiba-Tiba
33 33 Harapan
34 34 Sidang?
35 35 Ujian Pertama
36 36 Saling Serang
37 37 Bertengkar
38 38 Justin dan Keanu
39 39 Air Mata Raya
40 40 Berpisah Jalan
41 41 Anak Yang Tidak Baik?
42 42 Senang Sendiri?
43 43 Ruang Kosong
44 44 Di Sini di Sana
45 45 Harus Adil
46 46 Larut Malam
47 47 Memilih Jalan
48 48 Empat Jiwa
49 49 Pergi?
50 50 Menghubungi
51 51 Ibu Yang Buruk
52 52 Titik Paling Sensitif
53 53 Di Ruangan Yang Sama
54 54 Jangan Kenapa-Kenapa
55 55 Sebelum Kehilangan
56 56 Kurus
57 57 Bahagiakan Mommy Dulu
58 58 Direbut (Perpisahan Yang Sesungguhnya)
59 59 Kita Saudara
60 60 Takut
61 61 Rahasia Masing-masing
62 62 Ajakan Rion
63 63 Bertemu Dengannya
64 64 Menjadi Lebih Baik
65 65 Aneh
66 66 Langsung Saja
67 67 Ribuan Bintang
68 68 Bertemu Bibi
69 69 Sang Penyelamat
70 70 Menggelap
71 71 Terus?
72 72 Pesawat
73 73 Maaf
74 74 Bahagiakan Kalian
75 75 Tatapan Justin
76 76 Kebimbangan Keanu dan Justin
77 77 Di Bandara
78 78 Siap Bertemu Masa Lalu
79 79 Orang Asing yang Mengawasi
80 80 Pilihan Untuk Raya
81 81 Keputusan Raya
82 82 Bicara Dengan Justin dan Jenia
83 83 Persiapan Pernikahan
84 84 Siapa yang Tahu
Episodes

Updated 84 Episodes

1
1 Malam Naas
2
2 Bimbang
3
3 Visum
4
4 Ancaman
5
5 Mencoba Melupakan
6
6 Bukan Barang Bekas
7
7 Siksaan
8
8 Yang Terbaik
9
9 Satu Tahun
10
10 Waktu Yang Berlalu
11
11 Besser
12
12 Di Rumah Sakit
13
13 Mimpi
14
14 Mereka Anak Kita?
15
15 Jantung Yang Berdebar
16
16 Siapa Namanya?
17
17 Memantau
18
18 Pemilik Mata
19
19 Menyakiti
20
20 Apa Mereka Saling Mengenal
21
21 Tokoh Antagonis
22
22 Masa Lalu yang Belum Selesai
23
23 Ingin Merebut
24
24 Dua Pria
25
25 Mimpi
26
26 Apa Harus Tinggal Bersama Daddy?
27
27 Kecewa
28
28 Mengawasi
29
29 Egois dan Jahat?
30
30 Asal Usul yang Tidak Jelas
31
31 'Begini Saja'
32
32 Tiba-Tiba
33
33 Harapan
34
34 Sidang?
35
35 Ujian Pertama
36
36 Saling Serang
37
37 Bertengkar
38
38 Justin dan Keanu
39
39 Air Mata Raya
40
40 Berpisah Jalan
41
41 Anak Yang Tidak Baik?
42
42 Senang Sendiri?
43
43 Ruang Kosong
44
44 Di Sini di Sana
45
45 Harus Adil
46
46 Larut Malam
47
47 Memilih Jalan
48
48 Empat Jiwa
49
49 Pergi?
50
50 Menghubungi
51
51 Ibu Yang Buruk
52
52 Titik Paling Sensitif
53
53 Di Ruangan Yang Sama
54
54 Jangan Kenapa-Kenapa
55
55 Sebelum Kehilangan
56
56 Kurus
57
57 Bahagiakan Mommy Dulu
58
58 Direbut (Perpisahan Yang Sesungguhnya)
59
59 Kita Saudara
60
60 Takut
61
61 Rahasia Masing-masing
62
62 Ajakan Rion
63
63 Bertemu Dengannya
64
64 Menjadi Lebih Baik
65
65 Aneh
66
66 Langsung Saja
67
67 Ribuan Bintang
68
68 Bertemu Bibi
69
69 Sang Penyelamat
70
70 Menggelap
71
71 Terus?
72
72 Pesawat
73
73 Maaf
74
74 Bahagiakan Kalian
75
75 Tatapan Justin
76
76 Kebimbangan Keanu dan Justin
77
77 Di Bandara
78
78 Siap Bertemu Masa Lalu
79
79 Orang Asing yang Mengawasi
80
80 Pilihan Untuk Raya
81
81 Keputusan Raya
82
82 Bicara Dengan Justin dan Jenia
83
83 Persiapan Pernikahan
84
84 Siapa yang Tahu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!