5 Mencoba Melupakan

Satu bulan kemudian

Hari ini adalah hari pertamanya menjadi mahasiswi baru setelah tiga hari menjalani OSPEK. Raya memilih fakultas teknik, karena dia ingin menjadi seorang arsitek. Untung saja nilai-nilainya selama sekolah bagus, jadi dia bisa masuk ke kampus ini dengan jalur khusus dan mendapatkan beasiswa.

Untuk masalah pribadinya, dia sudah mencoba move on. Jika nanti tidak akan ada pria yang mau menerima kekurangannya, mungkin dia tidak akan menikah. Cukup merawat beberapa anak panti seperti Bu Mirna.

Raya segera memesan es jeruk, namun meminta yang jeruknya asam. Dia juga memesan soto dengan kuah bening. Biarlah dia mengeluarkan uang lebih saat ini, karena biasanya dia hanya akan membeli siomay atau batagor seharga lima ribu. Raya juga biasa membawa air minum sendiri.

“Ray, kamu sakit? Wajah kamu pucat.”

“Enggak, mungkin hanya kelelahan saja, dampak dari OSPEK.”

Raya merasa ada yang memperhatikan dirinya. Dia menoleh ke samping, dan ternyata di sana ada Keanu.

“Kamu lihat apa?”

“Enggak lihat apa-apa,” jawab Raya.

“Oh, kamu lihat cowok ganteng itu, ya? Dia Keanu, senior kita. Dia satu fakultas sama aku. Dia mahasiswa paling populer di kampus ini.”

Raya bahkan tidak tahu siapa nama pria itu.

Kenapa perempuan miskin itu bisa ada di sini? Tanya Keanu dalam hatinya

“Kean, lihat apa, sih?”

“Gak ada.”

Keanu merasa mual saat melihat makanan yang ada di hadapannya. Dia lalu menyingkirkan makanan itu dan langsung pergi. Hari ini dia hanya ada satu kelas, dan langsung pergi ke perusahaan untuk bekerja.

Raya baru pulang sore hari. Tingkat pertama perkuliahan, tentu saja jadwal kuliahnya sangat padat. Badannya terasa remuk, seolah dia baru saja menjadi kuli. Rasa mual kasih saja dia rasakan, untung saja dia tidak muntah.

Malam harinya, Raya ingin sekali membeli nasi bebek. Dia melihat isi dompetnya, yang hanya ada beberapa lembar uang dua ribuan. Entah kenapa saat ini dia ingin sekali menangis saat harus menahan keinginannya makan sesuatu. Biasanya tidak seperti ini. Biasanya dia tidak masalah jika hanya makan nasi dingin dengan kecap dan telur ceplok saja.

Di lain tempat

Keanu ingin sekali makan nasi bebek. Dia lalu pergi ke luar, mencari makanan itu. Dia melihat ada yang menjualnya di pinggir jalan. Keanu diam sesaat, biasanya dia tidak akan mau membeli makanan di pinggir jalan seperti ini. Tapi keinginannya sudah tidak bisa ditunda lagi, seolah dia akan pingsan jika terlambat makan itu satu menit saja

Begitu makanan itu dihidangkan di depannya, Keanu malah merasa sedih, tidak tahu apa alasannya. Pedagang nasi bebek itu melihat Keanu yang hanya menatap dalam pada tiga porsi nasi bebek di hadapannya. Ya, Keanu memesan tiga porsi nasi bebek.

“Pak, tolong dibungkus saja.”

Setelah makanan itu dibungkus, Keanu berjalan tanpa arah. Dia duduk di salah satu halte dan meletakkan nasi bebek itu.

Raya berjalan sendirian, menikmati angin malam. Dia kemudian duduk di halte, dan melihat ada bungkusan. Aromanya seperti aroma makanan, membuat dia jadi semakin lapar. Raya masih saja diam, menunggu seseorang datang dan mengambil makanan itu.

Perempuan itu mengusap perutnya, sudah sekitar tiga puluh menit dia menunggu, tapi tidak ada juga yang datang. Dengan ragu, Raya memegang plastik itu.

Ambil jangan, ya? Ya ampun, apa aku seperti pencuri? Atau pengemis?

Dia jadi baper sendiri. Sepuluh menit lagi dia menunggu, akhirnya pergi dengan membawa makanan itu.

Keanu datang ke halte itu, dan melihat makannya sudah tidak ada. Tadi dia mendapat telepon dari temannya, lalu ke minimarket, sehingga melupakan makannya.

Keanu berdecak kesal. Makannya hilang, dan dia merasa sedih.

Hilang ya tinggal beli lagi, jangan kaya orang susah, pikir Keanu.

Dia ingin mengumpat, tapi anehnya dia diam saja.

Di kosannya, Raya merasa senang. Ada tiga porsi nasi bebek. Kenapa bisa pas begini, di saat dirinya juga merasa sangat ingin makan nasi bebek. Tidak mungkin ada racunnya, kan? Ada racunnya pun, dia tidak peduli. Mati ya tinggal mati, tidak akan ada yang sedih. Mungkin hanya Bu Mirna dan Eriza.

Raya makan dengan lahap. Ini makanan terenak yang pernah dia makan. Tiga porsi habis begitu saja.

Begitu dia selesai makan, dan menunggu beberapa saat, dia tidak merasakan apa-apa. Tidak sakit perut, juga tidak mual. Tidak merasa pusing atau sakit kepala. Jadi dia bisa memastikan kalau makanan ini tidak beracun.

Dia berpikir, siapa yang sudah meninggalkan makanan seenak ini begitu saja?

Semoga besok-besok ada lagi orang bodoh seperti ini, pikir Raya.

Siapa pun orang itu, semoga saja dia berjodoh dengan orang baik.

Hanya itu yang bisa Raya doakan, berharap nanti juga dia akan mendapatkan jodoh yang baik.

Raya menjalani aktivitas dengan baik. Kesibukannya sebagai mahasiswi baru juga bekerja di kafe, membuat dia sedikit bisa mengalihkan pikirannya dari musibah itu. Terkadang dia melihat Keanu di kampus, tapi langsung memalingkan wajahnya. Melihat Keanu, membuat dia ingin muntah. Ada keinginan besar untuk mencekik poros itu. Terkadang Raya berharap agar pria itu mati saja terlindas truk. Atau jatuh dari gedung lima puluh.

“Raya, bagaimana kalau nanti sore kamu ke rumah aku?” tanya Eriza.

“Ada acara apa?”

“Mama ulang tahun, dan mengajak kamu makan malam bersama. Sekalian kamu menginap di rumah.”

“Aku ke sana sore, ya.”

Raya trauma ke tempat Eriza malam-malam, meski yang akan dia datangi adalah rumah orang tua Eriza. Sejak malam itu, dia juga tidak pernah mau lagi ke apartemen itu. Dia akan memberikan banyak alasan jika Eriza mengajaknya ke sana.

Sore harinya, Raya ke rumah Eriza dengan menggunakan ojek online. Lingkungan rumah ini tidak bebas dilalui oleh orang umum, dan jauh dari jalan utama.

Tiba-tiba saja ojek yang dinaiki oleh Raya berhenti.

“Ada apa, Pak?”

“Maaf, motonya mogok. Harus saya bawa ke bengkel dulu.”

“Ya sudah, deh, saya berhenti di sini saja.”

“Apa tunggu teman saya dulu? Biar teman saya yang antar.”

Biasanya tukung ojek online memang sering meminta bantu temanya sesama ojek jika motonya mogok di jalan.

“Gak usah, Saya jalan kaki saja.”

Raya berjalan menuju rumah Eriza. Untung saja masih sore, jadi dia tidak terlalu takut.

Bruk

Raya keserempet mobil seseorang.

“Dek, gak apa-apa?”

“Gak apa, Bu.”

“Aduh, tangannya sampai lecet. Ikut saya dulu, ya. Rumah saya dekat dari sini.”

“Gak usah, Bu.”

“Gak apa, rumah saya sudah dekat. Di ujung persimpangan ini. Kita jalan kaki saja, ya. Pak Ujang, telepon bengkel, ya.”

“Baik, Nya.”

Raya dan pemilik mobil itu berjalan bersama. Tidak membutuhkan waktu lama, mereka tiba di rumah mewah berlantai tiga.

“Ma, kenapa jalan kaki?”

“Dokter Bian?”

“Kamu Raya, kan?”

“Papa kenal sama Raya?”

Raya mendadak gelisah. Dokter Bian tahu apa yang terjadi dengan dirinya, aib yang ingin sekali dia sembunyikan dari dunia.

“Kenal. Dia pernah berobat beberapa kali ke puskesmas.”

“Oh.”

“Ini kenapa?”

“Pak Ujang gak sengaja menyerempet Raya, mobil tiba-tiba saja oleng. Untung sudah dekat dari sini.”

“Diobati saja di dalam.”

“Saya pergi saja, Dok.”

“Jangan. Saya obati kamu dulu, ya,” ucap Maira—istri dokter Bian.

Maira mengajak Raya ke halaman belakang yang sejuk. Ada kolam ikan dan taman bunga.

Di luar, beberapa mobil datang.

“Kalian sudah datang? Ayo masuk. Maira baru saja sampai.”

Pelayan membawakan Raya minuman dan cemilan. Maira mengobati luka di telapak tangan Raya. Lututnya juga sakit, tapi dia diam saja.

“Terima kasih banyak, kalau begitu saya permisi dulu.”

“Kamu mau ke mana? Biar sopir mengantar kamu.”

“Terima kasih, Nyonya, tapi saya bisa pergi sendiri.”

Mereka menuju ruang tamu, terdengar suara orang-orang yang sedang mengobrol.

Jantung Raya kembali berdetak kencang, melihat wajah yang sangat dia benci.

Terpopuler

Comments

Erina Situmeang

Erina Situmeang

ya...berjodoh dgnmu raya

2024-02-09

2

🌹 Mommy caeeeem 😍

🌹 Mommy caeeeem 😍

lanjut

2023-12-22

1

lihat semua
Episodes
1 1 Malam Naas
2 2 Bimbang
3 3 Visum
4 4 Ancaman
5 5 Mencoba Melupakan
6 6 Bukan Barang Bekas
7 7 Siksaan
8 8 Yang Terbaik
9 9 Satu Tahun
10 10 Waktu Yang Berlalu
11 11 Besser
12 12 Di Rumah Sakit
13 13 Mimpi
14 14 Mereka Anak Kita?
15 15 Jantung Yang Berdebar
16 16 Siapa Namanya?
17 17 Memantau
18 18 Pemilik Mata
19 19 Menyakiti
20 20 Apa Mereka Saling Mengenal
21 21 Tokoh Antagonis
22 22 Masa Lalu yang Belum Selesai
23 23 Ingin Merebut
24 24 Dua Pria
25 25 Mimpi
26 26 Apa Harus Tinggal Bersama Daddy?
27 27 Kecewa
28 28 Mengawasi
29 29 Egois dan Jahat?
30 30 Asal Usul yang Tidak Jelas
31 31 'Begini Saja'
32 32 Tiba-Tiba
33 33 Harapan
34 34 Sidang?
35 35 Ujian Pertama
36 36 Saling Serang
37 37 Bertengkar
38 38 Justin dan Keanu
39 39 Air Mata Raya
40 40 Berpisah Jalan
41 41 Anak Yang Tidak Baik?
42 42 Senang Sendiri?
43 43 Ruang Kosong
44 44 Di Sini di Sana
45 45 Harus Adil
46 46 Larut Malam
47 47 Memilih Jalan
48 48 Empat Jiwa
49 49 Pergi?
50 50 Menghubungi
51 51 Ibu Yang Buruk
52 52 Titik Paling Sensitif
53 53 Di Ruangan Yang Sama
54 54 Jangan Kenapa-Kenapa
55 55 Sebelum Kehilangan
56 56 Kurus
57 57 Bahagiakan Mommy Dulu
58 58 Direbut (Perpisahan Yang Sesungguhnya)
59 59 Kita Saudara
60 60 Takut
61 61 Rahasia Masing-masing
62 62 Ajakan Rion
63 63 Bertemu Dengannya
64 64 Menjadi Lebih Baik
65 65 Aneh
66 66 Langsung Saja
67 67 Ribuan Bintang
68 68 Bertemu Bibi
69 69 Sang Penyelamat
70 70 Menggelap
71 71 Terus?
72 72 Pesawat
73 73 Maaf
74 74 Bahagiakan Kalian
75 75 Tatapan Justin
76 76 Kebimbangan Keanu dan Justin
77 77 Di Bandara
78 78 Siap Bertemu Masa Lalu
79 79 Orang Asing yang Mengawasi
80 80 Pilihan Untuk Raya
81 81 Keputusan Raya
82 82 Bicara Dengan Justin dan Jenia
83 83 Persiapan Pernikahan
84 84 Siapa yang Tahu
85 85 Menjelang Hari H
86 86 Jangan Goyah Lagi
87 87 Tegang
88 88 Pernikahan Anakku
Episodes

Updated 88 Episodes

1
1 Malam Naas
2
2 Bimbang
3
3 Visum
4
4 Ancaman
5
5 Mencoba Melupakan
6
6 Bukan Barang Bekas
7
7 Siksaan
8
8 Yang Terbaik
9
9 Satu Tahun
10
10 Waktu Yang Berlalu
11
11 Besser
12
12 Di Rumah Sakit
13
13 Mimpi
14
14 Mereka Anak Kita?
15
15 Jantung Yang Berdebar
16
16 Siapa Namanya?
17
17 Memantau
18
18 Pemilik Mata
19
19 Menyakiti
20
20 Apa Mereka Saling Mengenal
21
21 Tokoh Antagonis
22
22 Masa Lalu yang Belum Selesai
23
23 Ingin Merebut
24
24 Dua Pria
25
25 Mimpi
26
26 Apa Harus Tinggal Bersama Daddy?
27
27 Kecewa
28
28 Mengawasi
29
29 Egois dan Jahat?
30
30 Asal Usul yang Tidak Jelas
31
31 'Begini Saja'
32
32 Tiba-Tiba
33
33 Harapan
34
34 Sidang?
35
35 Ujian Pertama
36
36 Saling Serang
37
37 Bertengkar
38
38 Justin dan Keanu
39
39 Air Mata Raya
40
40 Berpisah Jalan
41
41 Anak Yang Tidak Baik?
42
42 Senang Sendiri?
43
43 Ruang Kosong
44
44 Di Sini di Sana
45
45 Harus Adil
46
46 Larut Malam
47
47 Memilih Jalan
48
48 Empat Jiwa
49
49 Pergi?
50
50 Menghubungi
51
51 Ibu Yang Buruk
52
52 Titik Paling Sensitif
53
53 Di Ruangan Yang Sama
54
54 Jangan Kenapa-Kenapa
55
55 Sebelum Kehilangan
56
56 Kurus
57
57 Bahagiakan Mommy Dulu
58
58 Direbut (Perpisahan Yang Sesungguhnya)
59
59 Kita Saudara
60
60 Takut
61
61 Rahasia Masing-masing
62
62 Ajakan Rion
63
63 Bertemu Dengannya
64
64 Menjadi Lebih Baik
65
65 Aneh
66
66 Langsung Saja
67
67 Ribuan Bintang
68
68 Bertemu Bibi
69
69 Sang Penyelamat
70
70 Menggelap
71
71 Terus?
72
72 Pesawat
73
73 Maaf
74
74 Bahagiakan Kalian
75
75 Tatapan Justin
76
76 Kebimbangan Keanu dan Justin
77
77 Di Bandara
78
78 Siap Bertemu Masa Lalu
79
79 Orang Asing yang Mengawasi
80
80 Pilihan Untuk Raya
81
81 Keputusan Raya
82
82 Bicara Dengan Justin dan Jenia
83
83 Persiapan Pernikahan
84
84 Siapa yang Tahu
85
85 Menjelang Hari H
86
86 Jangan Goyah Lagi
87
87 Tegang
88
88 Pernikahan Anakku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!