7 Siksaan

Raya mengganti bajunya yang basah dengan tergesa-gesa. Justin mengambil ponsel Raya dan menghancurkannya.

“Mulai hari ini, kamu tidak boleh ke mana-mana dan menghubungi siapa-siapa. Saya tidak mau ada orang luar yang sampai tahu masalah ini. Ingat, kamu di sini hanya menumpang.”

Raya hanya bisa menghela nafas. Bukan dirinya yang mengemis untuk bisa tinggal di rumah hantu ini. Dia akan senang hati jika tidak hamil, akan bahagia jika tidak bertemu mereka lagi. Kesialan datang bertubi-tubi sejak malam naas itu, seolah semua itu adalah pintu gerbang nasib buruk yang menimpanya.

Raya segera membersihkan halaman belakang. Perutnya terasa sangat lapar karena belum makan sejak kemarin siang.

Di kampus, Eriza merasa sangat cemas. Sejak kemarin sore, dia berusaha menghubungi Raya, tapi tidak bisa. Gadis itu merasa cemas. Dia lalu menghubungi Bu Mirna, siapa tahu saja Raya pulang ke rumah panti.

“Ya, Er?”

“Bu, mau tanya, Raya pulang ke panti gak, Bu?”

“Gak ada. Sudah lebih dari satu bulan Raya tidak ke sini.”

Bu Mirna jadi merasa cemas. Dia mengkhawatirkan anak asuhnya itu, apalagi sejak musibah yang menimpa Raya. Raya menjadi pemurung dan jarang menghubungi Bu Mirna.

“Ya sudah, mungkin Raya ada di tempat kos. Nanti Er ke sana, Bu.”

“Kalau sudah bertemu dengan Raya, tolong hubungi ibu, ya, Er.”

“Iya, Bu.”

Eriza lalu pergi ke kosan Raya. Sesampainya di sana, ternyata Raya juga tidak ada. Kata pemilik kos, Raya sudah pergi tadi malam dengan membawa barang-barangnya.

Saat ini Raya masih membersihkan halaman belakang. Dia menyiram tanaman dan membuang rumput-rumput kering. Setelah selesai, Raya lalu mengambil air minum. Dia begitu tergesa-gesa saat air dingin itu membasahi tenggorokannya.

Raya duduk di kursi dapur. Dia lapar. Raya melihat sebutir telur, lalu mengambilnya dan ingin menggorengnya.

“Apa yang kamu lakukan?”

Hampir saja telur itu meluncur bebas dari tangannya, untung saja tidak pecah.

“Saya lapar.”

“Cepat makan dan bersihkan kamar mandi.”

Raya diam saja. Dia mengusap perutnya yang sedikit keram. Diam-diam dia mengambil nasi yang banyak. Siapa tahu saja dia hanya boleh makan sehari sekali, kan. Melihat bagaimana kejamnya pemilik rumah ini, Raya tidak akan lagi merasa kaget.

Raya membersihkan tubuhnya di kasur tipis. Dia teringat akan hari-harinya. Saat dia bekerja di kafe dulu, dia juga merasa sangat lelah, tapi tidak selelah ini. Makan pun dia masih makan dengan layak, karena memiliki jatah makan dari tempatnya bekerja.

Kalau begini caranya, lebih baik tidak perlu bertanggung jawab sekaligus. Ini namanya bukan tanggung jawab, tapi menyiksa. Sekujur tubuhnya terasa lelah dan kaku.

“Aduh, aku jadi ingin makan rujak.”

Raya pergi ke dapur. Mengambil satu buah timun dan tomat. Anggap saja itu rujak, pikir Raya.

Seorang pelayan melihat itu.

“Maafkan saya,” ucap Raya.

Pelayan itu diam saja, tidak memarahinya, juga tidak memberikan izin. Raya jadi bingung. Haruskah dia tetap makan timun dan tomat itu?

“Ambil saja. Makan di kamar.”

“Terima kasih banyak.”

Di kampus, Keanu merasa sangat ingin makan rujak.

“Belikan rujak,” ucap Keanu pada sahabatnya.

“Buat apaan?”

“Buat dipajang!”

Hari-hari berlalu, terasa sangat lama bagi Raya yang setiap hari selalu bekerja seperti pembantu. Selama berada di rumah ini, dia hampir tidak pernah bertemu dengan Keanu maupun kedua orang tuanya. Tidak masalah bagi Raya, karena dia juga ingin muntah saat melihat mereka.

Dia hanya boleh makan dua kali sehari, itu pun kalau semua pekerjaan sudah selesai dia kerjakan. Raya harus menahan keinginannya jika ingin sesuatu. Jangankan ke luar rumah untuk membeli sesuatu, keluar dari pintu saja para penjaga sudah menatap tajam dirinya. Lalu bagaimana mau kabur? Itu lebih susah lagi. Raya sudah tidak tahan mendapatkan penyiksaan ini. Hamil, bukannya dia bertambah gemuk, tapi justru semakin kurus. Perempuan itu mengusap perutnya yang masih rata.

Kenapa kamu hadir? Kalau kamu tidak ada, aku pasti tidak akan disiksa seperti ini? Kenapa kamu tidak pergi saja? Jangan lagi mempersulit hidupku. Kehadiranmu sangat tidak aku inginkan.

Raya meringkuk dalam tidurnya. Rasanya dia ingin mati saja. Dunia semakin terasa kejam baginya yang sudah tidak sanggup menahan semua ini.

“Bangun, jangan malas-malasan!”

Justin menarik tubuh Raya dengan kuat.

“Sakit, lepaskan saya, Tuan.”

“Cepat bersih-bersih rumah. Jangan malah enak-enakan tidur!”

Plak plak

Wajah Raya ditampar dengan keras, hingga meninggalkan jejak merah di kedua pipinya.

“Ada apa ini, Justin?”

Suara dokter Bian menghentikan perbuatan Justin.

“Perempuan ini, malah enak-enakan tidur.”

Dokter Bian menatap Raya dengan tatapan datar. Raya pikir, dokter Bian akan bersikap layaknya seorang dokter. Dia pikir, dokter Bian orang yang baik karena dulu dokter Bianlah yang menyarankannya untuk melapor pada polisi, dia pikir, dokter Bian berbeda dari mereka.

Ternyata dia salah.

Dia menyesal keputusannya.

Dia menyesal kenapa waktu itu harus pergi ke puskesmas.

Dia menyesal harus pergi ke panti asuhan dan mengadu kepada ibu panti.

Dia menyesal pergi ke kantor polisi dan melaporkan Keanu.

Dia menyesal kenapa sore itu harus pergi ke rumah Eriza dan datang ke rumah dokter Bian.

Dia menyesal karena mau saja tinggal di rumah ini.

Air mata Raya luruh.

Dalam hati, dia berdoa pada Sang Pencipta.

Tuhan, jika masih ada celah kebahagiaan untuk hidupku, tolong bantu aku pergi dari rumah ini.

Keanu hanya menatap Raya dari lantai dua. Perempuan cantik itu, kini terlihat tidak terurus. Wajah tirus dan pucat. Keanu tahu apa yang terjadi pada perempuan itu, tapi dia diam saja.

Untuk apa dia peduli pada ibu dari calon anaknya?

Anaknya?

Bahkan Keanu tidak yakin apakah dia akan mengakui anak itu anaknya.

Masih banyak hal yang ingin dan harus dia lakukan dalam hidupnya, apalagi dia masih muda. Semua yang terjadi pada diri Raya, bukan salahnya.

Suruh siapa perempuan miskin seperti dirinya harus pergi ke apartemen milik para orang kaya itu?

Suruh siapa dia ada di dalam lift yang sama?

“Cepat masuk ke kamar kamu. Justin, aku ingin bicara padamu,” ucap dokter Bian pada Raya dan Justin.

Raya berjalan dengan sedikit tertatih-tatih karena kakinya tadi terbentur kaki meja. Setelah melihat Raya pergi, Justin mengajak dokter Bian ke ruang kerjanya.

Di dalam kamar, Raya memijat kakinya. Dia ingin kabur, tapi bagaimana caranya? Apa ibu panti dan Eriza mengkhawatirkan dirinya?

Pintu kamar Raya kembali terbuka.

“Ini, makanlah. Tadi saya baru dari luar,” ucap salah satu pelayan yang bernama Nina.

“Anda bisa keluar masuk mansion ini?”

“Bisa, kalau memang ada keperluan penting.”

Raya berpikir cepat, kalau orang lain bisa, pasti doa juga bisa keluar.

“Misalnya saja membeli kebutuhan rumah tangga, atau cuti. Itu juga tidak sendiri. Akan ada supir dan seorang pengawal yang membantu.”

Raya menghela nafas pelan. Mungkin besok dia bisa mencoba kabur.

Terpopuler

Comments

Sururin Marfu'ah

Sururin Marfu'ah

benar2 keterlaluan.nggak punya hati.kamu pasti menyesal keanu telah menghancurkan masa depan raya dan menyengsarakannya.😡😡😡👊👊👊

2023-12-26

3

lihat semua
Episodes
1 1 Malam Naas
2 2 Bimbang
3 3 Visum
4 4 Ancaman
5 5 Mencoba Melupakan
6 6 Bukan Barang Bekas
7 7 Siksaan
8 8 Yang Terbaik
9 9 Satu Tahun
10 10 Waktu Yang Berlalu
11 11 Besser
12 12 Di Rumah Sakit
13 13 Mimpi
14 14 Mereka Anak Kita?
15 15 Jantung Yang Berdebar
16 16 Siapa Namanya?
17 17 Memantau
18 18 Pemilik Mata
19 19 Menyakiti
20 20 Apa Mereka Saling Mengenal
21 21 Tokoh Antagonis
22 22 Masa Lalu yang Belum Selesai
23 23 Ingin Merebut
24 24 Dua Pria
25 25 Mimpi
26 26 Apa Harus Tinggal Bersama Daddy?
27 27 Kecewa
28 28 Mengawasi
29 29 Egois dan Jahat?
30 30 Asal Usul yang Tidak Jelas
31 31 'Begini Saja'
32 32 Tiba-Tiba
33 33 Harapan
34 34 Sidang?
35 35 Ujian Pertama
36 36 Saling Serang
37 37 Bertengkar
38 38 Justin dan Keanu
39 39 Air Mata Raya
40 40 Berpisah Jalan
41 41 Anak Yang Tidak Baik?
42 42 Senang Sendiri?
43 43 Ruang Kosong
44 44 Di Sini di Sana
45 45 Harus Adil
46 46 Larut Malam
47 47 Memilih Jalan
48 48 Empat Jiwa
49 49 Pergi?
50 50 Menghubungi
51 51 Ibu Yang Buruk
52 52 Titik Paling Sensitif
53 53 Di Ruangan Yang Sama
54 54 Jangan Kenapa-Kenapa
55 55 Sebelum Kehilangan
56 56 Kurus
57 57 Bahagiakan Mommy Dulu
58 58 Direbut (Perpisahan Yang Sesungguhnya)
59 59 Kita Saudara
60 60 Takut
61 61 Rahasia Masing-masing
62 62 Ajakan Rion
63 63 Bertemu Dengannya
64 64 Menjadi Lebih Baik
65 65 Aneh
66 66 Langsung Saja
67 67 Ribuan Bintang
68 68 Bertemu Bibi
69 69 Sang Penyelamat
70 70 Menggelap
71 71 Terus?
72 72 Pesawat
73 73 Maaf
74 74 Bahagiakan Kalian
75 75 Tatapan Justin
76 76 Kebimbangan Keanu dan Justin
77 77 Di Bandara
78 78 Siap Bertemu Masa Lalu
79 79 Orang Asing yang Mengawasi
80 80 Pilihan Untuk Raya
81 81 Keputusan Raya
82 82 Bicara Dengan Justin dan Jenia
83 83 Persiapan Pernikahan
84 84 Siapa yang Tahu
85 85 Menjelang Hari H
86 86 Jangan Goyah Lagi
87 87 Tegang
88 88 Pernikahan Anakku
Episodes

Updated 88 Episodes

1
1 Malam Naas
2
2 Bimbang
3
3 Visum
4
4 Ancaman
5
5 Mencoba Melupakan
6
6 Bukan Barang Bekas
7
7 Siksaan
8
8 Yang Terbaik
9
9 Satu Tahun
10
10 Waktu Yang Berlalu
11
11 Besser
12
12 Di Rumah Sakit
13
13 Mimpi
14
14 Mereka Anak Kita?
15
15 Jantung Yang Berdebar
16
16 Siapa Namanya?
17
17 Memantau
18
18 Pemilik Mata
19
19 Menyakiti
20
20 Apa Mereka Saling Mengenal
21
21 Tokoh Antagonis
22
22 Masa Lalu yang Belum Selesai
23
23 Ingin Merebut
24
24 Dua Pria
25
25 Mimpi
26
26 Apa Harus Tinggal Bersama Daddy?
27
27 Kecewa
28
28 Mengawasi
29
29 Egois dan Jahat?
30
30 Asal Usul yang Tidak Jelas
31
31 'Begini Saja'
32
32 Tiba-Tiba
33
33 Harapan
34
34 Sidang?
35
35 Ujian Pertama
36
36 Saling Serang
37
37 Bertengkar
38
38 Justin dan Keanu
39
39 Air Mata Raya
40
40 Berpisah Jalan
41
41 Anak Yang Tidak Baik?
42
42 Senang Sendiri?
43
43 Ruang Kosong
44
44 Di Sini di Sana
45
45 Harus Adil
46
46 Larut Malam
47
47 Memilih Jalan
48
48 Empat Jiwa
49
49 Pergi?
50
50 Menghubungi
51
51 Ibu Yang Buruk
52
52 Titik Paling Sensitif
53
53 Di Ruangan Yang Sama
54
54 Jangan Kenapa-Kenapa
55
55 Sebelum Kehilangan
56
56 Kurus
57
57 Bahagiakan Mommy Dulu
58
58 Direbut (Perpisahan Yang Sesungguhnya)
59
59 Kita Saudara
60
60 Takut
61
61 Rahasia Masing-masing
62
62 Ajakan Rion
63
63 Bertemu Dengannya
64
64 Menjadi Lebih Baik
65
65 Aneh
66
66 Langsung Saja
67
67 Ribuan Bintang
68
68 Bertemu Bibi
69
69 Sang Penyelamat
70
70 Menggelap
71
71 Terus?
72
72 Pesawat
73
73 Maaf
74
74 Bahagiakan Kalian
75
75 Tatapan Justin
76
76 Kebimbangan Keanu dan Justin
77
77 Di Bandara
78
78 Siap Bertemu Masa Lalu
79
79 Orang Asing yang Mengawasi
80
80 Pilihan Untuk Raya
81
81 Keputusan Raya
82
82 Bicara Dengan Justin dan Jenia
83
83 Persiapan Pernikahan
84
84 Siapa yang Tahu
85
85 Menjelang Hari H
86
86 Jangan Goyah Lagi
87
87 Tegang
88
88 Pernikahan Anakku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!